Lady Greta Summers memandangi lahan perkebunannya yang luas, aset terakhir peninggalan orangtuanya yang terancam akan direnggut secara paksa darinya. Ia meringis setiap kali membayangkan hal itu akan terjadi. Masalahnya, selain rumah yang ditempatinya, Greta tidak memiliki properti apa-apa lagi selain lahan itu. Selama dua dekade terakhir dalam hidupnya, lahan itu telah menjadi bagian dari dirinya. Lahan seluas tiga hektar yang ditumbuhi oleh sejumlah pohon oak dan ladang gandum itu pernah menjadi tempat bermainnya saat kecil. Greta gemar memanjat salah satu pohon oak itu atau bermain petak umpat bersama kakaknya James, dan adiknya Eloise. Keluarganya sering menemukan Greta duduk di bawah pohon dan menghabiskan waktunya untuk menulis atau membaca buku-buku disana. Sesekali Greeta turun tangan untuk membantu ayahnya mengurus masalah ladang. Sudah bukan pertanyaan lagi mengapa ladang itu begitu berarti baginya. Bahkan sampai sekarang, Greeta masih menikmati hari-harinya yang menyenangkan di bawah atap rumah, mengurus perkebunannya sendiri, dan mempelajari segala hal yang perlu diketahui oleh gadis baik-baik dari keturunan bangsawan.
Meskipun begitu, ayahnya berada di garis keturunan terakhir yang akan mewarisi gelar keluarganya. Sementara Greta masih hidup dibawah sokongan paman dan bibinya setelah orangtuanya meninggal beberapa tahun yang lalu. Tidak banyak yang ditinggalkan orangtuanya kecuali utang dan tanggungjawab untuk mengurus ladang sekaligus adiknya yang sakit-sakitan. Ayahnya menjadi seorang pemabuk berat sejak kepergian ibunya. Laki-laki itu lebih sering menghabiskan waktunya untuk berlayar ketimbang mengurus anak-anaknya. Akibatnya, Greta dan Eloise, atau yang akrab dipanggilnya Ellie, tidak tumbuh besar dengan mengenal ayahnya cukup baik. Hubungan mereka lebih dekat ke sang nenek, namun wanita itu juga telah tutup usia sejak Greta berusia dua puluh dua tahun. Sementara James kakaknya, laki-laki tertua dalam keluarga dan satu-satunya yang Greta andalkan untuk mengurus keluarga itu, justru malah memalingkan wajah dan memutuskan untuk pergi ke London, meninggalkan adik-adiknya yang masih terlalu muda untuk mengurus semua masalah itu sendirian.
James tidak pernah mengatakan alasannya untuk pergi dan hal itu membuat Greta kesal. Hubungan mereka menjadi semakin buruk ketika surat-surat yang dikirim Greta tidak mendapat tanggapan yang baik dari kakaknya. Kabar terakhir yang Greta dengar tentang James bahwa laki-laki berusia dua puluh sembilan tahun itu sudah menikahi seorang pemain teater di London dan memutuskan untuk menetap disana.
Greta tidak membutuhkan lebih banyak skandal dalam keluarganya, tapi jelas bahwa James tidak memedulikan hal itu sama sekali. Bukan hanya ayahnya yang ditendang keluar dari keluarga besar karena kebiasaan mabuknya, sekarang kakaknya juga menikahi seorang penghibur, sementara adiknya yang malang harus menanggung penyakitnya sendirian. Di usianya yang menginjak angka dua puluh tiga tahun sekarang, Ellie lebih banyak menghabiskan waktu berada di rumah ketimbang menjalani kehidupan sosial seperti para gadis kebanyakan. Sementara Greta yang sibuk mengurus masalah keluarganya sendirian, mati-matian mengumpulkan sumber uang yang bisa didapatkannya dari siapapun baru menyadari bahwa usianya sudah semakin tua. Ia akan menginjak usia dua puluh enam tahun beberapa bulan lagi dan Greta kehabisan waktu sebelum orang-orang mulai mengecap nya sebagai perawan tua.
Kebanyakan pria yang mendekati Greta hanya tertarik dengan paras dan tubuhnya yang indah – mengingat tidak ada hal lain yang dapat ditonjolkan Greta selain itu. Sementara sebagian besar orang berusaha mengambil keuntungan darinya. Dulu ketika neneknya masih hidup, Greta percaya bahwa ia akan menikah atas dasar cinta, tapi kehidupan menamparnya begitu keras, membuatnya menyadari bahwa tidak semua keinginannya akan tercapai tanpa usaha keras. Sekarang Greta menyakini bahwa semua mimpi-mimpi masa lalunya tentang suami yang akan ia cintai selamanya hanyalah omong-kosong belaka, seiring dengan desakan untuk melunasi utang-utang yang ditinggalkan orang tuanya kian mencekik.
Sekitar satu pekan yang lalu, seorang penagih utang mengetuk pintu rumahnya dan mengambil sejumlah barang berharga sebagai jaminan sampai Greta dapat melunaskan sisa utangnya. Hari ini Greta diancam akan kehilangan ladangnya jika ia tidak melunasi utang itu dalam waktu dekat. Sementara seisi rumahnya mulai kosong, perabotan antik peninggalan nenek diambil satu-persatu. Tidak banyak barang yang tersisa kecuali beberapa pakaian di lemari dan sebuah gaun cantik yang pernah diberikan nenek di hari ulang tahunnya yang ke tujuh belas. Greta percaya bahwa hanya masalah waktu sebelum ia dan Ellie kehilangan para pelayan karena tidak sanggup membayar gaji mereka, dan puncaknya mereka akan benar-benar kehilangan rumah itu.
Selama satu tahun terakhir dalam hidupnya, tidak pernah sekalipun Greta dapat tidur dengan nyenyak tanpa memikirkan apa yang mungkin diambil para penagih utang itu darinya diesok hari. Dan karena hal itu, Greta terdesak untuk menulis lebih banyak surat para pengacara keluarganya, berharap agar Greta dapat mengklaim beberapa properti warisan peninggalan neneknya yang masih ditulis atas nama James. Tapi untuk mendapatkan warisan itu, ada banyak surat-surat resmi yang harus diurus. Prosesnya tidak akan cepat sementara para penagih utang tidak mau mendengar alasan. Selain itu, yang terpenting, Greeta butuh persetujuan James jika ia bermaksud mengkalim properti itu menjadi miliknya. Hal itu tidak akan mudah mengingat James tidak pernah pulang ke Yorkshire untuk sekadar menyapanya. Namun Greta tetap meletakkan usaha dengan cara menyurati kakaknya dan meminta agar laki-laki itu dapat merelakan sebagian hal warisnya untuk membayar utang-utang orangtua mereka. Namun, seperti yang sudah dapat ia tebak, kecil kemungkinannya James akan membalas surat itu. Laki-laki itu akan selamanya berdiam diri di London, membiarkan Greta menyelesaikan masalah keluarga mereka sendirian.
Sialan kau, James!
Satu-satunya jalan bagi Greta untuk mendapatkan persetujuan James adalah dengan menemui kakaknya secara langsung. Namun di tengah semua kesibukan Greta dalam upayanya mengumpulkan uang dan juga menjaga Ellie yang sakit-sakitan, Greta ragu kalau ia dapat mencapai London tanpa hambatan. Perjalanan untuk sampai disana memerlukan waktu berjam-jam. Kalau Greta pergi hari ini, ia akan kembali besok. Itupun kalau Greta bisa menemukan alamat James dengan cepat. Jika tidak, Greta akan membutuhkan waktu beberapa hari disana sementara ia tidak bisa pergi terlalu jauh dari propertinya di Yorkshire ketika si penagih utang masih terus berkeliaran.
Karenanya, Greta hanya mengandalkan semua surat-surat itu setidaknya sampai keputusasaan mencekiknya selama hampir satu tahun terakhir yang kemudian menyeret Greta pada keputusannya untuk mencari seorang suami. Ia membutuhkan pendamping yang dapat membebaskannya dari utang-utang dan menjamin kehidupan Greta beserta Ellie. Meskipun permintaan itu terkesan berlebihan, Greta akan memastikan kalau ia akan membayar calon suaminya dengan harga yang setimpal. Dan untuk meluruskan rencana itu, Greta mengandalkan kecantikannya sebagai senjata untuk memikat para pria kalangan atas.
Meskipun usianya sudah terlalu matang untuk dapat dikategorikan sebagai pasangan yang ideal, Greta masih mendapati beberapa lord mendekatinya dan berusaha menggodanya. Beberapa dari mereka bahkan cukup serius mempertimbangkannya sebagai istri. Jumlahnya tidak bisa dibilang banyak, tapi juga tidak sedikit. Dan karena sikap pemilihnya mengalahkan kebutuhan mendesak itu sendiri, Greta lebih seringnya menolak lamaran dari para lord itu hingga nyaris tidak menyisakan pilihan. Yang lebih parahnya lagi, Greta baru menyadari kalau ia hampir kehabisan waktu sekarang.
Sekarang bukan saatnya untuk memilih – seolah-olah situasi itu memberinya pilihan. Kalau neneknya ada disana, wanita itu akan menasihati Greta untuk menjadi sosok Lady yang baik, tidak plin-plan, dan patuh pada siapapun laki-laki yang berniat untuk menjamin kesejahteraan hidupnya, tidak peduli apakah Greta mencintainya ataupun tidak. Jelas bahwa sikap itu sama sekali tidak mencerminkan karakter Greta yang terkenal angkuh dan keras kepala. Pada akhirnya, realita akan menarik Greta secara paksa kembali pada titik tersulitnya saat ini.
Mengingat para penagih utang itu akan datang tanpa belas kasihan, mau tidak mau Greta harus mengambil keputusan cepat. Karena itulah ia mulai bekerja menyusun sejumlah nama pria bangsawan yang masih lajang di atas kertas dan dengan ragu-ragu menjadikannya sebagai daftar pria yang akan didekatinya untuk dijadikan sebagai suami. Earl of Cleveland, ada sebagai satu dari beberapa pilihan dalam daftar panjang yang dibuatnya. Greta mengumpulkan informasi yang cukup mengenai semua nama bangsawan yang ada dalam daftar itu dan mendapati bahwa Sang Earl bisa menjadi target yang cukup menantang. Usia sang Earl akan menginjak angka tiga puluh dua tahun pada musim ini. Bagi kalangan bangsawan usia itu sudah cukup matang untuk mengatur sebuah pernikahan dan sang Earl diwajibkan untuk memiliki seorang pewaris jika tidak ingin melepas gelar pada kerabatnya. Di samping itu, Sang Earl merupakan putra sekaligus pewaris tunggal dalam keluarganya. Ia memiliki sejumlah properti dan kekayaan yang tidak hanya akan cukup untuk membebaskan Greta dari utang-utangnya, tapi juga menjamin hidupnya dan juga anak-anak yang mungkin akan dilahirkannya nanti.
Tidak sedikit rumor yang beredar mengenai Earl of Cleveland yang misterius. Keabsenannya dari setiap pertemuan dengan kalangan ton selama sebelas tahun terakhir menimbulkan satu pertanyaan besar mengenai pria itu. Banyak orang yang mengatakan kalau sang Earl mengalami kecacatan akibat kecelakaan kuda yang dialaminya bertahun-tahun silam. Rumor itu kemudian berkembang menjadi sesuatu yang lebih serius lagi; bahwa sang Earl sudah kehilangan kewarasannya setelah mendengar kabar kematian kedua orang tuanya dalam sebuah perjalanan berlayar. Akan sangat menarik jika Greta benar-benar dapat menemui pria itu dan mulai menawarkan dirinya secara sukarela menjadi istri dari seorang lord yang ‘cacat', hanya demi membebaskannya dari lilitan utang. Namun rasanya mustahil untuk menemui laki-laki itu mengingat kehidupan sosialnya sangat tertutup, setidaknya sampai Lady Daphne mengiriminya surat yang mengatakan bahwa para Lord mengadakan pertemuan di kediamannya. Daphne akan menjadi tuan rumah dan ia bermaksud mengundang para Lady untuk menginap disana. Namun bagian paling menarik dari undangan itu adalah kabar bahwa Earl of Cleveland juga akan hadir disana bersama beberapa bangsawan lainnya dari kalangan ton.
Greta tidak bisa merasa lebih antusias lagi untuk menyambut udangan itu. Ia telah mempersiapkan semua yang dibutuhkannya selama berada disana. Greta memiliki serentetan rencana yang tersusun di kepalanya, dan tujuan utamanya datang adalah untuk mendekati Lord Cleveland. Merayu, membujuk, atau bahkan memohon - jika perlu – pada sang Earl, agar laki-laki itu mau menerimanya sebagai istri. Greta tidak peduli jika tampang laki-laki itu akan jauh dari kriteria idamannya. Ia tidak peduli jika ia harus menghabiskan tahun-tahun dalam hidupnya setelah ini, mengabdi dan merawat sang Earl yang cacat. Yang Greta pedulikan sekarang adalah kedamaian yang tidak pernah didapatkannya sejak ia harus menanggung beban dari kedua orangtuanya – dan juga kesejahteraan Elosie tercinta, tentu saja. Adiknya sudah cukup lama menderita karena penyakitnya yang kian memburuk dari tahun ke tahun. Kalau saja Greta punya uang yang cukup, ia akan membayar dokter ahli untuk menyembuhkan penyakit adiknya. Tapi tentu saja, karena keterbatasannya, ia hanya sanggup mengandalkan seorang dokter amatir dan obat-obatan herbal untuk menyembuhkan Eloise dari penyakitnya. Meskipun tidak membuat kondisi adiknya pulih, semua perawatan yang diberikan Greta selama tiga tahun terakhir setidaknya mampu membuat Eloise bertahan lebih lama. Greta akan menyalahkan dirinya sendiri kalau sampai adiknya tidak selamat, dan karena alasan itu juga Greta mengenyampingkan keinginannya dan mengutamakan tindakan apapun yang perlu dilakukan untuk menyelamatkan sang adik – sekalipun itu berarti ia harus menikahi pria yang tidak dicintainya.
Besok pagi-pagi sekali, keretanya akan berangkat mengantar Greta menuju kediaman Daphne. Dan karenanya Greta menyibukkan diri malam itu untuk mengepak beberapa pakaian yang akan dibawanya esok. Dibantu oleh pelayannya Mrs. Gilbert, Greta telah menumpuk empat gaun terbaiknya di dalam tas, buku-buku, dan juga barang-barang lain yang sekiranya ia perlukan nanti. Mrs. Gilbert akan menjaga Eloise selama kepergiannya dan Greta mengatakan pada Eloise kalau ia hanya akan meninggalkan rumah beberapa hari saja. Mrs. Gilbert dapat mengiriminya surat jika ada keadaan darurat yang mengharuskan Greta untuk segera pulang, selain itu ia juga berpesan pada Ellie untuk menuruti apapun yang diminta Mrs. Gilbert demi menjaga kestabilan kondisinya. Ellie tidak banyak berbicara seperti biasanya. Adiknya itu menatap Greta seolah tahu kalau Greta merencanakan sesuatu untuk membuat mereka tetap aman.
“Aku akan baik-baik saja, Greta. Bagaimana denganmu? Aku tahu kau merencanakan sesuatu.”
“Jangan terlalu memusingkannya,” ucap Greta untuk menenangkan adiknya yang terbaring lemah di atas kasur. Wajah Ellie tampak pucat pagi itu hingga Greta tidak sampai hati untuk meninggalkannya. “Sudah menjadi tugasku untuk memastikan kau baik-baik saja.”
“Tolong jangan lakukan sesuatu yang nekat,” pinta Ellie, pelan.
Greta menatap adiknya dengan sendu. Ia memahami ketakutan Ellie karena tidak hanya sekali ia melakukan tindakan nekat yang benar-benar menyeret dirinya dalam masalah. Tapi jika tidak begitu, Greta tidak akan bisa menghidupi mereka. James tidak dapat diandalkan, dan sejak kepergian nenek, Greta benar-benar tidak memiliki siapapun untuk mengurusnya. Ia satu-satunya orang yang akan bertanggungjawab atas dirinya dan juga Ellie, dan Greta bermaksud untuk melakukan tugasnya secara praktis kali ini.
“Aku janji itu tidak akan terjadi. Jaga dirimu, sayang. Aku pamit dulu.”
Sebelum pergi, Greta mencium kening Ellie kemudian meninggalkannya dengan berat hati. Perjalanannya menuju kediaman Daphne terasa amat panjang dengan sejumlah hal yang menyita perhatiannya. Greta memikirkan rencananya, dan tidak hanya sekali ia bertanya-tanya apakah rencananya akan berhasil kali ini. Bagaimanapun, Greta tidak berniat untuk gagal. Hanya ini satu-satunya harapan Greta dan dia akan menyambutnya dengan riang.