31. Perubahan Iklim

1050 Words
Isla menggenggam kuat tangan milik Rhys yang membekap mulutnya. Langkah kaki itu perlahan mendekat bersamaan dengan hujan yang turun. "Kita kehilangan jejak mereka, kemungkinan mereka belum terlalu jauh dari sini." Herc berujar seraya menatap sekelilingnya. Hujan yang turun membuat bau Rhys terhalangi dan menyulitkan pencariannya dan juga Hugo. "Ayo pergi ke tempat lain, Hugo!" Detak jantung milik Isla berdegup lebih kencang dari biasanya, bahkan hingga membuat dadanya terasa sesak. Setelah memastikan kalau Herc dan juga Hugo telah pergi dan semuanya sudah aman, Rhys segera melepaskan tangannya. "Kau baik-baik saja? Apa masih sanggup berjalan?" tanyanya seraya membantu Isla berdiri. "I-iya, aku masih bisa— argh!" Tubuh Isla langsung ambruk di saat ia berusaha berjalan. Untungnya Rhys dengan cepat segera menahan tubuhnya yang hampir limbung. "Kita harus segera menemukan tempat aman setidaknya untuk malam ini. Hujan yang turun sedikit membuat kita bisa bergerak dan itu akan menghambat pergerakan Herc dan Hugo," ujar Rhys. Pria itu segera mengecek kaki milik Isla dan ia melihat sebuah luka di sana. "Kakimu terluka, Isla. Untuk sementara ini kurasa kau tak bisa menggunakan kakimu. Naiklah." Ia berjongkok di depan Isla dan menyuruh gadis itu agar naik ke punggungnya. "Kau yakin? Itu akan menghambat pergerakanmu," ujar Isla setelahnya "Aku akan baik-baik saja, isla. Khawatirkan saja kondisimu. Kita harus segera mencari tempat yang aman untuk bersembunyi. Jadi cepatlah naik, agar kita bisa pergi dari sini sebelum hujannya benar-benar berhenti." "I-iya." Isla perlahan naik ke atas punggung Rhys dan gadis itu mulai berpegangan pada kedua bahu kokoh milik pria itu saat ia mulai berlari. "Rhys, apa menurutmu ibuku akan baik-baik saja?" tanya Isla. "Ibumu akan baik-baik saja, jadi kau tak perlu mengkhawatirkan apa-apa. Kita juga harus mengikuti Kai secara diam-diam dan menghentikan semua rencananya, tapi kurasa kita akan sedikit terhambat jika Herc dan juga Hugo masih mencari keberadaan kita di sini," ujar Rhys. Dengan gerakan cepat kedua kakinya menyusuri hutan yang semakin gelap karena cahaya bulan yang terhalang oleh awan-awan hitam di atas sana. "Apa kita tak bisa langsung kembali ke sana?" "Itu terlalu berisiko, Isla. Herc dan Hugo bisa saja kembali ke sana atau mungkin Kai sendiri-lah yang mengeceknya. Untuk saat ini kita lebih baik bersembunyi di sini. Kau juga tak akan bisa lari dengan kondisi kakimu yang terluka seperti itu." Rhys berhenti di sebuah gua dan ia meletakkan tubuh Isla di sana. "Mungkin kita bisa berada di sini untuk sementara. Maaf karena membawamu kembali ke dalam bahaya. Untuk saat ini aku tak bisa membawamu kembali karena selain menghindari serangan Kai yang lain, tenagaku sudah cukup terkuras hanya dengan melakukan teleportasi," ujar Rhys. "Tidak apa-apa, Rhys. Sebaiknya sekarang kau juga beristirahat dan memulihkan tenagamu." Isla menatap kakinya yang terluka. "Hujan masih belum berhenti." Rhys menatap ke luar gua yang masih memperlihatkan hujan yang justru semakin deras. "Apa menurutmu hujan ini perbuatan Danzel?" tanya Isla. "Tidak. Kurasa ini hanya hujan biasa, tapi syukurlah, dengan ini kita bisa pergi menghindari mereka untuk sementara waktu," ujar Rhys. "Sekarang biarkan aku lihat luka yang ada di kakimu. Kau terjatuh cukup keras jadi kurasa luka yang ditimbulkan juga cukup dalam." Rhys melepaskan sandal yang dikenakan Isla dan terlihat melakukan sesuatu pada kaki gadis itu. "Lukamu akan segera sembuh. Sekarang beristirahatlah, kurasa ini sudah malam dan hujan tidak akan reda dalam waktu yang sebentar. Aku akan tetap berada di sini, jadi kau bisa tidur." Rhys lalu melepaskan baju bagian luarnya dan ia memberikannya kepada Isla. "Gunakan ini untuk menyelimuti tubuhmu dari udara yang dingin." "Kau sendiri bagaimana?" Isla menatap pakaian yang Rhys berikan padanya. "Tidak apa-apa, aku bisa menahannya. Kau sebaiknya tidur." Usai mengatakan itu, Rhys langsung memutar tubuhnya membelakangi Isla dan pria itu mengawasi keadaan di luar dan memastikan kalau semuanya aman. Isla menatap punggung Rhys dalam posisinya. Gadis itu perlahan membaringkan tubuhnya di sana dan ia memakai pakaian milik Rhys untuk menutupi sebagian tubuhnya. "Rhys," panggil Isla pelan. Mendengar namanya dipanggil, Rhys lantas menolehkan kepalanya ke belakang. "Kau belum tidur?" Isla menggelengkan kepalanya tanpa mengubah posisinya. Dengan masih berbaring, gadis itu menatap Rhys. "Aku pasti akan membantumu," ujarnya. Hening selama beberapa saat, sebelum akhirnya kedua sudut bibir Rhys naik dan seulas senyuman tercetak di sana. "Terima kasih," ujarnya pelan, sebelum akhirnya kembali mengubah posisinya dan berfokus ke depan. Sementara itu di tempat lain Herc dan Hugo menemui Kai usai tak menemukan keberadaan Isla dan juga Rhys. "Bagaimana? Apa Rhys berhasil terbujuk? Atau dia tetap dengan pendiriannya itu?" tanya Kai. "Rhys masih memilih untuk tidak bergabung dan dia sekarang justru melarikan diri ke suatu tempat tapi aku dan Hugo tidak berhasil menemukannya," ujar Herc. "Hujan ini juga cukup menyulitkan aku dan Herc karena hujan ini membuat bau Rhys dan Isla jadi hilang." Kini giliran Hugo yang berujar. Burung phoenix api yang berukuran besar yang berada di belakangnya itu pun perlahan menghilang. "Tidak masalah. Kita bisa mencarinya lagi besok. Mungkin saja saat ini mereka sedang bersembunyi di suatu tempat. Aku yakin Rhys juga tak akan bisa bertahan lebih lama karena bagaimana pun, dia hanya seorang diri sedangkan gadis yang bersamanya itu hanyalah manusia biasa yang sangat lemah. Perlahan, mau tidak mau Rhys akan kehilangan pilihannya sendiri dan dia akan memilih bergabung bersamaku," ujar Kai. "Sekarang ayo pergi dari sini. Besok pagi, kita harus melakukan sebuah perubahan pada iklim di sini. Sebagian akan pergi ke bagian timur dan Aric akan menurunkan salju yang tak pernah turun di sana. Lalu sisanya akan ke bagian barat untuk menaikkan suhu yang ada di sana. Kudengar, sebagian manusia akan bereaksi terhadap perubahan iklim yang ekstrem dan mereka akan terkena penyakit, satu per satu." Usai mengatakan itu, tubuh Kai langsung berteleportasi ke tempat lain. *** Kedua mata Maria perlahan terbuka dan wanita itu mendapati dirinya tergeletak di ruang tengah rumahnya. Namun rumahnya terasa begitu sepi ketika ia bangun, membuat Maria segera mencari keberadaan Isla di sana namun hasilnya nihil karena ia tak menemukan putrinya. "Isla! Di mana kau? Isla!" Ia mencari ke setiap sudut ruangan namun tak berhasil menemukannya, entah apa yang terjadi. "Di mana Rhys? Rhys!" Maria juga mencari keberadaan Rhys namun pria itu juga tak ada di sana. Hal itu membuat Maria merasa khawatir, namun di sisi lain ia berharap kalau putrinya tidak jatuh ke tangan orang-orang jahat yang semalam datang ke rumahnya. Ia berharap semoga Isla saat ini bersama dengan Rhys dan ia berharap keduanya dalam keadaan selamat, hingga memungkinkan mereka berdua untuk kembali ke sana. —TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD