Adrian menatap Pelangi yang kini bergerak gelisah dan tampak gugup saat mendengar pertanyaannya, dan tak menyadari apa yang baru saja diucapkannya. Memanggil wanita itu dengan sebutan ‘sayang’ yang tentunya tak membuat arti khusus. Tapi, well, Pelangi memang sudah membuat arti khusus dalam hidupnya. Pikirnya muram. Adrian menyugar rambutnya dan kini menyentuh dagu pelangi. Mereka sudah saling berhadapan saat ini. Adrian sudah sepenuhnya duduk di depan Pelangi. Saat ini dia tak akan meloloskan Pelangi dari kewajiban untuk mengutarakan semua keresahan wanita yang telah memaksanya menikahinya ini. Mata bulat itu mengerjap dan kini secara terpaksa menatapnya. Ada kemuraman di wajah wanita itu dan Adrian merasa benci sendiri, karena telah membuat Pelangi seperti wanita yang ketakutan. Ada apa