Debora di sangka pacarku

2229 Words
"Serius bro ini anakmu?" tanya Rusli seakan tak percaya. "Iya bro serius, ini Debora anak gadisku. Anak gadis yang sangat manis dan cantik," jawabku dengan tersenyum. "Anakmu bule, kau ini dengan orang Bule?" tanya Rusli dengan sangat penasaran. "Bukan bro, aku menikahi gadis dari Papua. Bernama Tiara," jawabku dengan tersenyum. "Hebat sekali istrimu, dapat melahirkan anak secantik ini. Seperti bule," puji Rusli. "Nama saya Debora, saya berasal dari Neterland. Mama dan Papa kandung saya sudah meninggal. Saya di angkat anak oleh Bapak Adrian dan Ibu Tiara," ungkap Debora dengan tersenyum. "Maksudnya apa?" tanya Rusli dengan sangat penasaran. "Debora anak angkatku bersama dengan Tiara, walaupun dia bukan anak kandung kami. Kami sangat mencintai Tiara," ungkapku dengan tersenyum. "Anakmu bule, pantas saja kelas satu SMP seperti kelas satu SMA. Yasudah kalau begitu aku permisi," ucap Yusri dengan tersenyum. "Wie is pap? Is hij papa's vriend?" tanya Debora dengan menggunakan Bahasa Neterland. (Siapa itu Papa? Apakah dia kawan Papa?) "Ja, mijn lieve dochter Deborah, je kunt haar Om Rusli-zoon noemen. Hij maar niet erg bekend met Papa zoon," ucapku dengan tersenyum. (Iya putriku Debora sayang, kamu bisa memanggilnya Om Rusli nak. Dia tetapi tidak terlalu akrab dengan Papa nak,) "พ่อครับ ไกลจากแหล่งช๊อปปิ้งอย่างห้างไหมครับ อยากไปเดอะมอลล์จัง ปะป๊าพาไปห้างหน่อยได้ไหม Ph̀x khrạb kịl cāk h̄æ l̀ng ch́xp pîng xỳāng h̄̂āng h̄ịm khrạb xyāk pị dexamxll̒ cạng pa ṕā phā pị h̄̂āng h̄ǹxy dị̂ h̄ịm?" tanya Debora dengan menggunakan Bahasa Thailand. (Papa apakah di sini jauh dari pusat pembelanjaan seperti mall? Aku sangat ingin sekali ke mall Papa, dapatkah Papa ajak aku ke mall?) "ได้นะลูก แต่ป๊ายังใส่ชุดข้าราชการอยู่ ป๊ะป๋าต้องขออนุญาตแม่ทัพก่อนด้วย Dị̂ na lūk tæ̀ ṕā yạng s̄ı̀ chud k̄ĥārāchkār xyū̀ ṕap̌ā t̂xng k̄hx xnuỵāt mæ̀thạph k̀xn d̂wy," jawabku dengan tersenyum menatap putriku Debora. (Bisa saja nak, tetapi Papa masih menggunakan seragam dinas. Papa juga harus izin dulu dengan Bapak Panglima TNI,) "หมายความว่า Papa สามารถขออนุญาตจากผู้บัญชาการ TNI ได้ Debora ต้องการดูหนังสยองขวัญจริงๆ หนังน่ากลัวมากพ่อ H̄māykhwām ẁā Papa s̄āmārt̄h k̄hx xnuỵāt cāk p̄hū̂ bạỵchākār TNI dị̂ Debora t̂xngkār dū h̄nạng s̄yxng k̄hwạỵ cring«h̄nạng ǹā klạw māk ph̀x," pinta Debora dengan tersenyum. (Berati Papa bisa minta izin Bapak Panglima TNI, Debora sangat ingin menonton Film Horor. Filmnya sungguh sangat menyeramkan Papa,) "โอเค ลูกสาวที่รัก ป๊ะป๋าจะโทรหาผู้บัญชาการทหารสูงสุดก่อน ถ้าเราได้รับอนุญาตให้ไปเดอะมอลล์ลูก Xokhe lūks̄āw thī̀rạk ṕap̌ā ca thor h̄ā p̄hū̂ bạỵchākār thh̄ār s̄ūngs̄ud k̀xn t̄ĥā reā dị̂ rạb xnuỵāt h̄ı̂ pị dexamxll̒ lūk,"ucapku dengan tersenyum. (Ok putriku sayang, kalau begitu Papa telepone Bapak Panglima dulu. Jika di izinkan kita ke mall nak,) "โอเคป๊า ถ้าป๊าไม่อนุญาติให้ไป ฉันไปคนเดียวได้ Xo kheṕā t̄ĥā ṕā mị̀ xnu ỵāti h̄ı̂ pị c̄hạn pị khn deīyw dị̂," ucap Debora dengan tersenyum. (Baik Papa, jika Papa tidak di izinkan pergi. Aku dapat pergi sendiri,) "ไม่ใช่ลูกสาวที่สวยงามและแสนหวานของฉัน! ถ้าไปกับป๊าไม่ได้ ก็ต้องไปกับแดนรูที่ไปเที่ยวพักผ่อน มีทหารหนุ่มเซอร์ดา กาลัง คุณไปกับ Serda Galang Mị̀chı̀ lūks̄āw thī̀ s̄wyngām læa s̄æn h̄wān k̄hxng c̄hạn! T̄ĥā pị kạb ṕā mị̀ dị̂ k̆ t̂xng pị kạb dæn rū thī̀ pị theī̀yw phạkp̄h̀xn mī thh̄ār h̄nùm sexr̒ dā kā lạng khuṇ pị kạb Serda Galang," terangku kepada putriku Debora. (Jangan putriku yang sangat cantik dan manis! Jika kamu nggak bisa pergi dengan Papa, kamu pergi dengan Danru yang libur, ada prajurit muda Serda Galang. Kamu pergi dengan Serda Galang,) Aku akhirnya menghubungi Bapak Panglima TNI, untungnya Bapak Panglima TNI mengizinkan aku untuk menemani putriku Debora. "Selamat sore Komandan, mohon izin Komandan. Saya minta izin Komandan untuk mengajak putri saya Debora ke mall untuk menonton film horor, apakah Komandan izinkan?" tanyaku dengan sangat sopan meminta izin kepada Komandan. "Iya boleh Adrian, silahkan kau pergilah dengan putrimu. Hati-hati di jalan Adrian," jawab Bapak Panglima dengan mengizinkan kepadaku. "Asyik Papa, kita ke mall. Terima kasih Papa," ucap Debora dengan memeluk dan mengecup kedua pipiku. Aku dan Debora memesan Taksi, kami pergi ke sebuah mall yang mewah. Di Mall Caslablanca. Aku dan Debora saling bergandengan, semua pandangan menatap ke arah kami. "Kamu mau ke mana dulu sayang?" tanyaku kepada putriku Debora. "Aku mau beli boneka dulu Papa, untuk bantalan nanti di kamar. Aku ingin Boneka Kelinci," pinta Debora dengan tersenyum. "Ok saya Papa belikan," jawabku dengan tersenyum. Aku dan Debora putriku, melangkahkan kaki kami berdua menuju pusat pembelanjaan aksesories yang menjual pernak pernik dan aksesories, tatkala aku sedang merangkul putriku. Tiba-tiba ada Ibu-ibu yang menghampiri kami dan menegur kami berdua. "Pak Bapak kan Tentara dan Aparatur Negara apa nggak malu kelakuan Bapak seperti itu?" tanya Ibu tersebut dengan nada mengejek. "Maksudmu Ibu apa?"tanyaku balik kepada Ibu tersebut. "Bapak nggak malu, bermesraan di muka umum. Bapak emang masih muda dan tampan, kalau mau pacaran dan bermesraan dengan pacar Bapak bisa di tempat lain," ungkap Ibu tersebut dengan nada mengejek. "Siapa yang pacaran Ibu, saya sudah menikah. Yang Ibu maksud pacar saya pasti putri saya Debora yang sudah gadis," ucapku dengan tersenyum. "Mana mungkin Bapak masih muda, punya putri sepantaran anda. Apa Bapak dan wanita ini adalah pasangan selingkuh?" tanya Ibu tersebut dengan mengejek aku dan putriku Debora. "Nggak Ibu, kami benaran putri dan Papa. Papa tunjukan bukti dengan Kartu Keluarga," ucap putriku Debora dengan ikut menimpali. Aku yang kesal, langsung menunjukan bukti dengan Kartu Keluarga beserta photo aku bersama anak-anak dan istriku. Barulah Ibu tersebut meminta maaf dan memujiku dan Istriku yang awet muda. "Oia benar Pak, maaf Bapak saya salah paham. Ya ampun hebat sekali iya Bapak dan istri Bapak awet muda," puji Ibu tersebut sebelum meninggalkan kami. "それはとても**です、パパ、**は*がパパの**だと*いました。**に*があなたの*パパであるとき、 Sore wa totemo kimyōdesu, papa, hahaoya wa watashi ga papa no aijinda to iimashita. Jissai ni watashi ga anata no musume papadearu toki," ungkap Debora dengan tersenyum. (Aneh sekali iya Papa, Ibu tersebut mengatakan aku adalah selingkuhan Papa. Padahal kenyataannya aku adalah putrimu Papa,) "さあ、*の*しい*、それについて**しないでください。**なのは、そうではなくても*かがあなたを**しても、**に*らないことです。 Sā, watashi no utsukushī musume, sore ni tsuite shinpaishinaide kudasai. Jūyōna no wa,-sōde wanakute mo darekaga anata o hinan shite mo, kantan ni okoranai kotodesu." ucapku dengan menasehati Debora. (Yasudah putriku yang cantik, biarkan saja tak usah dipikirkan. Intinya sekarang jangan mudah marah jika ada yang menuduhmu walaupun kenyataannya tidak seperti itu,) Tatkala aku memasuki toko aksesories, aku membelikan boneka sesuai permintaan putriku. Tatkala aku ingin membayar ke kasir, kasir lelakinya agak nggak sopan kepadaku dan putriku. "Totalnya berapa kak?" tanyaku dengan sangat ramahnya. "Totalnya seratus lima puluh ribu rupiah," jawab kasir lelaki tersebut dengan sangat ramahnya. Aku lupa jika belum melakukan tarik tunai di ATM, uangku kurang. Aku pun menghitungnya.  "Bapak jika nggak mampu, jangan belanja di sini. Banyak itu orang miskin tetapi banyak gaya pacaran dengan bule," ejek dan sindir Kasir lelaki tersebut. "Mas kurang punya mulut di jaga, saya ada uang kok. Saya bayar pakai Debet saja," ucapku dengan memberikan Debit. Putriku Debora rupanya sangat marah, sehingga dia bertanya kepadaku dengan nada sangat tinggi. "Mas ada masalah apa dengan Papa saya?" tanya Debora dengan nada meninggi. "Debora sudah nggak apa-apa putriku sayang, Papa nggak apa-apa nak. Anak gadis nggak boleh teriak-teriak seperti itu," ucapku dengan memperingatkan Tiara putriku. "Papa orang ini, sangat nggak sopan sama Papa. Seharusnya aku di Papua saja Papa dengan Mama dan Adik-adik," keluh Debora dengan memanyunkan bibirnya. "Sudah jangan cemberut nak, kamu adalah putri kesayangan Papa. Jangan mudah marah, katanya mau jadi Tentara. Jadi Tentara harus tahan banting," ucapku dengan menasehati putri bungsuku. Sedangkan kasir lelaki tersebut, wajahnya berkeringat. Wajahnya malu dan merah sekali, kasir lelaki tersebut meminta maaf kepada kami. "Maaf Pak saya nggak tau, jika usia Bapak lebih tua dari saya. Bapak awet muda sekali," puji Kasir tersebut dengan tersenyum. "Iya nggak apa-apa Mas, saya dan putri kesayangan saya permisi dulu. Ayo nak!" ajakku dengan meraih tangan Debora. "아빠 그냥 보기만 해요, 태국드라마 너무 보고 싶어요. 괜찮아요 아빠, 빨리! appa geunyang bogiman haeyo, taegugdeulama neomu bogo sip-eoyo. gwaenchanh-ayo appa, ppalli!"ajak Debora dengan menarik tanganku. (Papa kita langsung nonton saja, aku sudah sangat ingin sekali menonton Drama Thailand. Nggak apa-apa Papa ayo lekas!) "그래, 천천히 내 사랑하는 딸아, 아빠의 손을 그렇게 잡아 당기지 마. 나중에 아빠가 넘어질 수 있어, 아들아, geulae, cheoncheonhi nae salanghaneun ttal-a, appaui son-eul geuleohge jab-a dang-giji ma. najung-e appaga neom-eojil su iss-eo, adeul-a," ucapku dengan tersenyum. (Iya pelan-pelan saja putriku sayang, jangan tarik tangan Papa seperti itu. Nanti Papa bisa jatuh nak,) Akhirnya aku dan Debora menaiki lift saja, daripada harus menaiki eskalator. Aku dan Debora sudah tiba di XXI, kami segera memesan dua tiket. "Mbak saya pesan dua tiket, untuk saya dan putri saya. Tolong iya Mbak saya bayar pakai Debit," ucapku dengan tersenyum. "Ya ampun Bapak awet muda iya, wajah Bapak sangat tampan. Tetapi Bapak memiliki anak gadis secantik ini," puji mbak kasir XXI. "Iya Mbak terima kasih, padahal saya sudah memiliki empat orang anak. Saya sudah memiliki empat anak yang lucu-lucu," ungkapku dengan tersenyum. "아빠 빨리! Mbak Kasir와 동조하지 마십시오. 엄마한테 말할까요? appa ppalli! Mbak Kasirwa dongjohaji masibsio. eommahante malhalkkayo?" ucap Debora dengan protes. (Papa ayo cepat! Jangan kecentilan sama Mbak Kasir. Apa mau aku bilangin Mama?) "그래 아들아, 그러니 내 사랑하는 딸이 어디 있든 사람들은 친절해야 합니다. 넌 무례할 수 없어, 아들아, 아빠의 마음 속에는 너밖에 없다는 걸 알아 geulae adeul-a, geuleoni nae salanghaneun ttal-i eodi issdeun salamdeul-eun chinjeolhaeya habnida. neon mulyehal su eobs-eo, adeul-a, appaui ma-eum sog-eneun neobakk-e eobsdaneun geol al-a," ungkapku dengan tersenyum. (Iya nak, jadi orang harus ramah dimana pun kamu berada putriku sayang. Nggak boleh judes nak, ketahuilah yang ada di hati Papa hanya Mama kamu seorang,) "Тато, зачекай, я хочу попкорн. Будь ласка, купіть мені попкорн, сендвіч і кока-колу. Я дуже хочу, тато, Tato, zachekay, ya khochu popkorn. Budʹ laska, kupitʹ meni popkorn, sendvich i koka-kolu. YA duzhe khochu, tato," pinta Debora dengan merengek kepadaku bagai anak kecil. (Papa tunggu dulu, aku mau popcorn. Tolong belikan saya Popcorn, sandwitch dan Coca cola. Saya sangat mau Papa,) "Гаразд, моя дорога дочко, спочатку купи тато. Почекай тут, сину, Harazd, moya doroha dochko, spochatku kupy tato. Pochekay tut, synu," titahku dengan tersenyum. (Ok putriku sayang, Papa belikan dulu. Tunggu di sini nak,) "Mas saya mau beli Popcorn yang manis satu, sandtwich satu dan cocola dua. Berapa Mas?" tanyaku kepada Mas tersebut. "Bapak nggak mau beli yang paketan. Jadi lebih hemat untuk Bapak dan pacar Bapak, kalau saran saya beli yang paketan," ucap Mas tersebut. "Tidak saya beli itu saja, yang terpenting putriku Debora senang. Makanya kebetulan saya sehabis pulang kerja putriku mau menonton saya kabulkan," ungkapku dengan tersenyum. "Papa is nog lang, papa haast. Ik wil echt kijken," tanya Debora dengan menggunakan Bahasa Neterland. (Papa masih lama nggak, cepatan Papa. Aku sangat ingin menonton, ) "Geduld mijn lieve dochter, Papa betaal gewoon. Niet emotioneel worden!" ucapku dengan menasehati putriku Debora. (Sabar putriku sayang, Papa tinggal bayar saja. Jangan emosian!) "Mas Papa saya jangan di ajak mengobrol, nanti kami ketinggalan Filmnya. Cepatan Mas," protes Debora dengan tersenyum sinis. "Ya ampun Pak awet muda banget," puji Mas kasir tersebut. Aku dan Debora, segera memasuki ruangan untuk menonton.  Kami berdua menonton di pertengahan, Film Horor yang kami tonton. Sungguh sangat menyeramkan sekali. "와, 정말 멋지네요 아빠, 공포 영화는 정말 좋습니다. wa, jeongmal meosjineyo appa, gongpo yeonghwaneun jeongmal johseubnida." ungkap Debora dengan tersenyum. (Wah keren banget Papa, Film Horornya sangat bagus.) "네, 사랑하는 딸아, 많이 좋아하니? ne, salanghaneun ttal-a, manh-i joh-ahani?"tanyaku dengan tersenyum. (Iya putriku sayang, apakah kau sangat menyukainya?) "응 아빠가 좋아해 eung appaga joh-ahae," jawab Debora dengan singkat dan tersenyum. (Iya Papa aku sangat suka sekali,)   Bersambung.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD