Bab 7

1082 Words
"Tumben lu bal, biasanya juga tidak pernah membuat kopi..! Apa kamu sudah tidak dibuatkan kopi oleh istrimu? Bukannya kemarin gajian ya Bal?" Tanya Sony menyelidik. "Biasanya kan istri akan mudah ceria bila hari gajian tiba..! dan dia pun akan memberikan pelayanan terbaik untuk suami, baik itu di ranjang ataupun di meja makan...!"mendengar pertanyaan dari teman kerjanya itu membuat Iqbal terasa disindir. "Boro-boro membeli pelayanan terbaik, kopi saja aku tidak dibuatkannya, entah kerasukan setan apa istriku itu? Jatah harian saja tidak diterimanya tadi pagi!" Akhirnya Iqbal menjawab pertanyaan dari Sony dengan nada jengkel. "Tunggu... tunggu... tunggu! apa kamu bilang tadi? Jatah harian? Nggak salah bicara kamu? Bukannya kamu gajinya bulanan ya? Kenapa malah jatah harian yang kamu bahas di sini?" Tanya soni kebingungan. "Ya kalau tentang uang gajiku tetap utuh di rekeningku. Aku memberikannya jatah harian dari ceperanku setiap hari di sini!" Jawab Iqbal Santai. "Jadi laki itu yang pintar Bro, uang gaji bila diberikan kepada istri semua, maka akan habis tak bersisa, wanita itu suka lapar mata membeli ini dan itu tanpa memikirkan untuk belanja esok hari apa?"penjelasan Iqbal seketika membuat Sony melotot tak percaya. "Parah luh Bro, di tahun 2023 kamu memberikan jatah uang 50.000 untuk sehari? jika diakumulasikan dalam sebulan semua itu hanya berjumlah 1500 saja, definisi suami pelit ini mah!" Kata Sony tak percaya. "Kalau aku yang jadi istri kamu sudah aku gasak habis isi rekening mu itu, enak saja dalam sehari cuma jatah 50.000! mana cukup untuk perawatan?" Sony bersungut-sungut mendengar temannya itu menjatah istrinya hanya 50.000 perharinya Dia yang bergaji 3 juta saja semuanya dikasih untuk istrinya, belum lagi bila mendapatkan ceperan setiap harinya itupun larinya ke tangan istrinya. Bukan karena bucin dengan sang istri tapi lebih ke dirinya paham bahwa belanja itu sangat membutuhkan uang banyak, karena belanja di tahun sekarang tidaklah murah. "Yeeeee, aku masih normal kali aku bukan jeruk makan jeruk, Mana mungkin kamu jadi istriku? Lagian aku nggak nafsu lihat kamu...! kamu bukan tipeku. Aku bukan lelaki letong ya!"jawab Iqbal mendengar perkataan dari Sony tadi. "Terserah apa katamu deh bro, aku hanya mengingatkanmu saja...! istrimu itu cantik, Tak akan rugi dirinya jika berpisah darimu, akan banyak tangan laki-laki sukses yang akan meliriknya untuk dijadikan istri...! Sony menjeda kalimatnya. "Meskipun dia sudah pernah melahirkan tiga kali, tapi istrimu itu masih tidak kalah bila disandingkan dengan anak SMA!"Sony mencoba mengingatkan Iqbal supaya tidak menyesal di kemudian hari oleh kebodohannya.. "Aku tidak paham maksudmu apa, yang jelas aku sudah bertanggung jawab dengan istriku itu, Kamu paham dia itu istriku? dia tidak akan pernah menjadi milik siapapun, kamu tahu kenapa? Aku tidak akan pernah melepaskannya sampai kapanpun!" Iqbal berkata dengan menggebu-gebu. Dirinya tersinggung dengan perkataan Sony yang mengatakan bahwa di luaran sana masih banyak lelaki sukses yang akan mengincar Almira jika Almira berstatus janda, yang itu artinya seolah mendoakan pernikahannya dengan Almira kandas. Iqbal tidak Mempedulikan perkataan temannya itu. Baginya sikapnya selama ini sudah benar kepada istrinya,dia sudah merasa bertanggung jawab kepada Almira dengan memberinya uang belanja sebanya 50.000 setiap harinya. Iqbal bukan tipe orang yang dengan mudah memberikan uang kepada orang lain termasuk kepada kedua orang tuanya. Tapi Iqbal sangat menyayangi sang Ibu, bagaimana tidak? Ibunya adalah wanita hebat menurutnya, meskipun bapaknya selalu tidak adil kepada sang Ibu, tapi demi anak-anak ibunya rela bertahan dan tidak meninggalkan bapaknya. Apalagi bapaknya suka main perempuan sejak mereka masih kecil, membuat Iqbal tahu bahwasanya sang ibu sangat keras perjuangannya, tidak di berikan nafkah yang layak karena Uang hasil kerja bapaknya di gunakan untuk memenuhi kebutuhan para wanita yang di sebut pacar oleh bapaknya itu. Bapak dan Ibunya Iqbal bukanlah orang yang suka ikut campur urusan rumah tangga anaknya, meskipun sang Ibu mengetahui bahwa Almira di jatah harian dengan nominal yang tak layak, tapi beliau tetap diam dan bungkam. Sejarah kandasnya rumah tangga Iqbal yang dulu membuat sang ibu enggan ikut campur, juga tak mencegah ataupun memperingatkan sang anak. Sore pun menjelang, kini saatnya Iqbal untuk pulang ke rumah, kali ini Iqbal berharap kalau makanan akan tersedia di meja seperti yang dia request kan tadi pagi, bahwa dirinya meminta Almira untuk memasak opor ayam. Tapi alangkah terkejutnya Iqbal saat membuka tudung saji yang ada di meja makan. Meja makan kosong bahkan kini dia juga melihat bahwa uang yang di letakkan tadi pagi masih berada di tempatnya,dengan perasaan marah dia mencari keberadaan Almira, saat dia tahu Almira ternyata berada di kamar dan sedang bermain ponsel semakin marah Iqbal di buatnya. "Bagus ya, jam segini masakan belum ada, tapi kamu malah enak-enakan mainan ponsel, aku capek kerja Almira, aku kelaparan, tapi masakan belum tersedia!"tegur Iqbal kepada Almira, berharap Almira segera bangkit dan langsung membuatkannya makanan. Almira masih bergeming dan masih sibuk dengan gawainya, ia sama sekali tak peduli dengan suaminya yang telah dikuasai oleh amarah, dirinya hanya melirik sekilas kemudian kembali lagi fokus ke handphonenya. "Apa telingamu mulai tuli Almira? Apa kamu tidak mendengar perkataanku? Almira humairoh!" lantang Iqbal memanggil istrinya dengan nada tinggi. Sudah menjadi kebiasaan Iqbal bila dirinya Tengah marah hanya nama saja yang akan dipanggilnya, tidak ada embel-embel Dek saat dia memanggil. "Jangan teriak-teriak lah Mas, arka baru saja tidur, kasihan nanti dia terganggu dengan teriakanmu itu!" jawab Almira santai. "Kenapa kamu belum masak? Kenapa uangnya masih belum kamu ambil? Kamu tidak belanja hari ini? Terus aku makan apa Almira?"Tanya Iqbal menggeretakkan giginya tanda dirinya di penuhi amarah. "Apa perkataanku tadi pagi kurang jelas? Mau aku mengulanginya lagi?"Jawab Almira atas pertanyaan suaminya. "Silakan kamu belanjakan sendiri uang sebegitu, lalu kamu masak sendiri, kemudian makanlah sendiri! Aku tidak akan pernah membelanjakan uang darimu lagi jika kamu tidak mau menyerahkan slip gajimu kepadaku, sudah cukup aku kamu bodohi selama satu setengah tahun ini!"jawab Almira santai. "Sombong kamu, sok merasa tidak butuh dengan uang yang aku berikan, Kamu mau makan apa kalau tidak dari uang pemberianku? Kamu itu hanya ibu rumah tangga Almira, kamu tidak memiliki keahlian lain dan kamu juga hanya seorang pengangguran! takkan mungkin kan kamu akan meminta makan sama ibumu? Kamu mau menjatuhkan harga diriku?"Iqbal mencibir Almira dengan perkataannya yang tanpa titik koma. Almira yang mendengar hinaan dari sang suami merasa sangat sakit hatinya, Kini dia menyadari betapa bodohnya dirinya Dia menyesal kenapa dulu memperjuangkan laki-laki seperti Iqbal, dulu ibunya dan juga kakaknya Aida mengingatkan untuk tidak melanjutkan hubungan dengan Iqbal, karena menurut Ibunya dan juga Aida, Iqbal bukanlah pria baik-baik. Menurut berita yang beredar, Iqbal besar di keluarga yang berantakan, bapak yang seorang peselingkuh. Memiliki dua kakak yang menjanda, dan memiliki dua keponakan yang menjanda juga, sedangkan satu kakaknya meskipun dia masih berstatus istri, tapi juga gemar berselingkuh.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD