"S-Sena, kamu kok bisa ada di sini?" tanya Alex gelagapan, ia masih tidak bisa berpikir. Otaknya terasa buntu saat ini, ingin memberi kejutan pada kekasihnya, malah ia yang jadi terkejut.
Namun, bukan hanya Alex yang terkejut, tetapi Sena juga terlihat sekali kaget karena menemui Alex disaat dirinya ditempat seperti ini.
"Anu, aku harus jemput bos aku. Hari ini katanya dia pulang dari Australia," ucap Sena masih mencoba menutupi kegugupannya. Sementara mereka menutupi gugup masihng-masing, Dayana menatap mereka heran. Ia seperti menonton drama ditelevisi-televisi ketika melihat kedua orang ini yang tak sengaja bertemu.
"Oh, kenapa kamu yang harus jemput? Memangnya kamu supir?" tanya Alex dengan nada menyindir, Sena tidak lagi fokus dengan pertanyaan apalagi kegugupannya. Ia mengalihkan pandangannya menatap Dayana yang berdiri di samping pemuda yang menjadi kekasihnya itu.
"Setau aku, kamu ke Australia sendiri ya. Kok pulang ke Indonesia berdua? Terus gak kabarin aku lagi kalau mau pulang." Sekarang giliran Sena yang bertanya dengan nada dingin.
Mendengar pertanyaan Kekasihnya, Alex menjadi kembali gugup. Ia diam sejenak memikirkan kalimat apa yang harus ia keluarkan.
"Nama saya Dayana Valentine, anaknya rekan kerja orang tua Alex, salam kenal," kata Dayana memperkenalkan dirinya sambil mengulurkan tangan untuk berkenalan dengan Sena. Namun, bukannya menerima uluran tangan dari Dayana, Sena malah mengalihkan pandangannya pada Alex menagih jawaban dari mulut kekasihnya itu.
Baru saja Alex akan menjawab, ada seseorang yang terdengar memanggil nama Sena dari kejauhan. Wajah Alex memucat ketika mengetahui Richard berada di tempat itu secara bersamaan ia menarik tangan Dayana untuk berlari dari tempat tersebut.
"Lex, kamu mau kemana? Eh?" teriak Sena masih terlihat bingung sekaligus masih tidak puas karena Alex masih belum menjawab pertanyaannya.
Wajahnya sedikit terlihat penasaran, namun apa boleh buat, dirinya harus menghampiri Richard yang sudah melambaikan tangannya dari kejauhan.
"Itu siapa tadi dua orang?" tanya Richard sesampainya di dekat Sena. Sena menatap ke arah perginya Alex dan Dayana tadi.
"Oh, itu tadi sepertinya turis yang baru datang ke Indonesia nanya pintu keluar dimana," jawab Sena dengan senyuman manis kemudian bergelayut manja pada Richard.
Sementara disisi lain Dayana dan Alex ngos-ngosan karena berlari dari tempat itu menghentikan langkah mereka.
"Kamu kenapa sih? Emang ada apa sih tadi kok nyeret tiba-tiba?" tanya Dayana yang masih mengatur nafasnya. Alex menghela nafasnya kemudian memegangi wajah Dayana dan mengarahkannya kearah Richard yang berada lumayan jauh dari tempat mereka bersembunyi.
Dayana terbelalak, ia harus berterima kasih pada Alex karena menyelamati dirinya dari Richard. Namun, cepat-cepat Alex mengarahkan kembali wajahnya ke arah Alex karena pemuda itu tahu Richard sedang bermesraan dengan Sena.
"Thanks ya udah bawa aku ke sini, kalau gak tadi aku pasti udah ketauan sama papa," ucap Dayana yang bernafas lega ia ingin melihat kemana perginya Richard, namun Alex cepat-cepat mengalihkan Dayana agar fokus saja pada pencarian tempat menginap untuk malam ini.
"Ah, Na. Kamu sewa hotel aja atau gak apartemen di dekat kantor papamu," usul Alex tiba-tiba membuat Dayana tidak jadi melihat kearah papanya.
"Oiya katanya kalau Jakarta Residence dekat kantor papaku kan? Aku kayaknya sewa partemen aja deh di sini untuk setahun, aku akan bolak-balik Australia-Indonesia kalau memang ada urusan, lagi pula aku ingin dekat sama papa," ujar Dayana yang terlihat sekali menyembunyikan sedihnya.
Mendengar apartemen dimana Sena tinggal disebut membuat Alex kembali panik. Pasalnya ia akan mudah bertemu dengan Sena dan pastilah Sena akan melabrak Dayana secara terang-terangan apalagi Alex melihat tatapan Sena tadi yang sepertinya tidak suka dengan Dayana.
"Sudahlah, hari ini kamu di hotel aja ya. Nanti kita akan cari tempat lain, yang pasti jangan di apartemen itu," ujar Alex yang kembali menyeret Dayana untuk segera keluar dari bandara dan menyelesaikan urusan mereka karena hari sudah mulai gelap.
Dalam perjalanan dengan taksi menuju suatu tempat yang tidak Dayana ketahui, Alex hanya melamun menatap keluar jendela taksi. Harga dirinya seperti sudah terinjak-injak melihat Sena bermesraan dengan Richard di depan matanya. Ternyata benar, pura-pura baik-baik saja memang tidak cukup membalut luka yang ia rasakan saat ini. Bagaimana bisa ia senang jika kekasih yang amat ia cintai berduaan dengan orang lain, sementara ia hanya bisa menahan emosinnya.
"Ini kita mau kemana, Lex?" tanya Dayana masih dengan wajah bingung.
"Ke hotel terdekat kantor papa kamu, untuk sementara kamu di hotel aja dulu ya, nanti aku carikan info tempat tinggal dekat sini," kata Alex mencoba senyum semanis mungkin agar gadis di sebelahnya ini tidak begitu cerewet.
***
Hari ini adalah hari kedua setelah Dayana sampai di Indonesia. matanya menatap cermin sambil tersenyum manis, kini dirinya sudah rapi dengan pakaian pergi, ya hari ini dirinya checkout dari hotel bintang lima tersebut tanpa sepengetahuan Alex.
Langkahnya terhenti ketika dilobby hotel dirinya berpapasan dengan Sena. Mereka saling menatap seperti mengenal satu sama lain, namun baru saja Dayana berniat menyapa gadis yang berjarak lima meter darinya, Sena sudah mengambil langkah besar meninggalkannya.
"Dia kan sekretarisnya papa? Ko agak songong ya? Apa mungkin dia gak kenal aku? Cih, padahal baru saja kemarin kenalan masa udah lupa," kata Dayana berdecih, ia pun melanjutkan langkahnya keluar gedung untuk menaiki taksi yang sudah tiba sedari sepuluh menit yang lalu.
"Kamu mau kemana?" tanya Alex yang tiba-tiba muncul dihadapan membuat gadis itu terkejut. Dirinya hampir saja menabrak tubuh Alex.
"Kamu ini ngagetin aja! Aku mau jalan-jalan, bosen banget masa dateng ke Indonesia cuma di dalem hotel doang," kata Dayana cemberut.
"Jalan tuh makanya menghadap depan bukannya malah menghadap belakang, liatin apa sih?" tanya Alex bingung dengan Dayana yang tumbenan berjalan seperti itu.
Raut wajah Dayana berubah kesal setelah mengingat Sena.
"Itu loh, pacar kamu sombong banget. Barusan aku ketemu tuh, tapi dia liat dan ga nyapa aku. Kalau dia tahu aja aku anak papa, pasti dia hormat," kata Dayana sambil meliha ke arah perginya Sena tadi.
"Hah? Sena ke sini? sama siapa? Ngapain dia ke sini?" tanya Alex bertubi-tubi. Dayana hanya mengangkat kedua bahunya tidak tahu.
"Dia tadi ke sini sendiri sih, tapi gak tau mau ngapain, aku baru..." kalimat Dayana terpotong ketika Alex tiba-tiba meninggalkannya dan berlari ke arah yang kemana Sena pergi tadi.
Dayana menatap Alex yang berada sudah jauh dari posisinya berdiri. Tidak terasa airmatanya mengalir dari keduan matanya, namun cepat-cepat ia menghapus cairan bening tersebut. Gadis itu pun memilih untuk segera melangkah pergi dari tempat tersebut.
Sementara di lain sisi, Alex memperlambat langkahnya ketika ia menemukan keberadaan Sena di foodcourt mall yang tidak jauh dari hotel tersebut.
Namun, gadis itu hanya sendiri dengan kepala yang ia tempelkan di meja. Rambutnya ia biarkan tergerai begitu saja. Alex berniat mendekati Sena, namun ia cepat-cepat menghentikan langkahnya ketika terlihat seorang pria paruh baya yang berlari kecil menghampiri Sena.
"Sena, kamu jangan buat aku takut begini. Jangan bercanda!" ujar Richard dengan raut wajah ketakutan, namun terlihat bahwa Sena tetap denagn posisinya tadi. Gadis itu tidak bergerak sedikit pun membuat Alex yang mengintai dari kejauhan cemas.
Terlihat Richard yang tampak mengguncang-guncangkan bahu Sena meminta penjelasan.
"Ini kamu lihat! Kira-kira aku bercanda gak kayak gini?" tanya Sena melempar amplop ke arah Richard. Pria paruh baya itu terlihat kaget dan tak bergeming, ia membuka amplop berwarna putih tersebut dengan sangat perlahan seakan ingin menghentikan waktu agar kemungkinan yang buruk tersebut tertunda.
Namun, tetap saja Richard adalah manusia biasa yang tidak bisa menghentikan waktu. Kenyataan buruk akan menerpanya saat ia membuka amplop tersebut.
"Apa ini? Kamu pasti memalsukan ini kan biar keluargaku tau? picik kamu!" rutuk Richard dengan nada yang penuh emosi, ia tidak mungkin membentak Sena di tempat ramai seperti ini. Mungkin juga ini alasan perempuan cantik itu membawanya ke tempat ramai seperti ini.
"AKU HAMIL KARENA KAMU, DAN KAMU BILANG AKU MEMALSUKAN INI SEMUA?" teriak Sena yang sudah naik pitam.