Kembali

1378 Words
Pemuda berahang tegas itu menatap layar ponselnya dengan tatapan datar. Ia masih tidak habis pikir dengan keputusan Sena waktu itu yang sangat mendadak. Alex tahu bahwa Sena mengatakan itu karena mungkin saja merasa bersalah, namun keputusan itu bukanlah yang Alex inginkan. Merasa frustasi, Alex pun memilih untuk segera pulang ke Indonesia hari ini tanpa memberitahu Sena lebih dulu, pemuda itu ingin tahu apa yang dilakukan kekasihnya saat ia tidak ada di Indonesia. "Ma, Pa. Urusan aku di sini udah selesai, aku mau balik ke Indonesia, mau ketemu Sena," ujar Alex dengan senyuman samar. Frans yang sedang membaca koran terlihat bingung dengan Alex. "Untuk apa kamu ke sana lagi? Kamu baru saja dari Indonesia dua hari yang lalu," kata Frans sambil membenarkan kacamatanya. Georgia hanya mengangguk membenarkan suaminya. "Jangan terlalu mengurusi Sena, kamu memang dikasih amanat oleh Hermelina, tapi bukan berarti kamu harus menjadi b***k yang harus menemani Sena terus." Georgia mengatakan itu dengan santai sambil memainkan ponselnya. Mendengar perkataan mamanya tentu saja membuat Alex terdiam, selama ini ia sudah terlalu menjaga Sena hingga untuk dirinya saja ia tidak punya waktu. "Aku gak menuruti amanat tante Herm, aku emang ingin ke Indonesia dan menengok anak itu tanpa embel-embel amanat," kata Alex tegas, ia masih bersikeras dan memastikan bahwa keinginannya terus bersama Sena bukanlah sesuatu yang berjalan karena paksaan. "Ya sudah, kamu hati-hati ya, hubungin kami kalau sudah sampai," ucap Frans yang memotong Georgia yang hendak berbicara. "Baik, Pah. Alex pergi yaa." Setelah pamit, pemuda itu langsung menaiki taksi yang sudah tiba di depan rumahnya, perjalanan ke Bandara hanya memakan waktu satu jam dari rumahnya. Alex memandangi jalan raya yang penuh dengan kendaraan berlalu lalang, andai saja waktu bisa diputar kembali. Pemuda itu ingin sekali kembali dengan Sena yang masih polos dan belum penuh luka. Benar kata orang, luka memang membuat orang berubah. Kini, ia hanya bisa menjaga Sena dan tetap berdiri disamping gadis itu sampai waktu kembali mengubahnya menjadi wanita yang baik. "Halo, ada apa Dear?" tanya Alex yang sempat ragu mengangkat telepon dari kekasihnya itu. "Kamu kapan dateng ke sini?" tanya Sena dengan nada serius tidak seperti biasanya yang bersuara manja. "Hm, aku belum tau mungkin besok, kamu tunggu aja. Gapapa kan?" Alex sempat salah tingkah ketika harus berbohong pada Sena, untung saja gadis itu tidak bisa melihat wajah bohongnya. "Ah ya udah deh, kabarin ya kalau ke sini," ucap Sena sebelum mengakhiri percakapan mereka. Alex menghembuskan nafasnya lega ketika percakapan mereka berakhir, sepertinya Sena tidak curiga kalau ia hari ini ke Indonesia. *** Tidak terasa satu jam telah berlalu, kini taksi yang Alex tumpangi sudah sampai di Bandara. Pemuda itu memberikan uang beserta tip untuk membayar sang supir taksi. Ia mempercepat langkahnya ketika melihat jam dipergelangan tangan kanannya yang menunjukkan pukul delapan pagi, sedikit lagi pesawat yang akan ia tumpangi segera berangkat. "Aduh! Kalau jalan hati-hati dong!" sewot seorang perempuan dari arah yang sama dengan Alex. "Maaf, saya nggak..." Kalimat Alex terpotong ketika ia mengetahui siapa yang berada di sampingnya itu. "Dayana?" "Alex? Loh kamu ngapain di sini?" tanya Dayana yang masih melihat sekeliling mereka. "Oh, aku mau pulang ke Indonesia, kamu sendiri ngapain di sini?" tanya Alex yang bingung dengan keberadaan Dayana di terminal keberangkatan yang sama. "Udah ikut aku!" kata Dayana yang tampak tergesa-gesa menyeret tangan kanan Alex menuju boarding room. Setelah sampai di boarding room, Alex maupun Dayana mengatur nafasnya yang tersengal-sengal. Gara-gara gadis di sampingnya ini, Alex harus lari membabi buta. "Ada apa sih?" tanya Alex dengan wajah kesal, Dayana menghela nafasnya sekali lagi sebelum menjawab pertanyaan Alex. "Aku lagi ikutin papa aku, nanti dia naik pesawat yang sama kayak aku. Oiyaa by the way kamu naik pesawat ini kan?" tanya Dayana sambil menunjukkan tiketnya, Alex hanya mengangguk. "Emang napa kok harus umpet-umpetan gini sama papa? Kenapa ga sama-sama aja?" tanya Alex bingung dengan tingkah Dayana yang memang mengundang pertanyaan. "Ck Aku mana boleh ke Indonesia? Papa tuh ngelarang banget aku ke Indonesia, katanya kalau mau jalan-jalan ke luar negeri terserah yang penting jangan ke Indonesia," kata Dayana menjelaskan, sebenarnya Alex heran juga dengan Richard, memangnya kenapa dengan Indonesia? Toh, dia sendiri juga ke Indonesia? "Apa salah Indonesia?" tanya Alex mengubah posisinya menjadi nyerong ke arah Dayana yang berada di samping kanannya. "Aku ga tau pasti kenapa, tapi sepertinya aku curiga ada yang disembunyikan papa di Indonesia. Mungkin saja selingkuhan hahaha," Dayana tergelak ketika memikirkan hal semacam itu, tentu saja ia tidak berpikir bahwa papanya yang sangat baik itu punya selingkuhan dan mengkhianati mamanya. Mendengar kata 'selingkuhan', Alex sempat terlihat gugup. Ia masih berusaha bersikap biasa saja saat Dayana mengatakan itu. "Bercanda kok, papaku tidak mungkin melakukan hal konyol seperti itu. Dia sangat family man." Terllihat sekali bahwa Dayana membanggakan Richard kemana pun gadis itu pergi, benar-benar anak yang baik. "Hm, ehh itu udah pengumuman. Kita masuk yuk ke pesawat," ujar Alex mencoba mengubah topik pembicaraan mereka yang kebetulan bersamaan dengan pengumuman untuk masuk ke pesawat itu. Mereka pun segera beranjak dari tempat duduknya menuju pesawat yang akan mereka naiki. Tentu saja dalam proses menaiki pesawat Alex maupun Dayana berhati-hati takut terlihat oleh Richard. Namun, semuanya berjalan aman sampai mereka duduk di tempat duduk yang sesuai dengan tiketnya. Dayana kebagian tepat di belakang Alex dekat jendela. Mereka tidak saling mengobrol karena posisi yang tidak memungkinkan untuk berbicara. Dayana pun memilih untuk melihat ke luar jendela. Rasanya seperti menjalankan misi yang membuat jantungnya berdebar, semoga saja papanya itu sudah masuk ke dalan pesawat saat ini. Tidak butuh waktu yang lama akhirnya pesawat pun take off dari bandara tersebut dengan lancar. Dalam perjalanan, Dayana maupun Alex hanya menatap keluar jendela dengan tatapan kosong. Mereka berdua merasa hampa dengan apa yang selama ini dijalankan. Dayana dengan Richard sang papa, Alex dengan Sena kekasihnya. Mereka masih memikirkan cara bagus agar semuanya selesai dengan baik-baik. Beberapa jam pun telah berlalu, mereka telah sampai di Indonesia. Dayana maupun Alex segera turun dari pesawat tersebut, namun ternyata Richard yang sedang mengantri untuk turun berada di depan Dayana membuat gadis itu sedikit panik. Untung saja Alex cepat menyeret Dayana ke belakangnya agar tidak terlalu dekat dengan Richard. Tubuh Alex yang tegap dan tinggi itu lumayan membuat Dayana tidak terlihat dari depan. Fyuh! "Thanks ya, Lex udah mau jadi bentengnya aku tadi. Tubuh kamu lumayan juga buat ngumpetin orang," kata Dayana sambil tertawa kecil. Alex hanya bisa tersenyum melihat gadis di hadapannya ini, ternyata Dayana tidaklah seburuk yang ia kira selama ini. Mungkin yang menyebalkan dari Dayana karena ia adalah anak Richard, orang yang sedang dekat dengan Sena. Raut wajah Dayana tampak dengan ceoat berubah, ia melihat ke sekitarnya dengan ekspresi bingung. "Ada apa?" tanya Alex yang merasa bingung dengan raut wajah Dayana yang tiba-tiba berubah. Gadis itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal kemudian menghela nafasnya pasrah. "Aku gak tau setelah sampai di Indonesia akan tinggal dimana, aku belum pernah ke sini," ucap Dayana dengan sedikit murung, namun bukannya merasa iba dengannya, Ales justru terpingkal-pingkal karena perkataan Dayana. Pemuda itu menyeka air matanya dengan kasar, ia tidak tahu mengapa Dayana sepolos itu, padahal ia akan ke negara orang namun dengan sangat percaya diri ia belum survey apapun tentang negara yang dituju dan dimana ia akan tinggal setelah sampai di negara tersebut. Wajah gadis itu memerah menahan malu, ia terlihat seperti orang hilang saat ini. Tangannya ia lipat sambil menatap Alex dengan wajah cemberut. "Apa sih? Mending kamu bantuin aku deh cari penginapan yang dekat dengan kantor papaku," ujar Dayana sambil memberikan alamat kantor Richard pada Alex, pemuda itu langsung berhenti tertawa kemudian menerima secarik kertas yang diberikan oleh Dayana. Pemuda berahang tegas itu menatap kertas tersebut cukup lama kemudian memberikannya lagi pada Dayana. "Kamu tahu tempatnya?" tanya Dayana dengan penuh harap, matanya menatap Alex menunggu jawaban. "Tahu, itu juga tempat kekasihku bekerja," kata Alex dengan nada tidak senang, sebenarnya Dayana bingung mengapa pemuda tampan di hadapannya itu terlihat kesal. Namun, dari pada menanyakan hal yang tidak terlalu penting, lebih baik jika mengabaikan saja. "Terus, tempat penginapan yang dekat sana, kamu tahu gak?" tanya Dayana lagi sambil menyeret koper berisi pakaian dan perlengkapannya untuk selama sebulan di Indonesia. Alex memikirkan tempat yang cocok untuk Dayana selama sebulan ini, namun wajahnya memucat ketika melihat siapa yang ada dihadapannya saat ini. Kedua kakinya berhenti, begitu juga dengan Dayana yang sedari tadi mengekorinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD