Aku mempersilahkan Mas Nino untuk duduk di ruang tamu. Dia tampak sangat kepayahan. Mukanya sungguh pucat, badannya yang kurus sekarang berjalan dengan sedikit gemetar. Kuangkat ransel yang dia bawa dan satu buah tas segiempat yang biasa dia pakai untuk membawa dokumen-dokumen penting. Dia duduk di sofa dengan nafas yang terengah, padahal jarak dari pintu masuk ke sofa hanya beberapa meter saja. Kepalanya menyender, dia memejamkan mata sambil mencoba mengatur nafasnya. Beberapa menit berdiam diri, akhirnya aku berkata, "Mau minum apa? Teh tawar hangat saja?" Sudah 4 tahun kami berpisah, aku tak tahu apakah gula darahnya normal atau tidak. Dia membuka matanya, memaksakan untuk tersenyum dan menjawab, "Kalau boleh teh manis, Ran, tapi gulanya sedikit saja. Terima kasih." Aku beranjak ke