Tatapan yang semula nanar saat memandangku, berubah cerah tak sampai dua detik kemudian. Aku tak mengerti apa maksudnya. Namun, rasanya dia hanya sedang bersandiwara dan memainkan peran agar terlihat seperti protagonis yang manis seperti biasanya. Bukankah hanya sikap santun dan ramah yang terlihat sebelum kami resmi menjadi pasangan suami istri? Namun, semuanya berubah saat .... Ah! Terlalu pahit untuk diingat lagi. "Ada yang bisa dibantu, Pak?" tanyaku sambil mencoba menormalkan nada bicara. Laki-laki yang kali ini tampak gagah dengan kaos Polo yang melekat di badan, mengangguk sambil tersenyum. "Aku lapar. Boleh melihat daftar menu terlebih dahulu?" tanyanya dengan nada bicara yang terdengar ramah dan penuh sopan santun saat menjawab pertanyaanku. Aku bergeming menatapnya. Sementa