Chapter 4 : Who Knows

1635 Words
El menunduk. Melihat Nana yang sedang tertidur pulas di dalam pelukannya. El tersenyum. Mendekap tubuh gadis itu. Semakin menariknya ke atas pangkuannya. Princessnya, boneka cantiknya. Kini dia sudah dewasa. Dan tentunya semakin cantik. Tapi El tidak pernah menyangka bahwa Nana akan tumbuh secantik itu. Hampir saja El tidak bisa mengenalinya saat pertemuan pertama mereka waktu itu. Untungnya mata biru yang mempesona itu membuatnya ingat. Dia adalah gadis kecil yang begitu dia sayangi dulu. Lalu saat dia menyelidiki biodata Nana, pria itu langsung begitu senangnya. Akhirnya bertahun-tahun dia bisa bertemu kembali dengan princess kecilnya. Ingin rasanya El menarik Nana ke dalam pelukannya. Mendekapnya penuh rindu. Tapi dia tidak bisa. Dia tidak lagi bisa seperti dulu. Hidupnya sudah berbeda. Dan dia tidak mungkin lagi bisa dekat dengan Nana seperti dulu. El menumpukan kepalanya di atas kepala Nana. Menghirup pelan wangi rambut Nana. Lalu mengecupnya lembut. Rasa bersalah yang kemarin hinggap di hatinya kini kembali terkuak ke permukaan. El merutuki dirinya sendiri yang begitu bodoh melampiaskan perasaannya pada Nana saat dia bertemu gadis itu di club. El yang saat itu begitu marah dan frustasi karena tidak bisa melupakan Sarah, mantan istri yang sudah membuatnya hancur. Nekat memaksa mencium Nana dengan kasar. Tidak ada yang tau betapa malunya El yang kala itu akan bersenang-senang dengan salah satu wanita penghibur disana, dipergoki oleh Nana. Saat itu El berpura-pura mabuk berat agar tidak terlalu malu. Dan membiarkan Nana melihat aktifitas tidak pantasnya dengan pacar semalam nya. Nana mendekatinya saat teman kencannya itu dibawa pergi oleh seorang pria. Mungkin disaat normal, dia akan menghajar pria itu sampai sekarat. Namun saat dia sedang pura-pura mabuk dan ada Nana di dekatnya, El pun tidak bisa berkutik. El pun kehilangan kendali saat di melihat Nana mendekat padanya. Mengusap pipinya dengan lembut. Pria itu tidak tahan saat melihat ekpresi wajah polosnya. Apalagi Nana yang saat itu sedang memakai piyama bergambar tokoh kartun spongebob berwarna kuning, gadis itu benar-benar terlihat imut. Begitu menggemaskan. El langsung menariknya. Mencimnya tanpa aba-aba. Pria itu tidak tau setan mana yang mengambil alih tubuhnya. Sampai dia berbuat nekat. Dan El bersyukur saat Nana memberontak dan melawannya. El sendiri tidak bisa membayangkan jika saat itu Nana terus terbuai akan ciumannya. Mungkin El bisa saja berbuat lebih. Nana tidak tau saja jika El sudah beberapa hari mengawasinya di kampus. Pria itu nekat menghubungkan koneksi seluruh CCTV di kampus dengan laptopnya. Agar dia bisa selalu memantau pergerakan Nana. Dia nekat meski tindakannya melanggar hukum. Jika saja pihak kampus tau, dia pasti akan langsung dipecat saat itu juga. El akan menjadi pengangguran saat dia baru saja akan memulai lagi hidupnya dari awal. Meninggalkan Bandung setelah kematian Omanya. Berharap Jakarta memberinya kehidupan yang lebih baik. Karena bagi El, Jakarta membuat banyak kenangan indah untuknya. Bertemu dengan seorang bocah cantik yang memberikan rasa tenang. Bisa membuatnya tertawa tanpa beban. Dan bahagia meski tanpa alasan. Dan ketika dia melihat Nana pulang bersama dengan salah satu teman laki-lakinya, El tanpa ragu-ragu langsung mengikutinya. Firasatnya mengatakan akan terjadi sesuatu yang buruk pada Nana. Benar saja, saat diam-diam El mengikuti mereka, dia melihat teman Nana memasukkan serbuk ke dalam minuman Nana. El hampir saja menghabisi teman Nana yang bernama Mike itu seandainya mereka tidak sedang berada di tempat umum. Karena dengan begitu lancangnya dia menggendong Nana. b******k, maki El dalam hatinya. Ingatkan El untuk mencekik lehernya sampai mati nanti. El mendongakkan kepala Nana. Meneliti tanda-tanda merah yang dia buat disana. Yang kini sudah mulai pudar bekasnya. Hatinya rasanya campur aduk. Menyesal, marah, merasa bersalah dan geram pada dirinya sendiri. Tapi pria itu tidak dapat menutupi jika ada satu rasa hangat yang meletup-letup di hatinya. Pria itu melirik jam tangannya. Sudah pukul sepuluh malam. Waktunya mengantar Nana pulang. Mengembalikannya ke rumah setelah hampir dua jam dia menahannya di dalam mobil. El memindahkan Nana ke tempat duduk belakang. Lalu dia pun menjalankan mobilnya. Mengembalikan sang Princess ke rumahnya. El tiba disana satu jam kemudian. Pria itu turun dari mobil dan meminta satpam disana membukakan gerbang. Lalu El kembali masuk ke mobil. Memarkirkan sedan hitam miliknya di depan halaman luas kediaman Adrian. Satpam yang tadi membukakan pintu gerbang pun terkejut saat melihat El menggendong Nana yang tertidur. Pria itu buru-buru menghampirinya. "Loh... ini kan Non Nana? Tuan, kok bisa Non Nana sama Tuan?" tanya Pak Dewo pada El. "Bang Aliandra ada di rumah?" tanpa menggubris pertanyaan pria itu, El malah menanyakan keberadaan sang pemilik rumah. Pak Dewo pun mempersilahkan El untuk masuk. Kemudian pria itu memanggil sang majikan yang rupanya masih mondar-mandir bersama sang istri di kamarnya. Menunggu kepulangan putri tersayangnya. Aliandra turun dari tangga dengan tangan terkepal. Diikuti Ella dibelakangnya. Tatapan tajam dan penuh kemarahan Aliandra sangat berbeda dengan wajah penuh cemas Ella. Keduanya langsung terkejut saat melihat Nana yang sedang terpejam di atas pangkuan seorang pria di sofa ruang tamu. Aliandra dan Ella makin terkejut lagi ketika melihat wajah orang yang membawa putri mereka pulang ke rumah. "El?" pekik Ella. El langsung tersenyum. Balik menyapa Ella, "Hai, Ella! Lama nggak ketemu!" ucapnya. Aliandra tanpa mau berbasa-basi dengan El. Langsung maju dan mengambil Nana dari El. Pria itu menatap El tajam. "Kenapa Nana bisa ada sama kamu!" bentaknya. Seharian dia mengkhawatirkan putrinya. Dan kini saat pulang, Nana malah berada di dalam pelukan orang lain. Apalagi orang itu tidak disukainya. El tersenyum kecut saat Aliandra mengambil Nana darinya. "Maaf dateng kesini malem-malem, Bang. Tadi saya ketemu Nana di restoran." Dan El pun menceritakan apa yang terjadi dengan Nana di restoran. Aliandra marah besar. Pria itu pun mengancam akan menghabisi Mike. Tapi Ella menahannya. Wanita itu meminta Aliandra membatalkan niatnya. Menurutnya karena Nana baik-baik saja dan lagi ada El yang menyelamatkannya, Aliandra tidak perlu melakukan sesuatu pada Mike. "Bener, Bang. Menurut saya, Mike udah nggak bakal berani deketin Nana lagi. Saya udah ancam dia. Saya tau seluk beluk keluarganya. Jadi dia nggak akan mampu berkutik," ujar El. "Iya, Li. Yang penting Nana baik-baik aja. Dia nggak sentuh Nana sedikitpun kan, El? Dia nggak sempat ngapa-ngapain Nana, kan?" kata Ella. Ada sedikit rasa khawatir disana. Ibu mana yang tidak khawatir pada keadaan anaknya. Apalagi anak perempuan. Meskipun Nana bukan putri kandungnya. Namun Ella tidak membedakan Nana dengan Noah ataupun Leyla. Baginya, Nana tetaplah putri kecilnya yang tersayang. Meski gadis itu kini sudah tumbuh dewasa. Kadang kala Ella masih memperlakukan Nana seperti Leyla. Misalnya menyuapi Nana makan saat gadis itu tidak sempat makan karena saking sibuknya mengerjakan tugas kuliah. Menyisir rambutnya, membuatkan Nana bekal untuk ke kampus. Bahkan tak jarang pula Ella masih mendongengkan cerita pada gadis itu ketika dia tidak bisa tidur malam. "Jangan khawatir, Ella. Nana aman. Aku bisa pastikan itu!" ucap El. Ella mendesah lega. Setidaknya putrinya tidak sampai disentuh pemuda b******k itu. "Jadi kamu sekarang mengajar di kampusnya Nana?" tanya Aliandra. Ekspresi Pria itu sudah lebih tenang sekarang. Sedikit lebih lega saat El meyakinkan tidak terjadi apa-apa pada Nana. El mengangguk. "Saya mengajar Udah dari hampir seminggu yang lalu," jawabnya. "Kamu bukannya tinggal di Amerika? Kok bisa mendadak pulang ke Indonesia? Istri kamu ikut juga kan?" Kini giliran Ella yang bertanya. El terdiam. Menatap Ella lama. Pria itu tidak menjawab sedikitpun pertanyaan Ella. El menghela nafas panjang. Kemudian bangkit dari sofa. "Udah malem, Bang. Saya pulang dulu. Kapan-kapan saya mampir lagi. Pulang dulu, Ella!" pamitnya pada Aliandra dan Ella. Mereka berdua pun mengangguk. Mempersilahkan El untuk pulang setelah berterima kasih padanya karena sudah menyelamatkan Nana dari niat jahat Mike. *** Nana mengeliat perlahan. Matanya memincing saat terkena sinar matahari yang mengintip dari sela-sela jendela kamarnya. Matanya melirik pada jam dinding berbentuk stroberi yang tergantung di dinding kamarnya. Nana segera bangun. Karena sudah hampir jam enam. Dia ada kuliah pagi hari ini. Gadis itu pun langsung beranjak menuju kamar mandi. Membersihkan diri dengan segera. Daripada dia terlambat kuliah nanti. Nana terlonjak kaget saat dia keluar kamar mandi, dan Daddynya tengah duduk santai di ranjangnya. Gadis itu terheran. Lalu mendekati daddynya yang terlihat tampan dan rapi dengan setelan kemeja garis-garis dan jas hitanya. "Daddy nggak kerja?" tanyanya. "Kamu kemarin kenapa bisa jalan sama Mike? Bukannya Daddy udah bilang. Kamu jangan dekat-dekat sama kucing garong itu!" ujar Aliandra dengan menggebu. Dia benar-benar marah dan tak terima atas niat jahat Mike pada putrinya. Dia memang sudah berfirasat jika teman Nana satu itu pemuda yang tidak baik. Tapi Nana malah membantah dengan mengatakan Aliandra selalu berpikiran buruk pada semua temannya. Lihatkan sekarang? Nana hampir saja celaka karena ulah Mike. Entah apa yang terjadi jika saja El tidak menolongnya semalam. Aliandra tidak sanggup membayangkan nasib putri kesayangannya itu sekarang. "Untungnya El semalam datang tepat waktu. Coba kalau nggak ada El. Daddy nggak tau apa yang akan menimpa kamu," desahnya lirih. Mata Nana membulat penuh. Gadis itu menatap Aliandra tak percaya, "Uncle El, Dad?" Aliandra mengangguk. "Iya. Dia yang nolongin kamu," jawabnya dengan sedikit tidak rela. "Nolongin Nana? Emang Nana kenapa?" Aliandra mengernyit menatap putrinya. Apa Nana tidak sadar dengan perbuatan Mike kepadanya? Pria itu pun menceritakan semua yang terjadi seperti yang dijelaskan oleh El semalam. Nana menepuk dahinya pelan. Astaga, kenapa dia bisa lupa. Kemarin kan dia jalan dengan Mike. Terakhir dia ingat jika dia makan di restoran bersama Mike. Setelah itu dia tidak tau lagi. Nana menggeleng pelan. Kenapa dia tidak ingat sama sekali. Saat tadi dia bangun tiba-tiba sudah ada di kamar. Padahal kemarin terakhir dia ingat masih ada di mall bersama Mike. Gadis itu geram sendiri mendengar cerita Aliandra. Ternyata Mike berniat jahat padanya. Untung saja ada El yang datang tepat waktu untuk menolongnya. Kalau tidak, entah bagaimana nasib Nana selanjutnya. Nana tersenyum tipis lalu menggigit bibirnya pelan. Hatinya berbunga-bunga sekarang ini. Ternyata El masih mempedulikannya. Meskipun kemarin dia sendiri yang mengatakan pada Nana agar menjauhinya, namun El masih memperhatikannya. Dia peduli pada Nana. Nana tau, Uncle El nya masihlah orang yang sama. Meskipun kini covernya berbeda. Sikapnya berbeda. Dan seharusnya, kita tidak bisa menilai orang dari tampilan luarnya saja, kan? Karena siapa tau dalam hatinya berbeda.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD