Pagi itu, Aysa sudah selesai membantu memasak Tantenya di dapur. Tubuhnya sudah bau bawang. Ketek pun bau cabe. Ia bergegas ke kamar mandi. Byur byurrr… Segar sekali rasanya saat air mengguyur tubuhnya. Keringat yang membasuh kulit pun luntur. Tidak ada bath up yang biasanya digunakan para orang kaya saat berendam, tidak ada shower yang dijadikan fasilitas untuk bermanja saat mandi, yang ada hanya bak mandi dan gayung. Dua benda itu sudah cukup membuat Aysa nyaman. Baru saja Aysa melilitkan handuk ke tubuhnya, tiba-tiba ada cairan nyiprat ke wajahnya. Air apa itu? ia seperti dihujani bongkahan es dari langit. Bahkan bukan hanya sekali air dari sumber yang sama memercik ke kepalanya. Aysa menatap lubang berukuran lima centi meter dengan panjang lima puluh centi meter di dindin