Hanya Orang Asing

1034 Words
Defan merebahkan Kinan di ranjangnya tanpa melepas tatapan matanya yang sudah berhasil mengunci pergerakan Kinan. Dengan hati-hati ia membelai rambut wanitanya,lalu mengusap pipinya dan bibirnya.   "Defan,”lirih Kinan sedikit gemetar karena ia harus menahan degub jantungnya yang mulai berdebar tak karuan.   "Entah apa yang ada di dirimu benar-benar membuatku candu Kinan, aku tak bisa berhenti memikirkanmu sejak malam pertama kita,”bisik Defan tepat di wajah wanita itu.Defan,pun sama, merasakan hangatnya deru nafas Kinan yang menerpa wajahnya, degub jantungnya seolah berlomba di dalam dadanya.   "Dan taukah kamu, saat kita bertemu kembali dan aku menyadari bahwa wanita yang aku beri tumpangan ke kantorku pagi itu adalah kamu, sungguh itu adalah hari paling beruntung dalam hidupku setelah 5 tahun lalu."   Kinan tak tahu harus menjawab apa? Apakah harus ia katakan baginya bahwa hari itu adalah hari tersial dalam hidupnya setelah 5 tahun lalu.Mengingat itu Kinan memejamkan matanya,kenyataannya kesialan bagi Kinan tak ada habisnya sejak ia di lahirkan.   "Def ... fan ...,"ucap Kinan berusaha mendorong pria yang mulai mencium pipi nya dan kini tengah berusaha meraih bibirnya."Tidak Defan ini salah."   Tapi apalah daya, Defan tak mau mendengarnya, pria itu tetap gencar meraup bibir Kinan. Pria itu begitu pandai bermain bibir di atas bibirnya, membuai Kinan dengan begitu lembut hingga tanpa sadar wanita itu mulai membalas ciuman pria di atasnya.Bahkan Kinan tanpa sadar telah mengalungkan tangannya ke leher pria itu.   Suara decapan peraduan bibir mereka mulai terdengar dalam kamar wanita itu,desahan atau erangan kecilpun kadang terdengar di sela kegiatan mereka.Hingga suara dering ponsel yang begitu nyaring terdengar tepat dari atas nakas samping Kinan mengagetkan Kinan hingga berhasil membawa wanita itu kedalam kesadarannya.   Dengan kuat Kinan mendorong Defan yang tengah bermain di sekitar bulatan di tubuhnya, bahkan wanita itu harus merasakan sakit karena gigitan yang tiba-tiba saat dia mendorong pria itu. Dengan cepat wanita itu bangkit dan mengambil ponselnya sambil merapikan pakaiannya.   "Papa ...,"lirih Kinan sambil melirik Defan yang terlihat kesal.   Kinan menghela nafasnya lega karena panggilan telepon papanya berhasil membawa akal sehatnya kembali. Segera ia bangkit dan menuju balkon lagi untuk menelpon balik sang ayah. "Hallo pa... " Ucap Kinan pada sang papa di seberang telepon sana.   "Syukurlah,Kinan ikut lega mendengarnya."Sungguh Kinan lupa jika malam ini adalah jadwal operasi sang mama.   Mama Sinta,menderita kangker rahim sejak beberapa tahun lalu, sebelumnya mereka hanya mengobatinya dengan pengobatan alternatif selama setahun lalu beralih pada pengobatan medis karena sang  mama cukup takut dengan operasi,dari awal dokter sudah menyarankan operasi pengangkatan rahim tapi wanita itu terlalu takut untuk hal seperti itu.Dan setelah kankernya tiba pada level stadium 3 mamanya memutuskan untuk menjalani operasi itu.   "Iya pa ... nanti kalau Kinan dapat cuti pasti Kinan pulang."   "Iya, Kinan juga sangat merindukannya,Hiks ...."Airmata Kinanpun mengalir membasahi pipinya."iya pa ... katakan padanya kalau aku juga sangat merindukannya."   "Baiklah papa juga istirahat ya, maaf Kinan tak bisa mememani papa menjaga mama di sana. Iya Kinan tutup ya pa."Dengan cepat Kinan menghapus air matanya setelah menutup panggilan telepon itu. Ia menarik nafasnya dalam dan menghembuskan perlahan.   "Ada apa? Kenapa menangis,”tanya Defan sambil menyentuh bahu Kinan membuat wanita itu tersentak.   Dengan cepat Kinan menggeleng."Tidak apa-apa,”lirihnya masih enggan berbalik.   Defan merasa ada yang di sembunyikan oleh wanitanya. Jelas tadi ia mendengar percakapan Kinan dengan ayahnya."Apa semua baik-baik saja?"tanya Defan sambil memeluk Kinan dari belakang.   Kinan menghela nafasnya."Tentu saja."   "Lalu kenapa kamu menangis."   Kinan tersenyum tipis."Ini tangisan kerinduan."   "Ah ya aku tahu, aku juga kadang sampai menangis saat aku merindukanmu,"ucap Defan begitu yakin.   'Cih mana mungkin, bohong sekali dirimu,'batin Kinan.   "Kenapa? Kamu tak percaya jika aku sampai menangis karena merindukanmu? "   Tepat sekali, Kinan meragukan hal itu."Kenapa aku harus mempercayainya? "   Defan melepas pelukannya lalu membalik tubuh Kinan supaya menghadapnya namun kembali pria itu memeluk pinggang ramping wanitanya.   Di tatapnya dalam mata jernih yang masih sedikit basah itu, lalu hidung mancung Kinan yang memerah.Kemudian tangan Defan membelai lembut rambut Kinan hingga berakhir pada leher putih yang kini tercetak 2 tanda merah di sana, Defan tersenyum melihat itu.   "Percayalah kehilanganmu 5 tahun lalu telah banyak merubah kehidupanku Kinanti. "   "Dan sekarang aku sangat bersyukur karena kita bertemu lagi, dan tak akan pernah aku biarkan kamu pergi lagi dariku."   Untuk sesaat Kinan menatap dalam mata Defan,namun ia segera menepis sebuah kepercayaan yang muncul di hatinya untuk pria itu."Aku bukan siapa-siapa yang bisa kau larang pergi darimu."   Dengan cepat Defan menggeleng."Kamu milikku Kinan."   Kinan tersenyum kecut mendengar klaim kepemilikan yang terucap dari bibir yang baru saja membuatnya terbuai.   "Aku bukan barang."   "Aku tahu, tapi bagiku kamu wanitaku, milikku. "   "Astaga tuan Defan yang terhormat, stop mengatakan hal seperti itu, kita hanya orang asing,baik dulu ataupun sekarang."   Defan tersenyum smirk."Orang asing yang pernah berbagi kehangatan di ranjang sudah tak ada kata asing lagi Kinan,aku sudah melihat semua yang ada pada dirimu, aku tahu ada di titik mana saja tahi lalat kecil di tubuhmu."   Blush... Sial bagaimana bisa pria itu mengatakan hal seperti itu padanya, sungguh Kinan merutuki betapa naifnya dirinya baik di masalalu juga sekarang.   "Mengenal seseorang bukan hanya sebatas fisik Defan, apa kamu tahu hobiku?Makanan kesukaanku, yang aku suka ataupun tidak? Kamu tahu itu? Apa kamu tahu siapa aku? Keluargaku? "   Kinan menggeleng.”Tidak, kamu tidak tahu itu, begitupun aku, aku tak mengenalimu, baik kamu sebagai Defan atau dirimu yang palsu sebagai Fano.”Tunjuk Kinan pada bidang berotot pria itu.   "Ya kamu benar, mengenal bukan hanya sebatas fisik, tapi juga pribadi kita, baiklah jika itu yang menjadi masalahnya mulai sekarang aku akan berusaha mengenal dirimu,semua tentangmu akan aku cari tahu."   Defan kembali membawa Kinan ke dalam pelukannya hingga wajah Kinan tenggelam dalam dekapannya.   "Lepas Defan. "   Defan melepas pelukannya lalu kembali menatap manik mata hitam Kinan, hatinya kembali bergemuruh mulai menginginkan wanita itu lagi. Defan mendekatkan kembali wajahnya dan mengecup bibir manis candunya.   "Lep... pas Defan,”ucap Kinan saat berhasil melepas ciuman mereka.   "Ayo kita lanjutkan yang tadi,”bisik Defan.   "Gila kamu,”ucap Kinan kesal."kembalilah ke kamarmu!"   Defan menggeleng."Tidak tidur memelukmu lebih nyaman. "   "Astaga, Defan kita tak boleh melakukan hal itu. "   "Hal apa? "Defan terkekeh."apa kamu berfikir yang iya-iya? Lebih jauh dari permainan kita tadi?Jika kamu begitu menginginkannya aku tak masalah, ayo kita lakukan."   "DEFAN,"teriak Kinan karena tiba-tiba dan lagi-lagi pria itu membopong lagi tubuhnya dan membawanya ke ranjangnya. . . myAmymy
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD