8. Pertemuan

2136 Words
Hanung mengangguk sopan setelah berhasil membuat janji dengan Olyn malam hari ini untuk buka bersama sekaligus memperkenalkan Tasya pada mereka sebagai calon anggota baru keluarga Mahardika. Meskipun Farhan berada dalam satu gedung dengan Olyn, tapi lelaki itu lebih sering bertemu dengan para kolega bisnisnya di luar. Maka seperti inilah jadinya, lebih seringnya Hanung yang mengatur semua urusan pribadi Farhan walau sebenarnya Hanung bukan asisten pribadi Farhan. Termasuk dalam pertemuan antar keluarga besar. Hanya saja, Hanung tidak akan membawa keluarga besarnya nanti. Olyn berjalan meninggalkan Hanung dengan sopan juga. Wanita berusia 58 tahun itu menuju ke ruang kerjanya bersama suami dan putranya juga beberapa pengawal lainnya. "Kenapa tidak Farhan sendiri yang mengajak bertemu. Lelaki itu, congak sekali jadi orang." gerutu Olyn secara pelan agar tidak bisa didengar oleh orang lain. Namun tanpa Olyn sadari, Tora dan Radit mendengar gerutuan Olyn barusan. Kedua lelaki beda usia itu hanya tersenyum tanpa ingin menyahut. Olyn, dia adalah kakak Farhan satu-satunya. Kedua orang tua mereka sudah meninggal dan kebetulan kedua orang tua mereka sama-sama anak tunggal. Aloona, adalah nama perusahaan yang dikelola oleh Farhan dan Olyn sejak kedua orang tua mereka tiada. Olyn sendiri, dia menikah dengan Tora saat lelaki itu sudah menjadi duda dari satu anak bernama Radit. Dan dari pernikahan Olyn dengan Tora, wanita itu tidak dikaruniai keturunan. Kebetulan Tora maupun Radit, mereka juga ikut bekerja di Aloona sebagai sesama manager. Beberapa orang yang melewat dan mendengar bahwa Hanung membuat pertemuan keluarga dengan Olyn sebagai bentuk memperkenalkan calon anggota baru, mereka menatap tak suka pada Hanung dan membicarakannya di belakang. "Dia memang paling bisa merebut hati bos." "Menang banyak dia kalau sampai anaknya nikah sama anaknya bos." "Dia pasti gila harta." Jangan dikira Hanung tidak mendengarnya. Lelaki paruh baya dengan hiasan kacamata di wajahnya itu mendengar semuanya. Hanya saja, Hanung mencoba menahan diri agar tidak emosi. Ditambah dia sudah berlatih beberapa tahun untuk mengendalikan emosinya agar tidak cepat meledak seperti dulu. Tanpa menghiraukan mereka lagi, Hanung langsung berjalan memasuki lift menuju ruang kerjanya. Dia sudah kebal mendengar kata-kata yang membuat hatinya terluka. Yang terpenting bagi Hanung bukanlah mereka, tapi kepercayaan dari Farhan. Banyak orang mengira bahwa niatnya menjodohkan Tasya dengan Indra agar dia bisa memiliki Aloona. "Terserah mereka saja mau berpikir bagaimana. Setiap orang berhak berspekulasi masing-masing." ujar Hanung pelan tanpa membuat raut wajah kesal. Dari pada memikirkan orang lain yang tidak menyukainya, Hanung lebih memilih mengabari Farhan bahwa pertemuan disetujui oleh Olyn. Dia juga langsung membuat janji dengan pihak hotel kelas bintang lima untuk acara nanti malam. Secepat mungkin, Hanung akan menyelesaikannya. Tak lupa, Hanung juga mengabari Vidya agar mempersiapkan diri bersama Tasya. *** Mood Indra turun saat dia mendengar kabar dari Farhan bahwa nanti setelah pulang kerja harus bertemu dengan Olyn di alamat yang sudah dikirimkan melalui pesan. Dia melihat ke sekitar, semua temannya sibuk bekerja. Tentunya dia juga ada pekerjaan. Tak berselang lama, bel istirahat berbunyi. Indra masih berdiam di ruang kerjanya, karena kalau bulan puasa begini pun tidak ada yang bisa dilakukan selain ke mushola kantor. Beberapa rekan kerjanya juga mayoritas masih ada di ruangan untuk yang berpuasa. Kecuali bagi mereka yang memang tidak berpuasa, baru pergi ke kantin kantor. Karena memang meski bulan puasa, kantin tetap buka dan menyediakan makan siang bagi karyawan yang tidak berpuasa. Dan nanti sore, ada karyawan yang bekerja di dapur akan membagikan takjil bagi semua karyawan di dekat meja resepsionis. "Enggak ke mushola lo?" tanya rekan kerja Indra yang meja kerjanya ada di seberang Indra. Tata letak meja kerja di line dua jelas berbeda dengan ruang kerja di line tiga dan empat. Jika di bagian perancang game, mereka dibagi per divisi per ruangan dan hanya ada delapan orang di dalamnya. Tapi kalau di line dua, dalam satu ruangan ada satu produser software dan ada banyak sekali meja yang disekat dengan lemari berkas dari besi. Dalam satu ruangan, ada sekitar tiga puluh orang. Sedangkan di line dua, ada lima ruangan dan lima produser software. Kelima-limanya jelas dalam bidang yang berbeda-beda. Jika di ruangan tempat Indra bekerja sekarang, mereka mengurus dalam hal software antivirus. "Eh... Bentar lagi kayaknya." jawab Indra seadanya. "Ya sudah, gue ke bawah duluan." pamitnya seraya melemparkan senyum biasa pada Indra. Lelaki berkulit hitam manis itu mengangguk seraya membiarkan teman satu ruangannya pergi. Pikiran Indra sekarang sedang tidak fokus, dia memikirkan bagaimana nanti dia harus mengatur ekspresi dan sikap saat bertemu dengan suami dari Olyn. "Kenapa juga harus ketemu sama mereka?" Desah Indra dalam hati. Sedari kecil, Indra memang tidak dekat dengan keluarga Olyn. Terlebih Radit bukanlah saudara sepupu kandung, dan Radit selalu mencari gara-gara dengan Indra sedari dulu. Hal itu membuat Indra malas bertemu mereka. Walaupun Olyn sendiri bisa dibilang sangat menyayangi Indra sewaktu kecil sebelum budhenya itu memutuskan menikah dengan Tora. "Assalamualaikum..." sapa Virgo di samping telinga Indra. Refleks Indra menjawab salam dari Virgo. Dia kaget, tumben sekali Virgo datang ke ruang kerjanya. Padahal sebelum-sebelumnya tidak pernah sama sekali. Ini pertama kalinya Virgo mendatangi Indra ke ruang kerja. "Lo ngapain di sini?" tanya Indra seraya menatap ke arah Virgo, harap-harap bahwa apa yang dia lihat itu benar nyata. "Nyamperin lo, lah." balasnya santai. "Heran, apa ada yang mau diomongin Virgo ke gue tentang Tasya? Apa dia enggak rela kalau gue beneran nikah sama Tasya?" Pertanyaan-pertanyaan aneh terlintas di dalam benak Indra. "Woy... Malah bengong, ayo ke mushola." ajak Virgo sambil menepuk bahu Indra lumayan keras. "Oh... Iya-iya, ayo." Indra mengangguk lalu berdiri mengikuti ke mana Virgo mengajaknya. Dalam perjalanan menuju lantai dasar, tidak ada percakapan di antara keduanya. Mereka sama-sama sibuk dengan pikiran masing-masing. "Eh, Go... Gue mau nanya dong." akhirnya Indra tak kuasa menahan gejolak pertanyaan yang terus meronta-ronta di dalam benaknya. "Apaan?" "Lo enggak cemburu kan kalau gue nikah sama Tasya?" suara Indra memelan, takut-takut kalau ada yang mendengar. Mau jadi apa pikiran orang-orang kepada Virgo kalau sampai mereka mendengar Indra bertanya demikian. Terlebih, seluruh isi kantor sudah tahu kalau Virgo memiliki dua istri. Jangan sampai mereka berpikir kalau Virgo berniat menambah istri ketiga. "Ya enggaklah, di antara gue sama Tasya kan sudah berakhir dari lama. Ya jodoh kan enggak ada yang tahu, Ndra. Kalau memang jodoh lo sama Tasya, buat apa gue cemburu. Lagi pula, Tasya sudah enggak ada di hati gue kok. Dia cuma kisah lama. Tenang saja, gue enggak akan merebut Tasya dari lo." Virgo berusaha meyakinkan Indra bahwa dia memang baik-baik saja. Mendengar jawaban dan penjelasan Virgo, membuat Indra semakin tenang. Jadi usahanya untuk menghalangi niat Tasya tidak akan sia-sia. Ditambah kalau Virgo memang tidak ada rasa lagi kepada Tasya, maka akan lebih mudah bagi Indra untuk menghentikan Tasya. Hatinya melega mendengarnya. "Gue percaya kok sama lo." balas Indra seraya menepuk punggung Virgo beberapa kali. Keduanya lanjut berjalan ke arah mushola. Indra harap, semoga Virgo tidak curiga padanya tentang dia yang menerima perjodohan ini. *** Lagi, Tasya kembali dibuat kesal akan acara malam hari ini. Kenapa juga harus ada pertemuan bersama keluarga Mahardika. Ya meskipun ini hal lumrah, memperkenalkan calon anggota keluarga baru. "Ma... Enggak bisa ya kalau aku di rumah saja, enggak usah ikut?" Tasya sudah memasang tampang memelas agar Vidya mau mengizinkannya tinggal di rumah. Tidak berhasil, kepala Vidya menggeleng beberapa kali. Padahal Tasya sudah berusaha semampunya untuk memasang tampang melas. Tapi tetap saja tidak mempan bagi Vidya. "Aku merasa lagi kurang enak badan, Ma." rengek Tasya lagi. "Izin saja sama Papa, jangan sama Mama." Sekak! Tasya tak bisa berkutik kalau sudah menyangkut Hanung. Mana berani dia menolak kepada papanya. Meski Hanung adalah orang yang santai, pendiam, dan penyayang, tapi lelaki paruh baya itu sangat ditakuti oleh Tasya. Mau tak mau, Tasya akhirnya ikut Vidya turun. Mereka akan segera berangkat ke hotel bersama Hanung yang sudah menunggu di bawah. Kali ini hanya ada satu mobil yang dikendarai oleh Hanung sendiri. Wajah Tasya sudah murung, jarang sekali ada senyuman di wajahnya setelah dia bertunangan secara paksa dengan Indra. "Nanti di sana jangan bicara kalau tidak ditanya, Sya." pesan Hanung agar putrinya tidak terlihat bodoh di depan Tora dan Olyn. "Hem..." "Jangan pasang tampang menyeramkan. Selalu senyum dan jaga sopan santun." suara Hanung kembali mengusik telinga Tasya. "Iya, Pa." sahut Tasya lagi ogah-ogahan. "Jangan permalukan Papa sama Mama." Hanung seolah tak ada niat berhenti memberi tahu apa saja yang harus Tasya lakukan dan tidak boleh dilakukan. "Iya Papaku, sayang." desah Tasya karena Hanung belum juga berhenti. Di kursi kemudi, Hanung tersenyum mendengar jawaban Tasya. Putrinya itu, memang susah-susah gampang diaturnya. Asal bisa mencari kunci di setiap momen, Hanung selalu memenangkan Tasya agar menurutinya. Vidya sendiri saja sampai heran, bagaimana caranya Hanung mengendalikan Tasya selama ini. Sampailah mereka di depan lobby hotel, beberapa orang membukakan pintu mobil untuk keluarga Kusuma. Ketiganya keluar secara bersamaan. Tak lama, Farhan dan Luna juga datang bersama pengawal lainnya. Hanya Indra yang belum terlihat di sana. Kedua keluarga itu memasuki hotel bersamaan dan mengikuti arahan staff hotel ke ruangan yang sudah dipesan oleh Hanung tadi pagi. Mereka berharap, Indra bisa hadir sebelum Olyn sekeluarga datang. "Indra bilang, dia akan menyusul." bisik Farhan di samping telinga Hanung yang mengangguk mengerti. Tentu saja, Farhan sudah meminta beberapa pekerjanya menjemput Indra di tempat janjian dan membawa Indra ke hotel menggunakan mobil dan pakaian baru. Farhan menolak Indra datang menggunakan motornya. Bukan karena Farhan malu, tapi karena dia ingin putranya selamat sampai tujuan. Takut-takut nanti kalau ada yang berencana jahat lalu mencelakai Indra di tengah jalan. Tepat sekali, Indra datang ke ruang pertemuan sebelum Olyn beserta keluarganya sampai. Dan kurang dari tiga menit setelah kedatangan Indra, pintu ruangan kembali dibuka oleh penjaga. Tak lama, muncullah Olyn sekeluarga. Ke sembilan orang tadi duduk secara mengeliling di meja makan. Di depan mereka, sudah ada hidangan untuk berbuka puasa. Tentunya, di antara mereka sudah saling memperkenalkan diri satu sama lain. Terlebih untuk Tasya dan keluarga Olyn. Waktu berbuka sudah tiba, mereka sama-sama membatalkannya dengan memakan kudapan yang tersedia. Sedari tadi, tatapan Olyn tidak lepas dari wajah Tasya. "Saya dengar, sebelum perjodohan ini terjadi. Kamu dan Indra sudah mengenal satu sama lain terlebih dahulu? Benarkan begitu?" Olyn menatap Tasya yang sebenarnya sibuk makan takjil. "Benar, kami satu sekolahan waktu SMP dan bisa dibilang kami teman." jawab Tasya ramah sambil menebarkan senyum manis nan sopan. Hanung tersenyum dalam hati, Tasya benar-benar mendengarnya. Buktinya, anak gadisnya itu tidak berusaha mempermalukannya. "Apa ini salah satu strategi Hanung juga dalam mendekatkan putrinya dengan Indra?" tanya Olyn entah ke siapa sambil tertawa sumbang. "Enggak kok Budhe, Om Hanung tidak pernah memperkenalkan kami secara diam-diam waktu dulu. Aku dan Tasya, memang berteman secara alami karena satu sekolah." jawab Indra agar Olyn tidak merendahkan keluarganya dan keluarga Hanung begitu saja. "Hahaha... Benarkah?" "Mbak, ini kan acara pertemuan keluarga. Jangan merusak suasana dong." tegur Farhan pada Olyn. Olyn hanya mengangguk beberapa kali dan lanjut memasukkan makanan ke dalam mulutnya. Suasana sudah mulai tidak nyaman bagi keluarga Farhan dan Hanung. Namun, mereka berusaha diam dan menghargai waktu. "Saya yakin, pihak yang paling diuntungkan dalam perjodohan ini adalah Hanung. Apa kamu tidak sadar, kalau sebenarnya kamu dijual oleh Papamu sendiri?" kali ini ganti Tora yang bertanya pada Tasya. Gadis itu tahu sekarang kenapa tadi saat perjalanan ke hotel, Hanung terus memperingatinya tentang ini dan itu. Ternyata keluarga Olyn memang kurang suka pada keluarganya. "Jangan kelewatan kamu kalau bertanya ya." Olyn angkat bicara, menegur suaminya yang menurutnya sudah kelewatan. Sebisa mungkin Tasya menahan amarahnya. Dia tidak percaya kalau dirinya dijual oleh Hanung. Terlebih, Hanung bukan orang miskin yang sepenuhnya bergantung hidup pada Farhan atau Aloona. Tasya juga yakin, meski Hanung tidak bekerja di Aloona, papanya akan tetap bisa memberikan kehidupan yang layak untuknya. "Maaf Om kalau saya harus mengatakan ini." ujar Tasya begitu sopan. Di ruangan itu menjadi was-was, takut kalau Tasya mengatakan sesuatu yang malah menjatuhkan keluarganya sendiri atau keluarga Farhan. Terlebih Indra, dia juga berharap Tasya tidak melakukan hal bodoh. "Awas saja kalau dia ngomong yang aneh-aneh." Kata hati Indra sambil menatap ke arah Tasya. "Saya tidak merasa kalau saya dijual oleh Papa saya. Sebagai orang tua, jelas saja mereka menginginkan putrinya mendapatkan pasangan yang baik. Bagi saya dan keluarga, Indra adalah lelaki baik yang mampu bertanggung jawab atas perannya." ungkapnya disertai senyuman manis penghias wajah. Lega, itu yang dirasakan Indra atas jawaban Tasya. Gadis itu mencoba menjawab sebaik mungkin meski Indra tahu, Tasya tidak menyukai perjodohan ini. Keluarga Tora dan Olyn merasa pertemuan ini tidak bisa dilanjutkan lagi. Merekalah yang pertama mengakhiri pertemuan tersebut dan pamit pulang. Sedangkan antara Farhan dan Hanung sendiri, mereka memilih memesan makanan saja. Karena sudah berada di sana, jadi sayang dan buang-buang waktu kalau harus mencari tempat lain untuk makan malam. "Terima kasih atas jawabannya, Sya." Farhan kagum pada calon menantunya, karena bisa menempatkan diri. "Sama-sama, Om." angguk Tasya sopan. Kedua keluarga itu lanjut makan malam tanpa menghiraukan Olyn dan yang lainnya. Tidak apa-apa pertemuan kali ini hanya berlangsung singkat. Lagi pula, mereka bertemu bukan untuk meminta restu. Dan juga dengan atau tanpa restu dari Olyn dan Tora, Farhan akan tetap menikahkan Indra dengan Tasya. *** Next...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD