Empat

645 Words
"Sudah aku bilang, kan? Aku lebih baik dari sisi manapun dibandingkan Juwita, dia tidak akan bisa memuaskanmu seperti aku melayanimu sekarang ini, Jun." Kalian tahu, aku hampir muntah rasanya mendapati kembaranku ternyata tidak lebih dari seorang jalang yang menjajakan tubuhnya tanpa rasa malu sama sekali. Kedua tanganku terkepal erat, untuk beberapa saat mataku terpejam, meredam semua kemarahan agar aku bisa berpikir dengan jernih tidak terbawa emosi. Jika tidak mungkin sekarang aku akan menerjang masuk tidak peduli mereka yang tengah bercocok tanam di dalam sana. Sungguh, hal ini sangat tidak mudah mengingat disaat aku berusaha meredam amarah, aku mendengar bagaimana jawaban menjijikkan dari Juna. Pria yang aku kira merupakan seorang Arsitek dengan attitude yang baik tersebut nyatanya tidak lebih dari pria penggila selakangan. "Bagaimana bisa kamu bandingin dirimu dengan Juwita, Babe. Kamu luar biasa bukan hanya diatas ranjang, sedangkan kembaranmu! Dia itu kolot, kuno, culun, naif sekali. Asal kamu tahu, aku nyesel kenal dan pacaran sama dia yang bahkan nggak mau aku cium. Mana tadi pakai acara gangguin kita lagi, nggak tahu apa kalau aku sedang menikmati hadiah ulang tahun ternikmat darimu." Cukup sudah, aku sudah tidak tahan lagi dengan kalimat m***m nan menjijikkan yang keluar dari bibir dua ulat bulu yang tengah menjadikanku topik utama dalam kegiatan maksiat mereka yang bahkan sampai tidak sadar jika ada orang lain disini selain mereka. Lebih daripada sakit hatiku karena dikhianati oleh pacar dan saudari kembarku sendiri, rasa marahku jauh lebih besar. Tanpa ampun dan kompromi lagi, aku bertekad akan mempermalukan mereka sebagai balasan atas sikap jahat mereka. Seperti yang aku rencanakan diawal, kuraih ponselku dan menyalakan tombol rekam video dari aplikasi IG untuk live streaming, tidak perlu waktu lama untuk mengundang beberapa penonton karena sebagai pramugari aku memiliki beberapa follower yang suka dengan konten jalan-jalanku, dari ruang tamu tempat pakaian berceceran, aku shoot semuanya, rekaman ini akan menjelaskan kepada dunia dan orangtuaku bagaimana wujud menjijikkan seorang saudaraku yang selalu merusak kebahagiaanku. Bergerak dari tempatku berdiri aku menghampiri kamar utama yang tidak tertutup sepenuhnya tersebut, tentu saja langkah kakiku yang tidak aku tahan bergema sampai ditelinga mereka yang baru saja mengerang karena puncak permainan. Sungguh menjijikkan, dan pemandangan yang aku dapatkan saat kakiku menyepak pintu itu hingga terbuka sepenuhnya lebih mengejutkan lagi. "Surprise........" ucapku tanpa dosa sama sekali kepada pacar dan saudara kembarku yang mungkin saja akan terkena serangan jantung melihat kehadiranku di hadapan mereka dan melihat mereka dalam kondisi yang sangat menjijikkan. Apalagi ponselku tersorot ke arah mereka, merekam segala hal yang mereka lakukan. Jangan tanya bagaimana pemandangan yang ada di depan mataku sekarang karena dua manusia berlawanan jenis yang baru saja bercocok tanam hingga keringat mereka saja belum mengering tersebut sekarnag kalang kabut mencari pakaian mereka, bisa aku lihat Juna menyambar celananya begitu saja sementara Jelita menggulung badannya dengan selimut. "Waaaah, aku baru tahu Yang kalau kamu nge-gymnya dikamar, model latihan kuda-kudaan lagi sama kembaranku sendiri, hebat ya kamu." "Sayang, ini nggak kayak yang kamu lihat." Juna, pria tampan yang sudah mengenakan celana pendeknya tersebut berlari mendekatiku dengan wajah paniknya, sungguh wajahnya yang belingsatan ini sama sekali tidak sepadan dengan kalimat busuk yang dia lontarkan, tangan yang aku kira akan menggenggam tanganku seumur hidup tersebut hendak menyentuhku dan mematikan kameraku, namun sebelum itu terjadi dua tamparan keras sekuat tenaga yang aku miliki aku layangkan kepadanya. Plak!!!!!! Plak!!!!!! "Wita, gila kamu ya!!! Jun kamu nggak apa-apa, kan?" Pekikan keras terdengar dari Jelita yang tanpa tahu malunya menghambur menghampiri Juna hanya dengan selimut yang melilit tubuhnya. Tampak jelas kissmark di beberapa bagian tubuhnya dan itu membuat amarahku benar-benar meledak. Bukan hanya Juna yang mendapatkan tamparanku tapi juga kembaranku ini sembari kuarahkan ponselku kepada dua pasangan m***m ini. "Kalian berdua yang gila! Tega ya kalian khianati aku kayak gini, kalian malu, biarin, biarkan dunia melihat bagaimana jahatnya saudara kembarku yang main gila dengan pacarku! Silahkan, kalian yang melihat live ini menyaksikan dua gatal yang bersatu, tandai dua orang jahat ini."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD