Defan dengan hati-hati merebahkan Kinan ke ranjangnya, mereka saling menatap begitu dalam, lalu dengan lembut Defan membelai rambut Kinan,perlahan ia mendekatkan bibirnya pada bibir manis candunya itu sebelum dengan cepat Kinan memalingkan wajahnya.
Defan tak mau kalah,ia lalu meraih dagu Kinan agar menoleh kembali menatapnya dan kembali memagut mesra bibir Kinan sesaat sebelum Kinan mendorong tubuhnya hingga pria itu berbaring ke samping.
"Kenapa?”tanya Defan.
Dengan cepat Kinan bangkit dan duduk bersandar pada kepala ranjang."Ini salah Defan, kita tak seharusnya melakukan hal seperti ini,”lirih Kinan.
Masih berbaring Defan menatap Kinan, ia mengerutkan keningnya. "Apa yang salah sayang, kita pernah melakukannya sekali lalu apa salahnya kita melakukannya lagi. "
Kinan memejamkan matanya, ia berusaha menahan rasa kecewanya, semudah itu Defan mengatakan hal itu."Kita bukan siapa-siapa?Bahkan kita tak saling mengenal, jadi tolong hargai aku sebagai seorang wanita meski aku tak lagi suci di matamu." Tidak Kinan tidak bisa menahan perasaannya, air matanyapun segera mengalir membasahi pipi. Tapi dengan cepat ia menghapusnya.
Defan mendesah, lalu ia bangkit dan duduk di sebelah Kinan sambil menatap lurus ke depan."Jika aku tidak menghargaimu, maka aku tak akan mencarimu selama 5 tahun ini.Dengan mudah aku akan melupakan dirimu, tak peduli sekalipun jika aku telah mengambil kehormatanmu waktu itu."
Kinan menunduk."Tapi tetap saja pada akhirnya kita hanya orang asing. "
Defan langsung menoleh pada Kinan dan memegang kedua bahu Kinan."Dari kemarin kamu terus saja mengatakan jika kita hanya orang asing, astaga Kinan, bahkan sekalipun kita hanya orang asing kita tetap bisa bersama,dan lagi kamu mencintaiku iya kan? "
Pertanyaan Defan berhasil membuat Kinan ingin menatap dalam mata pria di depannya."Jika aku memang mencintaimu, lalu bagaimana denganmu?”tanya Kinan.
Mendengar pertanyaan Kinan,Defan melepas tangannya pada bahu wanita itu, ia pun bingung harus menjawab apa? Dia tak tahu apa reaksinya pada Kinan itu termasuk mencintai wanita itu, atau hanya sekedar rasa tanggung jawab yang telah ia niatkan sedari dulu.
Kinan tersenyum kecut melihat reaksi pria di depannya.”Kamu tak bisa menjawabnya kan? "
Defan kembali menatap Kinan."Entahlah, yang aku tahu aku tak pernah tenang sejak malam itu, dan aku terus mencarimu sejak malam itu, dan aku begitu bahagia saat kita bertemu lagi."Defan meraih tangan Kinan dan menggenggamnya."Kinan percayalah, aku ingin memilikimu."
Lagi, Defan mengatakan kepemilikan bukan mencintai. Kinan menatap mata Defan, jelas ada permohonan di sana."Jika kita bertemu lagi dalam keadaan aku masih sama Kinan yang dulu,yang cupu apa kamu masih menginginkanku seperti ini?”tanya Kinan dan lagi-lagi pertanyaan Kinan membuat pria itu kaget lalu melepas tangan yang tengah menggenggam tangan wanita itu.
Ia lalu berfikir jika mereka bertemu lagi dengan keadaan Kinan yang sama seperti dulu apa dirinya akan menginginkan Kinan seperti ini.
"Sudahlah Defan, sebaiknya kamu kembali ke kamarmu, bagaimanapun tak baik jika kamu tidur di sini."
Kinan merebahkan dirinya lalu tidur menyamping memunggungi Defan.
Defan menatap punggung Kinan lalu menarik nafasnya panjang dan perlahan menghembuskannya. Apa yang di katakan wanita itu benar, bagaimana perasaannya terhadap Kinan saat ini,apakah dia mencintai wanita itu atau hanya sekedar tertarik dan juga perasaan memiliki karena bagaimanapun dirinya adalah pria pertama Kinan begitupun Kinan juga wanita pertama baginya.
Defan menoleh ke arah jendela menatap langit malam, entah apa perasaan yang ia miliki apakah cinta atau hanya perasaan nyaman.
Kembali menatap punggung Kinan yang kini sudah terdengar suara nafas teratur dari wanita itu,satu yang Defan tahu jika dirinya tak ingin jauh dari wanita itu.Defan akhirnya merebahkan dirinya di samping Kinan lalu mengecup bahu Kinan lalu memeluknya dari belakang dan ikut memejamkan matanya.
...
Kinan tengah memasak sarapan dengan kesal, Defan tetap tak mau mendengarkannya, pria itu ternyata tetap saja tidur di kamarnya.
"Kenapa mukanya kesal begitu hmm?"tanya Defan sambil memeluk Kinan.
Kinan menghela nafasnya lalu melepas tangan Defan yang memeluk perutnya."Saya sedang memasak Pak, lebih baik anda duduk di sana dan tunggu dengan tenang."
Defan membalik tubuh Kinan secara tiba-tiba dan dengan cepat mengecup bibir Kinan membuat wanita itu membelalakan matanya kaget.
"Sarapan pembuka,”ujar Defan.
"Hisss,"ujar Kinan kesal.
Sementara Defan hanya terkekeh geli melihat ekspresi Kinan. Lalu ia duduk di meja makan sambil memandang wanita itu yang tengah menyiapkan sarapan mereka.
"Silahkan sarapan, aku mau ganti baju."
Sebelum Kinan beranjak dengan cepat Defan menarik Kinan hingga duduk di pangkuannya.
"Astaga Defan,”pekik Kinan sambil menahan bahu Defan.
"Dengar aku Kinan,”ucap Defan menghentikan pergerakan Kinan."Dengar, aku belum tahu apakah aku mencintaimu atau tidak, tapi yang aku tahu aku sangat nyaman denganmu."
Kinan menatap mata Defan mencari kesungguhan di mata pria itu. "Lalu? "
Defan tersenyum lalu membelai rambut wanita itu."Aku ingin kita menjalani semua ini sebagai sepasang kekasih."
"Heh,kamu seperti ini karena sekarang aku cantik iya kan?"
Defan terkekeh."Itu bonus sayang."
Kinan mulai salah tingkah."Bagaimana jika penampilanku kembali seperti dulu?"
"Tak masalah, itu lebih baik jadi hanya aku yang bisa menikmati keindahanmu."
Kinan ingin mencobanya, bagaimanapun ada sesuatu yang harus ia perjuangkan.Ia menggigit bibirnya sambil berfikir.
"Apa yang kamu pikirkan?"tanya Defan.
"Tentu saja mempertimbangkan kata-katamu."
"Untuk apa? Aku tak butuh persetujuanmu, pokoknya mulai detik ini kita sepasang kekasih. "
"Eh, mana bisa seperti itu,”protes Kinan.
"Bisa karena itu keputusanku, keputusanku selalu mutlak dan kamu tak aku izinkan menolaknya."
Semakin kesal dengan bagaimana pria itu bersikap otoriter, dengan cepat Kinan bangkit dari pangkuan Defan dan mendengus kesal sebelum ia naik ke lantai atas menuju kamarnya.
Defan tersenyum melihat betapa lucunya Kinan, lalu ia menunduk memikirkan keputusannya barusan. Ia mendesah, ia ingat ada sesuatu yang harus ia selesaikan dan itu akan ia bicarakan dengan keluarganya nanti setelah ia yakin Kinan benar-benar menerimanya,bukan karena paksaan seperti ini.
Sementara itu di dalam kamar, Kinan menatap pantulan dirinya di cermin, ia memikirkan kembali apa yang Defan katakan padanya. "Sepasang kekasih,”gumamnya.
Lalu ia memegang dadanya yang mulai lemah kembali, debaran dari dalam dadanya semakin bergemuruh, tapi ia ragu, bagaimanapun pria itu belum mengatakan jika dia mencintainya.
Bagaimanapun Kinan tetap saja wanita naif yang ingin mendengar kata cinta terucap dari pria yang ia cintai.Ya Kinan akui dia tetap saja mencintai pria itu, terlepas dia Fano atau Defan, nyatanya debaran jantungnya tetap sama setiap dekat dengan pria itu baik dulu maupun sekarang.
Lalu apakah sekarang dia akan setuju begitu saja dengan tawaran Defan, sepasang kekasih.Lalu Kinan mengambil ponselnya dan membuka galeri foto di sana. Air matanya kembali turun menatap salah satu foto yang tersimpan di sana.
"Naya,”gumamnya.
.
.
myAmymy