Nesrin pamit, dia seolah sengaja membuat sebuah moment untukku dan juga sang professor setelah karyaku dipasang. Aku tidak mengira bahwa dia akan mengundangku masuk kedalam lingkaran orang-orang yang cukup disegani. Katakanlah mereka semua adalah kritikus yang memiliki mata elang terhadap setiap karya yang digantung digaleri. Meski sedikit sangsi, tapi aku menyanggupi permintaan itu dan berbincang dengan beliau sambil melihat sisa karya seni di aula. Selagi menimpali ucapan sang professor aku juga sesekali dapat mengenali beberapa lukisan sebagai karya yang dibuat oleh beberapa mahasiswa di kelasku. Aku bahkan secara tidak sengaja bertemu dengan mereka di satu lorong, tatap mereka kini lebih ingin bergabung dengan rombongan kecil kami. sorot mata yang penuh dengki itu kian kentara. Wajar b