Mungkin, aku bukan lagi yang jantungmu detakkan. Namun, terimalah jika tetap namamu yang ada di dalam detakku. *** Satu minggu. Rafa menggunakan waktu itu dengan baik. Pulang tepat waktu, seperti awal-awal pernikahan. Dia menemaniku belanja. Kami menghabiskan weekend berdua. Di dalam rumah. Kemudian b******a. Rafaku melakukan semuanya dengan sangat baik. Namun, semuanya terlihat terpaksa. Aku tahu ia melakukannya karena ada label suami di belakang namanya. Ia seperti kehilangan sebagian jiwanya. Rafaku menjadi begitu. Padahal, pulang dari hotel malam itu, ia memohon agar aku memaafkannya. Sebetulnya ia tak perlu, aku mencintainya. Minggu pagi ini, Rafa sedang duduk di ruang kerjanya. Biasanya, ia mengerjakan tugas atau apapun itu di sofa ruang tv seraya mengajakku yang sedang di dap