bab 6

1087 Words
Almira dilema dengan kehidupan rumah tangga yang harus dijalaninya, dia menyadari satu hal Tak ada Yang bisa dipertahankan dari suaminya itu, meskipun Iqbal tampan tapi tentang urusan nafkah lahir maupun batin Iqbal sama sekali kurang bertanggung jawab. Iqbal menjadi penanggung jawab di sebuah toko bangunan di mana pengeluaran dan pemasukan barang dan hasil toko dia sendiri yang Mahandle, Bos Iqbal sudah mempercayakan semua urusan toko kepadanya, tapi meskipun begitu Iqbal sama sekali tidak pernah terbuka tentang gaji yang diterimanya dari sang Bos. Setiap hari Iqbal akan menjatah Almira 50.000 untuk uang belanja dan kebutuhan yang lain, termasuk s**u Arkha dan juga tabungan yang diwajibkan oleh Iqbal, Almira Tak habis pikir kenapa suaminya bisa sapelit itu. "Sebenarnya gaji kamu itu berapa sih Mas? Kenapa kamu tidak pernah jujur sama aku? Aku ini istrimu dan aku berhak tahu berapa banyak penghasilan yang kamu miliki" Almira teringat kesehariannya sat dia belum mengetahui kalau suaminya hobi berselingkuh. Pikiran buruk Almira tentang suaminya pun bekerja, “Apa mungkin gaji mas Iqbal digunakannya sendiri untuk bersenang-senang?" Batin Almira dalam hati. "Hari ini kamu gajian kan Mas? Aku ingin tahu slip gaji mu, tolong berikan padaku sekarang, Aku tak mau lebih lama lagi Kamu bodohi, sudah cukup selama satu setengah tahun ini Aku mengalah, jangan selalu kamu menguji kesabaranku ini!" ucap Almira sore itu saat hari di mana Iqbal gajian. "Apaan sih kamu dek? Bukankah selama ini aku sudah bertanggung jawab padamu? Apalagi yang kurang coba? Nggak usah maruk jadi perempuan, pandai-pandailah bersyukur kamu, di luar sana masih banyak perempuan yang tidak dihargai oleh suaminya, harusnya kamu bersyukur setiap hari aku masih memberimu nafkah bahkan aku tidak pernah libur dalam memberimu jatah uang belanja!"Iqbal membalas ucapan Almira dengan panjang lebar dan sinis, sebab Ia tidak suka jika Almira sudah mulai membantah seperti itu. Iqbal lebih menyukai Almira yang penurut yang tak banyak menuntut seperti selama ini, Iqbal memiliki gaji di atas rata-rata yaitu sekitar 5 juta setiap bulannya, tapi yang diberikan kepada Almira hanya kurang dari sepertiga gajinya itu, Iqbal tidak pernah menunjukkan slip gajinya terhadap Almira, Iqbal takut Almira akan menuntut lebih jika dia tahu bahwa gajinya 5 juta. "Kamu kira uang 50.000 itu cukup untuk sehari Mas? Kamu tak lihat berapa harga s**u untuk anak mu? Kamu tidak lihat berapa biaya listrik dan air setiap bulannya? Apa kamu juga pura-pura tidak melihat berapa setiap hari aku harus menyisihkan untuk tabungan?" Almira menjawab perkataan Iqbal dengan menggebu-gebu. "Loh nyatanya cukup kan setiap hari? Di meja makan kita setiap hari tidak pernah kosong dari masakanmu, itu dari uang belanja yang aku berikan bukan? Sudah tidak usah banyak protes, setiap hari aku akan memberikan nominal yang sama, itu harus cukup berikut dengan tabungan yang sudah aku tetapkan!" tegas Iqbal tak mau dibantah. Bahkan lelaki itu sama sekali tidak memperdulikan protes dari sang istri. "Aku tidak akan memutar uang yang kamu berikan itu, aku juga butuh perawatan untuk tubuhku ini, udah cukup selama satu setengah tahun aku menjadi babu gratisan untukmu, aku juga butuh memanjakan diriku, tidak hanya berkutat di dapur sumur dan kasur!"Almira pun tak kalah sengit membalas ucapan dari suaminya yang sangat pelit itu. Almira berpikir jika seandainya jatah harian itu masih tetap sama yaitu 50.000, maka dia pun tidak akan melakukan tugasnya seperti biasanya. "Ini untuk kamu belanja!" pagi itu Iqbal menyerahkan uang 50.000 kepada Almira, dan Almira hanya menatap uang itu saja, tak dipedulikannya uang itu dan menggantung begitu saja di hadapannya. "Cepat terima kenapa sih, Nanti sore masak opor ayam ya? Sudah lama kayaknya kamu tidak memasak yang enak seperti itu, setiap hari yang ku lihat menunya hanya tahu tempe melulu!" ucap Iqbal dengan tangan yang terulur dengan selembar uang kertas 50.000. "Ya sudah kamu belanjakan sendiri sana, agar kamu tahu betapa murahnya harga belanjaan sekarang, dan aku mulai hari ini aku mau minta jatah untuk diriku sendiri, mana?" Almira menyuruh Iqbal untuk berbelanja bahan yang diinginkannya untuk dimasaknya nanti. Almira pun meminta uang jatah untuk dirinya sendiri. "Almira Almira, mbok ya kamu itu waras dikit,mana ada laki-laki berbelanja kebutuhan dapur? Kamu sengaja membuat aku ditertawakan banyak orang? Dan apa kamu bilang tadi? jatah untuk dirimu sendiri?" Iqbal bertanya dengan memicingkan matanya. "Untuk setiap harinya ya ini 50.000, kalau kamu mau untuk dirimu sendiri diambil dari ini juga, Aku tidak akan melebihkan untuk jatah harian mu!" kata Iqbal lagi. Sesaat setelah mendengar perkataan suaminya itu, Amira memilih meninggalkan suaminya untuk kembali masuk ke kamar. Iqbal melongo melihat sikap Almira yang seperti itu, sesaat dia tertegun, dan otaknya memaksanya untuk berpikir. "Kerasukan setan apa sih dia itu? Pagi-pagi sudah ngajak ribut saja, bukan nya menyiapkan sarapan dan membuatkan kopi untukku, ini malah membuat drama yang tidak tidak-tidak!" omel Iqbal dalam hatinya yang tentu saja tak terdengar oleh Almira. Tak mau ambil pusing, uang itu diletakkannya di bawah gelas kosong yang ada di meja makan, dipikirnya Almira hanya menggertak, Iqbal lebih memilih langsung mandi, dia berharap setelah mandi nanti kopi dan juga sarapan sudah tersedia di meja, karena memang seperti itulah biasanya. Hal yang tidak Iqbal sadari bahwa kini Almira sudah mulai jenuh karena sikap acuh tak acuhnya Iqbal selama ini. setelah selesai mandi dia pun menuju ke ruang makan, matanya memicing saat melihat meja makan masih kosong. perutnya keroncongan minta diisi seketika meledaklah amarah Iqbal. "Almira!" Iqbal memanggil dengan keras Almira yang masih berada di kamar. Almira yang mendengarnya pun pura-pura tidak mendengar dan malas untuk menyahut. "Jangan seperti anak kecil kenapa sih Al, ngambek-ngambek gak jelas, uang saja sudah aku berikan tanpa pernah libur satu hari pun, Di mana letaknya aku tidak bertanggung jawab sama kamu? Hentikan kekonyolanmu ini Al, aku tidak menyukainya!"teriak Iqbal yang masih tidak mendapatkan respon dari Almira. pintu kamar sengaja dikunci dari dalam oleh Almira sehingga Iqbal tidak bisa masuk ke dalamnya, Almira mengunci dirinya di dalam tak kamar tamu bersama sang anak, Arkha yang memang anaknya sangat anteng bila dekat dengan ibunya pun tidak protes saat berada di kamar dalam waktu yang lama. Menyadari tiada respon dari sang istri Iqbal memutuskan untuk segera berangkat kerja, bila biasanya saat berangkat kerja perutnya sudah kenyang dengan sarapan dan juga kopi yang dibuatkan oleh Almira, tidak dengan pagi ini, Iqbal berangkat dalam keadaan perut kosong dan belum terisi oleh apapun kecuali air putih. "Lama-lama semakin melunjak saja itu Almira, apa tadi bilang? minta jatah untuk dirinya sendiri? Yang benar saja, kalau mau perawatan, ya usaha sendiri lah, kenapa pula Meminta jatah dariku? Sinting!" umpat Iqbal dalam hati. di tempat kerjanya kopi memang sudah tersedia, Dia segera ke pantry untuk membuat kopi yang belum sempat di sesapnya di rumah tadi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD