‘Mereka’ datang

1179 Words
                Hari yang di tunggu akhirnya telah tiba. Acaranya baru di mulai setelah solat Isya, tapi kehebohannya sudah mulai rame sejak semingguan ini. Apalagi hari ini, ibu ibu dan teman teman sebayaku juga tak mau kalah hebohnya menyambut acara tersebut. “Malam ini kamu ikutan nonton ga nduk?” Tanya Ibu ketika mendapati diriku sedang melamuni teman teman dari kejauhan. “Eh Ibu, ngagetin aja … Sepertinya Riris kudu hadir deh Bu, kayaknya menarik tu acaranya. Tapi Riris ga sendiri kok Bu, paling dengan anak anak komplek juga kok.” “Yo wes, kalau nonton jangan terlalu malem pulangnya ya. Meski belum selesai jam 10 pulang aja, Ayahmu lagi lembur juga malam ini jadi Ibu sendirian di rumah.” Pesan sang Ibu. “Siap Bu Komandan!!” sambil memberi hormat. Ibu pun langsung masuk kembali ke dalam rumah meninggalkan aku sendiri di teras. Kebayang nanti malam acaranya bakalan seperti apa. Pasti bakalan seru dengan ilmu yang mereka miliki. Apalagi ku dengar para praktisinya masih muda muda dan cakep cakep.                 Lima belas menit sebelum magrib tiba, aku dan beberapa teman di kompleks sudah berada di lingkungan masjid. Para pengurus masjid sampai keheranan tidak biasanya lingkungan masjid ramai akan anak anak seusiaku yang ke masjid. Mereka tidak tahu jika kami sedang modus dengan acara nanti malam.                 Selesai menjalankan solat magrib, hatiku semakin berdebar menanti kehadiran mereka yang akan mengisi acara tersebut. Perlahan waktu terasa lambat berputarnya. Teman teman dan warga di perumahanku sudah terlihat gusar tak sabar menanti acara itu di mulai. Diriku juga sudah gelisah tak menentu seperti Captain America yang lagi menahan hasrat untuk BAB. Menjelang Isya tiba tiba di depan masjid mulai tampak riuh warga. Sepertinya yang di nantikan baru tiba. Terlihat beberapa kendaraan roda empat berhenti di depan masjid. Lalu ada beberapa pemuda yang berpakaian serba putih turun satu persatu. Menyaksikan mereka dari kejauhan sudah membuat hatiku bergetar hebat. Kebayang jika salah satu saja ada di dekatku, ah betapa halunya diriku saat itu. Aku hanya bisa memandang dari kejauhan karena jika ikutan heboh seperti teman temanku yang lain adalah bukan typeku. Cukup bagiku sekedar mengagumi dan tidak perlu harus tergila gila seperti itu. Beberapa saat kemudian terdengar adzan berkumandang dari masjidku. Bergegas semua warga yang sudah berkumpul untuk siap siap melaksanakan sholat isya berjamaah. Tamu yang baru tiba tadi juga sudah ada di dalam masjid dan berada di shaf terdepan bersama para tokoh dan panitia acara malam ini. Melihat antusias warga yang begitu menggebu gebu, efeknya pun hampir ke seluruh warga komplek perumahan. Tidak hanya yang tua atau sudah berumur tapi anak anak dan remaja juga turut merasakan euphoria acara tersebut. Apalagi anak anak seusiaku, terutama kaum Hawa. Sangat bersemangat mengikuti acara itu. Sudah pasti bukan isi acara itu yang di tunggu, tetapi para cowok yang sebelumnya sudah beredar isu jika mereka cakep cakep seperti orang orang di drama Korea. Selesai sholat berjamaah, acara itupun di mulai. Di awali dengan penjelasan panitia mengenai inti acara dan tujuan di adakannya acara tersebut. Dan saatnya perkenalan satu persatu personel tamu tersebut. Para warga yang ada di dalam masjid mulai berbisik bisik ketika satu persatu tamu tersebut memperkenalkan diri. Hingga di akhir perkenalan itu ada seseorang berdiri dan memberi salam pada warga kompleksku. JRENG!!!! Jantungku rasanya seperti mau copot. Huh … melihat sosok yang tidak begitu asing. Ya, aku pernah melihat bapak itu. Usianya sekitar 40-an atau mungkin seumuran dengan ayahku. Mataku terus focus pada satu arah yaitu bapak itu. Rupanya ia ketua atau pimpinan dari semua tamu undangan acara itu. Ah … tiba tiba mataku terasa perih dan kepalaku mulai berputar putar. Salah satu panitia lalu mengarahkan para warga dan tamu yang hadir untuk berpindah tempat ke luar masjid yaitu di pelataran yang sudah di siapkan. Tanpa menunggu waktu lama, warga langsung bergegas berebut tempat di luar masjid. Aku hanya santai berjalan keluar karena takut tak mampu menahan badanku yang mulai terlihat goyah ketika kejadian tadi. Beruntung aku dan beberapa teman mendapat tempat yang cukup strategis untuk menyaksikan acara itu dalam jarak yang cukup dekat. Untuk anak anak yang masih kecil di sarankan oleh pantia untuk tidak ikut menyaksikan acara itu. Di khawatirkan karena ada efek negative nantinya. Akhirnya acara benar benar dimulai. Di awali dengan membaca basmallah dan doa agar acara berjalan lancar dan semua mendapat perlindungan dari-Nya. Doa di pimpin oleh salah satu anggota mereka yang masih muda, mungkin sekitar umuran 20. Mataku tidak bisa berpindah ke arah lain, hanya tertuju pada orang orang yang menjadi bintang tamu malam itu. Ada sesuatu yang aneh ketika pemuda tadi membacakan doa. Sekilas terlihat seperti ada bayangan yang hadir di belakang tubuh pemuda itu, tapi tidak terlihat begitu jelas. Selesai pembacaan doa, satu persatu warga yang telah mendaftar untuk berobat di panggil untuk maju ke tengah acara itu. Untuk tahap pertama sepertinya hanya beberapa orang saja yang di panggil. Mungkin masih penasaran untuk awal acara. Tidak hanya kaum pria yang berobat, kaum wanita atau ibu ibu pun turut serta berusaha untuk sembuh. Begitu juga dengan para praktisinya, ternyata ada sosok wanitanya juga. Usianya pun terlihat masih muda mungkin sekitar 20 hingga 30-an. Wajahnya juga terlihat menawan dengan hijab putih yang rapi. Namun meski terlihat cantik ada sedikit keganjilan yang tampak dari wajah dan tubuh wanita itu, tapi entah apa itu. Yang jelas keanehan itu berhasil membuat merinding sebagian tubuhku. Selanjutnya adalah pemberian air kepada semua peserta yang ingin berobat. Minuman itu di bacakan oleh salah satu praktisi yang memimpin mereka. Setelah itu minuman tadi di minta untuk di minum kepada warga yang sudah berada di tengah. Warga yang sangat antusias dengan acara itu mau tidak mau harus mengikuti semua petunjuk orang yang mau mengobati mereka. Segelas air tersebut dalam sekejap langsung habis di minum oleh mereka. Tidak perlu waktu lama, hanya dalam hitungan detik semuanya langsung bereaksi. Semua warga yang telah meminum air itu seketika berubah keadaannya. Ada yang menjerit histeris tapi tidak dengan suara aslinya. Ada juga yang bertingkah aneh, melompat lompat kesana kemari. Sementara pasien lain badannya menggeliat geliat dan mendesis seperti seekor ular. Ibu yang setengah baya juga tak luput dari keanehan itu. Ia terdiam tapi menangis tersedu sedu dan sesekali tertawa melengking. Warga yang lain menyaksikan itu langsung turut histeris. Semua berdecak kagum dengan pemandangan tersebut, tapi tidak denganku. Sedari tadi aku merasa keanehan ini semakin menjadi sejak di mulainya acara itu. Di tambah lagi pasien di minta untuk meminum air yang telah dibacakan oleh mereka. Entah kenapa pandanganku sedikit aneh dengan apa yang ku lihat. Orang orang di sebelahku sepertinya tidak sama penglihatannya dengan diriku. Sepertinya hanya aku yang melihat keganjilan semua ini. Wajahku terlihat tegang sedari tadi, bukan karena serunya acara tersebut tapi ada sesuatu yang membuatku penasaran. Terutama sosok sosok bayangan hitam yang hadir di belakang mereka. Belum lagi pada pasien pasien yang sedang kesurupan. Mereka juga tak luput dari sosok bayangan hitam yang pada berdatangan memasuki tubuh mereka satu persatu. Tidak … tidak cuma satu, tapi lebih … ya lebih dari satu sosok hitam yang masuk ke dalam raga para pasien warga kompleksku. Meski belum terlihat jelas sosok apa itu, tapi ketika sudah merasuk ke tubuh itu aku baru bisa melihatnya dengan jelas.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD