LYU-8

1650 Words
Hari ini kami panitia bertemu di kampus untuk mencoba games yang kemarin diusulkan dan juga beberapa games yang ada waktu orientasi, Fajar menjemput pagi untuk berbicara dengan Aria, ketika Indira baru selesai bersiap-siap mereka berdua masih asyik berbicara dan Indira tidak tahu apa yang dibicarakan. Rosa mengajak Fajar sarapan bersama seperti biasa Indira selalu melayani Fajar dengan mengambilkan makanan. "Kalau gini terus bisa-bisa Fajar gak tahan, om" ucap Fajar menatap Indira yang masih mengambilkan nasi ke piringnya "om dan tante setuju ni Indira saya bawa?" Indira menatap Fajar bingung. "Bawa setelah sah" balas Aria menatap Fajar tajam "orang tuamu aja belum kesini main bawa aja" Fajar hanya tersenyum lalu menatap Indira dengan lembut. Perjalanan Fajar tidak mau menjawab tentang pembicaraan bersama Aria membuat Indira sedikit marah pada Fajar. Akhirnya perjalanan mereka hanya berisi suara musik seperti biasanya jika mereka sedang ada masalah. "Kakak ikut turun?" tanya Indira ketika Fajar mematikan mesin mobil. Fajar menatap Indira dengan tanda tanya "kenapa gak boleh ikut turun? pacar aku ikut kegiatan ini kan?" Indira tidak berani menatap Fajar "pembicaraan dengan papamu tadi aku serius tapi tidak saat ini karena harus ada yang aku selesaikan jadi aku harap kamu masih mau di sampingku." Indira menatap Fajar bingung "kakak kenapa?" Fajar hanya tersenyum setelahnya membuka pintu untuk keluar. Beberapa teman sudah ada di gazebo mereka melihat kedatangan Indira dan Fajar yang bersamaan membuat Indira hanya bisa menunduk tidak mau menjadi pusat perhatian. Indira melangkah ke arah Mala salah satu yang dikenal dan baru Indira menyadari jika Mala bersama Romi sedang berbicara secara otomatis Fajar akan bergabung bersama. "Datang lo, mas?" membuat Indira melihat ke belakang ternyata memang Fajar masih dibelakangnya "Dira gak akan hilang kali, mas." "Hilang sih gak tapi diambil cowok lain ya" goda Wahyu yang baru datang membuat Indira menatap Fajar tajam. Wahyu meminta kami semua berkumpul walaupun posisi ketua BEM akan ganti tapi Wahyu masih sebagai ketua BEM dan ini adalah partisipasinya terakhir sebelum disibukkan dengan skripsi. Wahyu membagi kami menjadi beberapa kelompok yang nantinya akan digunakan pada saat orientasi, satu kelompok terdiri dari 3 orang dan 1 senior. Beberapa games yang kami usulkan dicoba satu persatu membuat Indira lelah. Dari hari pertama kita latihan Fajar selalu datang dan masuk dalam kelompok Indira dengan alasan bahwa Indira adalah pacarnya yang sampai sekarang tidak ada kata ok. Saat ini kami semua mencoba mempraktekan games di mana satu orang di atas lalu menjatuhkan diri ke bawah di mana di bawah sudah ada yang siap menangkap. Fajar mencoba terlebih dahulu mencontohkan pada kami semua selanjutnya masing-masing anak bergantian dan tiba giliran Indira, awalnya Fajar melarang tapi Indira meyakinkan jika baik-baik saja dengan terpaksa Fajar menyetujui. Ketika Indira sudah ditangkap anak-anak dan berdiri Fajar langsung menarik Indiraà menjauh memberikan botol mineral dengan cepat dan Indira mengambil posisi jongkok agar menormalkan ritme jantung. Dapat Indira lihat wajah panik Fajar setelah Indira cukup kuat Indira mendekati Fajar membelai pipinya. "Aku gak papa, kak" ucap Indira memberikan senyuman agar tenang dan tanpa Indira bisa mencegah Fajar memeluknya erat membuat ritme jantungnya semakin keras berdetak "kak, aku gak papa." Indira melepaskan pelukan Fajar tatapan Fajar masih sama seperti sebelumnya membuat Indira membelai wajah Fajar dan ini pertama kali Indira menyentuh wajahnya, sekali lagi Indira tersenyum seolah mengatakan jika Indira baik-baik saja. Indira menggandeng tangan Fajar agar kembali, ketika mereka berdua kembali games sudah akan selesai secara perlahan Indira melepaskan genggaman tangan mereka untuk bergabung bersama anak-anak yang lain. Setiap selesai permainan Wahyu akan memberikan maksud dari permainan ini tujuan agar kami nanti mudah menjelaskan pada adik-adik yang akan masuk besok. "Makan yuk" ajak Mala dengan cepat Indira mengangguk. Kami makan bersama yang lain di mana hal yang tidak pernah Indira lakukan dahulu, seolah Indira hanya di sekitar mereka bertiga dengan ke mana-mana bersama tapi sekarang semuanya berbeda. "Kenapa lo ikut acara begini?" tanya Nia langsung ketika kita makan bersama. "Disuruh Dio setelah gue pikir daripada dirumah mending ikut aja" jawab Indira menatap Nia. "Gue kira karena Mas Fajar" tebak Nia membuat Indira tersenyum dan menggelengkan kepala "bukannya kalian ada sesuatu?" sambung Nia namun untuk hal ini Indira tidak akan menjawab. "Indira" Indira melihat Dio berada di belakangnya. "Lo ya ngajak gue ikutan tapi lo gak ikutan" Indira menatap Dio dengan emosi namun Dio seolah tidak peduli dengan duduk di samping Indira memberikan senyuman terbaiknya "rese lo." Indira tidak menyadari jika apa yang dilakukan dilihat beberapa orang terutama Fajar jika Mala tidak memberikannya kode membuat Indira hanya bisa menatap Dio tajam tidak terima dengan perbuatan Dio "Gue kan baik daripada lo di rumah mulu" ucap Dio santai "lo type yang mager ngapa-ngapain" Indira semakin melotot menatap Dio. "Udah shalat?" tanya Fajar yang mengambil duduk di belakang Indira dengan meletakkan tangannya di pinggang membuat Indira langsung diam atas perlakuan Fajar. "Lagi libur, kak" jawab Indira tanpa menatap wajah menahan malu. "Kakak shalat dulu tunggu di gazebo kita pulang" ucap Fajar sebelum meninggalkan Indira membuatnya menghembuskan nafas perlahan. "Kegiatan sudah selesai ya besok dilanjut lagi" ucap Wahyu membuyarkan lamunan Indira karena tiba-tiba ada di samping kami semua. Setelah Wahyu memberikan pengumuman kami berencana untuk menonton tapi Indira menunggu keputusan dari Fajar karena mereka pulang bersama. Mala menunggu jawaban Indira dengan segera Indira ke gazebo menunggu Fajar shalat sambil memainkan ponsel membalas pesan sahabat-sahabatnya yang masuk. "Katanya pada mau nonton? mau ikut?" pertanyaan Fajar mengagetkan Indira membuat langsung menatap Fajar dengan wajah terkejutnya "lihat apaan sih?" melihat ponsel yang dipegang "Dimas?" Fajar menatap dengan tanda tanya. "Bukan apa-apa, kak" jawab Indira sambil memasukkan ponsel ke tas "ya pada nonton, kalau aku terserah kakak aja." "Kita ikut setelah nonton kita pisah sama mereka ada yang harus dibicarakan" Indira menatap Fajar bingung dan langsung beranjak menuju Mala tapi tangannya langsung dipegang sebelum melangkah jauh "kemana? kasih tahu mau ikut? udah aku jawab ke Wahyu jadi kita langsung berangkat ketemuan di sana" Indira hanya mengangguk. Dalam perjalanan mereka hanya diam berbeda dengan sebelumnya tapi memang Fajar tidak banyak bicara kalaupun bicara hanya pada intinya saja. Mereka bertemu di bioskop langsung dan ternyata sudah mendapatkan tiket serta membeli beberapa camilan, Fajar menarik Indira untuk ikut membeli. Antrian yang ramai membuat Fajar di belakang Indira dengan meletakkan tangannya di pinggang, membuat Indira salah tingkah. "Kita kaya nganterin dua pasangan kencan ya" goda Wahyu dengan senyuman jahilnya. "Yang satu lagi siapa, mas?" tanya Indira menatap sekitar "Mala terus satu lagi siapa?." "Busyet gak sadar dia, mas" ucap Wahyu tersenyum menggoda ke arah Fajar dan aku, seketika membuat pipi Indira merah disambut senyuman menggoda dari yang lain. Selama nonton film ternyata Fajar type yang menikmati tontonan tanpa makan dan minum sedangkan Indira memilih memakan popcorn yang ada sambil menonton bahkan popcorn milik Fajar diberikan pada Indira. Mereka berdua langsung berpisah dengan yang lain karena memang Fajar ingin membicarakan sesuatu dan Indira penasaran apakah itu. "Sebentar lagi aku wisuda dan aku harap kamu bisa datang" kata pertama yang Fajar ucapkan ketika mereka telah memisahkan diri "dan sekarang bantu cari baju untuk wisuda, lupa dari lama ibu suruh tapi sibuk terus dan tolong bantu ya" memberikan tatapan memohon membuat Indira tersenyum dan mengangguk. Sebelum memilihkan baju Indira bertanya terlebih dahulu apa ada warna yang dijadikan seragam dengan segera Fajar menghubungi sang ibu dan ternyata setelah pembahasan lama diputuskan warna biru itupun usul dari Indira karena tidak menemukan jalan tengah. Fajar tidak membantu sama sekali dalam memilih pakaian walaupun Indira juga tidak terlalu ahli tapi Indira berusaha agar terlihat rapi di foto nantinya. "Ibu pasti suka pilihan adik" ucap Fajar sambil tersenyum. "Ibu? kakak gak suka?" Fajar menatap Indira bingung. "Suka tapi selama ini baju yang dibeli selalu mendapatkan kritikan pedas" Indira tersenyum mendengarnya "maaf ya dadakan" Indira hanya mengangguk "sekarang mau makan apa?." "Pengen makan nasi goreng di pinggir jalan" jawab Indira langsung membuat Fajar menatap dengan tanda tanya "makanan pinggir jalan itu enak tau dan murah ayo berangkat aku lapar" sambil menarik tangan Fajar. Mereka berdua makan di warung dekat perjalanan pulang rumah yang kebetulan ada penjual nasi goreng, nasi goreng ini berada di pinggir jalan tapi yang beli banyak bahkan bermobil dan harus antri tapi beruntung sekarang tidak terlalu ramai. "Fajar" panggil seseorang membuat mereka berdua melihat sumber suara tersebut. "Ine" ucap Fajar kaget membuat Indira secara tidak langsung melihat interaksi mereka berdua. Bagi Indira wanita yang bernama Ine ini sangat cantik berbeda jauh dengan dirinya apalagi jika harus dibandingkan, tipe-tipe wanita lemah lembut tapi tegas. Indira merasa kurang percaya diri jika berhadapan langsung dengan Ine jika seperti ini. "Sama siapa?" tanya Ine menatap Indira setelah menyapa Fajar "tumben sama cewek" membuat Fajar cemberut dan Indira tiba-tiba tidak suka "bisa cemberut juga dulu mana ada ekspresi begitu" Ine tersenyum "syukur kalau sudah move on" perkataan Ine membuat Indira bingung. "Dik, ini Ine anak psikologi satu angkatan sama aku dan Ine ini Indira anak psikologi juga baru masuk" jelas Fajar menatap Indira dan Ine bergantian “calon masa depanku” lanjut Fajar membuat Ine memberikan tatapan menggoda. Mereka berdua saling memperkenalkan diri dan bagaimana ceritanya tiba-tiba Ine sudah duduk di sebelah Fajar tanpa mempedulikan keberadaan Indira. Melihat mereka seperti ada yang sakit dihati. Indira tidak berhak atas Fajar karena sampai detik ini Indira belum memberikan jawaban atas pernyataannya selama ini dan melihat ini tiba-tiba ada rasa takut kehilangan Fajar seperti sebelumnya. "Jadi lo udah mau nikah?" tanya Fajar membuyarkan lamunan membuat Indira menatap mereka berdua. "Yup nanti undangannya gue kasih" jawab Ine "ajak Indira juga biar pada tahu lo udah punya cewek" memberikan tatapan menggoda pada Fajar. "Sama Teguh?" pertanyaan Fajar seolah tidak peduli dengan godaan membuat Ine melotot. "Ya sama siapa lagi kaya pacarku banyak aja" omel Ine dengan menggelengkan kepala. Dan Indira menjadi obat nyamuk di antara mereka, ketika makanan datang Fajar mengambil sayuran di piring makanan dan memindahkan ke piringnya yang Indira tahu menjadi perhatian Ine dan secara tidak sadar tersenyum malu. "Indira udah lama kenal Fajar?" tanya Ine langsung. "Lumayan, mbak. sekitar 6 bulan ini mungkin" jawab Indira membuat Ine menatap Fajar kembali. "Lo jahat banget gak kenalin ke kita-kita" protes Ine "bukan waktu sebentar buat kenalin ke kita-kita." "Gue belum wisuda" elak Fajar "tunggu tanggal mainnya kaya lo sama Teguh." "Gue sebarin ke anak-anak si Indira" ancam Ine. Fajar melotot "jangan terlalu masuk kedalam ranahku." Indira terkejut dengan bentakan Fajar kepada Ine tapi melihat reaksi Ine yang biasa rasa penasaran mengenai keadaan Fajar berdasarkan gosip yang beredar dan Indira berharap itu hanya gosip.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD