Tidak ada pilihan, Luther melakukan apa yang sepupunya katakan. Tanpa perlu mengatakan sepatah katapun, Luther beranjak pergi meninggalkan Zelda yang nampak masih berada pada puncak tertinggi dari emosinya. Menatap untuk terakhir kali sebelum dia menutup pintu rapat-rapat. Kedua jari tangannya mengepal. Apa yang salah? Rahangnya ikut mengeras. Seiring langkahnya menuju ke mobil, Luther terus mengulang ulang adegan tadi. Mencari titik dimana perkataannya yang salah dari wanita itu. Sampai kemudian kedua matanya membulat. Bodoh! Bagaimana bisa dia begitu tidak peka? Dia baru saja menyinggung Zelda mengenai arti dari sebuah ketulusan. Dan sejauh yang dia tahu. Pastinya itu cukup berat bagi Zelda. Sepupunya benar bahwa dia terlalu angkuh untuk mengatakan bahwa dia mengetahui segalanya. Padahal