Chapt 3. Advice

2114 Words
---**--- 1 Bulan kemudian., Mansion Abraham Althaf, New York, USA., Taman Belakang Mansion., Pagi hari., Dua mobil berlogo sama, bermerk Althafa. Mobil sport keluaran Althafa, perusahaan Sport Car milik Dyrta. Dua mobil berbeda warna itu terpampang di belakang halaman mansion Abraham Althaf. Seorang pria dengan pakaian santainya. Kaos berwarna biru dongker serta celana jeans hitamnya melekat di kaki jenjangnya. Sepatu putihnya menambah penampilan casualnya. Beberapa gelang hitam melekat di kedua pergelangan tangannya. Pria itu keluar dari pintu belakang mansion, dan mendekati seorang wanita yang tengah merawat bunga kesayangannya di kebun bunga miliknya. Pria itu lalu membuka suaranya sambil berjalan mendekati wanita itu. “Mom, aku pergi dan akan pulang larut malam.” Ucap pria itu lalu melingkarkan kedua tangannya pada pinggang rampingnya. Dan meletakkan dagunya di bahu kirinya. Dan menciumnya singkat. Wanita itu, dia yang mengenal suara itu mulai mencetak senyuman di wajahnya yang masih terlihat muda di usianya yang sudah paruh baya. Tanpa menghentikan gerakan tangannya yang masih menyemperotkan vitamin untuk bunga lily kesayangannya, dia mulai membuka suaranya. “Mau kemana Sayang ? Kenapa harus pulang larut malam, hmm ?” Tanya wanita itu lembut sambil senyam-senyum sendiri. Yah! Wanita itu adalah Anta, Adyanta Nawwar Rizky. Kini usianya sudah menginjak 52 tahun. Dan berkebun bunga adalah kegiatan favoritnya. Mengingat ketiga pria nya selalu sibuk dengan urusan dan pekerjaan mereka masing-masing. Pikirnya, dia harus menghilangkan kebosanan dan kesunyiannya dengan kegiatan yang bermanfaat. Dan dia sangat bahagia, karena putranya yang bernama Dyrga selalu tahu hal yang paling dia sukai. Memeluknya dari belakang. Karena sikap yang seperti itu selalu mengingatkan dirinya akan keromantisan suaminya, Zu saat sebelum mereka menikah dulu. Pria itu, dia yang mendengar pertanyaan Mommy nya. Dia kembali membuka suaranya. “Ada urusan sebentar, Mom. Aku janji akan pulang sebelum jam 10 malam.” Jawabnya lalu mengecup kembali bahu kiri Mommy nya, Anta. Yah! Pria itu adalah Adyrga Abraham Althaf. Dyrga selalu menunjukkan sisi hangatnya kepada Mommy nya. Karena baginya, Mommy nya adalah segalanya. Dan dia mau, Mommy nya selalu merasa diperhatikan walaupun mereka semua memiliki kesibukan masing-masing. Wanita yang akrab disapa Anta itu, dia hanya senyum manis mendengar jawaban lembut dari putranya. Dia lalu berbalik badan. Dan melihat putranya sudah berpakaian casual dan tidak seperti biasanya. Dia mengernyitkan keningnya. “Ada janji sama teman-teman kamu, Sayang ?” Tanya Anta lembut lalu menggantungkan penyemprot tanaman itu pada tiang besi yang ada di sebelahnya. Dyrga, dia tersenyum mendengar pertanyaan yang sudah biasa dia terima, selayaknya Mommy nya sedang menginterogasi dirinya. Dia lalu mengambil kedua tangan Mommy nya, menggenggamnya untuk dia cium kembali. Dyrga kembali membuka suaranya. “Mom, aku sama sekali tidak ada janji dengan teman-temanku. Dan lagi pula…” Dyrga mengecup singkat kening Mommy nya. Dia kembali melanjutkan kalimatnya. “Lagi pula Mommy tahu, siapa teman-teman ku selama ini ?” Tanya Dyrga seraya mengingatkan Mommy nya tentang siapa teman-temannya selama ini yang selalu menemani hari-harinya. Anta ? Dia sangat bahagia mendapat perlakuan hangat dari putranya, Dyrga. Persis seperti Daddy nya, Zu. Yang selalu romantis, kapan pun dan dimana pun. Mendengar pertanyaan dari putranya, Dyrga. Membuat Anta kembali mencetak senyuman di kedua sudut bibirnya yang masih terlihat seksi dan menggoda. Dia mulai membuka suaranya. “Okay. Mommy sudah tahu. Buku memang prioritas kamu, Sayang. Tapi harus ingat memberi Mommy cucu, Okay ?” Ucap Anta seraya mengingatkan putranya untuk segera mencari pasangan hidup. Dyrga, dia lalu merundukkan tubuhnya, dan memeluk Mommy nya yang tentu lebih pendek darinya. Dia juga kembali membuka suaranya. “Iya Mommy. Aku pasti akan menikah, tapi tidak sekarang.” Ucap Dyrga tersenyum manis sambil menggelengkan pelan kepalanya, lalu memeluk Mommy nya. Saat mereka tengah berpelukan singkat. Suara seseorang membuat mereka melepas pelukan itu. “Giliran aku yang memeluk Mommy.” Ucap pria itu mendekati mereka berdua, lalu menggeser pelan tubuh Dyrga dari Anta. Anta hanya menggelengkan pelan kepalanya kalau kedua putranya sudah bersikap posesif terhadap dirinya seperti ini setiap pagi. Pria itu, dia lalu memeluk Mommy nya, Anta. Yah! Pria itu adalah Dyrta, Adyrta Abraham Althaf. Seperti biasa, mereka berdua akan bergantian memeluk Mommy mereka sebelum pamit pergi dari mansion untuk kembali kepada kesibukkan mereka masing-masing. Dyrga ? Dia sedikit mundur ke belakang sambil menghela panjang nafasnya, melihat kebiasaan Dyrta yang selalu merayu Mommy mereka, Anta. Saat dirinya hendak membuka suaranya, suara deringan ponsel menghentikan gerakannya. Triingg... Dia segera mengambil ponsel dari saku celana jeans hitamnya. Dan membuka email yang barusan masuk ke ponselnya. Dyrga mengernyitkan keningnya membaca semua isi pesan itu. Dia terdiam sejenak. Selang beberapa menit, dia segera membalasnya. Baiklah. Tunggu aku di tempat biasa. Dia lalu mengirim pesan itu sebagai balasan. Tidak ingin menunggu lama untuk kabar yang segera ingin dia ketahui itu, Dyrga langsung mengalihkan pandangannya kepada dua orang yang masih asyik bercanda itu. Dia sempat mendengar kalimat yang terlontar dari mulut Mommy nya. “Dan Mommy ingin, tahun ini Mommy bisa mendapatkan cucu dari kalian berdua.” Dia harus segera pamit, pikirnya. Untuk menghindar dari kalimat yang sangat mematikan itu. Dia lalu membuka suaranya sambil berjalan mendekati mereka. “Mom, aku harus pergi sekarang.” Ucap Dyrga masih berada di samping Anta dan Dyrta. Dyrta lalu melepas pelukannya dari Mommy nya. Dan mereka berdua mengalihkan pandangan ke Dyrga. Dyrga yang paham keadaan, dia mulai mendekati Mommy nya. Merundukkan tubuh kekarnya, dan memeluknya lembut sambil mengelus pelan punggung Mommy nya. “Mom, aku akan pulang sebelum jam 10 malam. Dan tetap sediakan aku makan malam, Mom.” Ucap Dyrga lalu melepas pelukan sang Mommy dan mencium keningnya, lalu kedua pipinya. Dan Anta ? Dia tersenyum mengangguk iya, sambil mengelus pelan kedua lengan putranya. Dia kembali membuka suaranya. “Iya, Sayang. Nanti Mommy siapkan makanan favorit kamu. Mommy tunggu kamu di mansion ya, Sayang.” Ucap Anta bersuara lembut, lalu hendak mengecup kening putra sulungnya. Dyrga mengerti, dia merundukkan tubuhnya agar Mommy nya bisa menjangkau keningnya. Dengan kedua tangannya mengelus pelan punggung sang Mommy. Dyrta ? Dia tersenyum sambil menggoyang-goyangkan badannya dan bersidekap d**a. Dengan tangan kanannya menggaruk-garuk keningnya yang tidak gatal. Dyrga kembali menjawab kalimat Mommy nya. “Iya, Mommy.” Jawab Dyrga membelai lembut wajah Mommy nya. Dan tiba-tiba Dyrta membuka suaranya. “Okay, Mommy. Aku juga harus pergi sekarang. Aku akan menginap di luar selama beberapa hari saja. Tapi jika pekerjaanku lebih cepat selesai, aku akan pulang malam ini juga.” Ucap Dyrta lalu mengecup kening Mommy nya, juga kedua pipinya. Anta, dia hendak mengecup kening putra bungsunya itu. Dyrta yang paham kalau Mommy nya hendak mengecup keningnya seperti biasa, dia segera merundukkan tubuhnya dengan kedua tangannya masih merangkul pinggang sang Mommy. Anta, dia kembali membuka suaranya. “Dengar, Sayang…” Ucap Anta menghela panjang nafasnya, mulai menasehati kedua putra kesayangannya itu. Yah! Anta selalu menasehati kedua putranya saat mereka hendak pergi dari mansion dan mulai menjalankan kegiatan mereka seperti biasanya. Karena Anta tahu, kalau kedua putranya selalu menghadapi banyak orang diluaran sana. Dan dia juga tahu, kalau kedua putranya pasti memiliki rahasia yang tidak dia ketahui sepenuhnya. Dan dia mewajarkan hal itu. Karena sebagai seorang Ibu, Anta menyadari bahwa tugasnya hanya mendidik, menasehati, dan mengingatkan kedua putranya untuk kesalahan-kesalahan yang mungkin bisa terjadi karena tindakan gegabah kedua putranya. Namun untuk pekerjaan pribadi dan masalah pribadi mereka, Anta tidak pernah menanyakannya. Terutama urusan percintaan. Anta tidak pernah mau tahu dengan siapa mereka menjalin hubungan. Tetapi, dia hanya mengingatkan untuk tidak menyakiti hati seorang wanita. Juga mengerjakan pekerjaan yang halal. Walaupun pada kenyataannya. Mungkin salah satu putranya telah melanggar amanah darinya. Anta, saat dia hendak melanjutkan kalimatnya. Seseorang mulai berjalan ke arah mereka. Anta sempat melihatnya sekilas dengan melempar senyumannya kepada pria yang sangat dia cintai itu. Walaupun usia mereka sudah senja. Tetap tidak mempengaruhi tingkat keharmonisan mereka berdua. Pria itu, Azzura Abraham Althaf. Pria yang akrab disapa Zu oleh para ajudannya itu. Walau di usianya yang sudah menginjak 60 tahun, wajah dan tubuhnya masih terlihat bugar. Bahkan dia masih sanggup mengukung istri kesayangannya itu untuk mencapai pelepasannya hingga berkali-kali. Bisa dikatakan, seorang Azzura Abraham Althaf semakin tua semakin menjadi hot dan ganasnya terhadap istrinya, Adyanta Nawwar Rizky yang masih terus menjaga stamina dan kesempitan miliknya. Dari kejauhan dan langkah kaki tegapnya menuju tiga orang yang menjadi harta paling berharganya itu, Zu mengedipkan satu mata genitnya ke arah istrinya. Saat kejadian itu, Dyrga dan Dyrta ikut menoleh ke belakang. Melihat siapa yang tengah diajak senyum oleh Mommy mereka. Saat mereka melihat mata genit dari Daddy mereka. Mereka berdua saling memutar bola mata malas mereka. Dan kembali memalingkan kembali wajah mereka pada Mommy mereka. Dan Anta ? Dia terkekeh pelan, karena lagi-lagi mereka harus menghadapi tingkah genit Daddy mereka kepada Mommy mereka. Anta, dia kembali melanjutkan kalimatnya. “Mungkin kalian bosan mendengar nasehat Mommy setiap pagi…” Ucap Anta bersuara lembut sambil mengelus kedua lengan kekar dua kesayangannya itu, mendongakkan kepalanya karena postur tubuh kedua putranya yang persis tingginya dengan Daddy nya. Dyrga dan Dyrta ? Mendengar kalimat Mommy nya, mereka hanya merespon dengan gelengan kepala saja seraya mengatakan bahwa mereka tidak pernah berpikiran seperti itu. Zu ? Dia menyandarkan punggung berbalut jas hitam pekatnya pada dinding berwarna abu-abu disana. Dengan kedua tangan bersidekap d**a. Dan kaki kanannya menyilang bertumpu pada kaki kirinya. Dengan pandangannya menatap kedua darah dagingnya. Jiplakan dirinya yang masih serius menatap lekat istri tercintanya. Menasehati mereka berdua. Dengan senyuman tercetak di salah satu bibirnya. Dengan masih mengelus lengan kekar kedua putranya, Anta kembali melanjutkan kalimatnya. “Sayang…” Ucap Anta mulai berwajah serius. “Mommy percaya sama kalian, kalau kalian pasti selalu menjaga amanah dari Mommy…” Anta menghela panjang nafasnya. Zu mengalihkan pandangannya pada istri tercintanya. Dia tahu kalau istrinya tidak ingin kedua putra mereka berkelakuan sama seperti dirinya saat masih muda dulu. Yang selalu suka bermain dengan jalang yang masih perawan. Dyrga dan Dyrta ? Mereka masih memandang Mommy nya dengan tatapan serius. Seakan tidak ingin melewatkan satu kalimat pun yang diucapkan oleh Mommy mereka, Anta. Anta masih melanjutkan kalimatnya. “Apapun yang kalian lakukan di luaran sana. Bagaimana pun cara kalian mencari rezeki untuk kalian dan keluarga kalian, dan akan menjadi darah daging bagi kalian. Semua harus dengan cara halal dan sesuai dengan jalan Allah ya Sayang.” Ucap Anta tersenyum kepada kedua putra yang sangat dia sayangi itu. Anta kembali menghela panjang nafasnya. “Dan jangan pernah bermain dengan wanita. Okay…” “Kalau kalian menginginkan sesuatu dari seorang wanita…” Ucap Anta lalu menatap netra tajam kedua putranya secara bergantian. “Cari seorang gadis. Bawa dia ke rumah. Kenalkan dengan Daddy dan Mommy. Asalkan dia berasal dari keluarga yang baik-baik. Kami pasti akan menerimanya…” Ucap Anta lalu membelai pipi kedua putranya yang sedikit merundukkan tubuh mereka di hadapan Anta. “Untuk kalian…” Ucap Anta tersenyum. “Dan ingat Sayang…” “Jangan pernah bermain api di luaran sana. Jika kalian tidak ingin terbakar di kemudian hari…” “Ingat, Sayang. Di Zaman sekarang ini, penyakit infeksi sangat mudah sekali penyebarannya. Jadi kalian harus berhati-hati…” “Dan…” “Jangan pernah menyakiti hati seorang wanita, apalagi fisiknya. Karena Mommy kalian ini…” “Juga seorang wanita…” Ucap Anta menaikkan kedua alisnya ke atas seraya mengatakan mengerti atau tidak. Dyrga dan Dyrta, kemudian mereka mengangguk iya seraya paham dengan ucapan Mommy mereka. Dyrga membuka suaranya. “Mommy, aku masih menjaga amanah dari Mommy. Percaya lah, calon menantu mu akan segera datang ke rumah ini. Doakan saja anak mu ini, Mom.” Ucap Dyrga kepada Mommy nya, Anta seraya membuat tenang Mommy nya untuk perihal jodoh dan pernikahan. Dan Dyrga juga selalu menjaga amanah Mommy nya untuk tidak bermain api di luaran sana. Karena dia juga mengerti risiko dari perbuatan yang mungkin akan mendapatkan karma berat dalam hidupnya di kemudian hari. Mendengar kalimat Dyrga, Dyrta hanya diam sampai kalimatnya selesai. Anta ? Dia tersenyum mendengar kalimat yang menenangkan dari putra sulungnya, Dyrga. Dan tidak lama berselang waktu, Dyrta mulai membuka suaranya. Dan Dyrga ikut diam mendengarnya. Selang beberapa detik, Zu dan Dyrga saling mengernyitkan kening mereka melihat tingkah Dyrta. Zu dan Dyrga tersenyum sambil menggelengkan kepala mereka melihat tingkah Dyrta yang selalu sukses membuat wanita yang mereka sayangi itu terhibur dan tertawa. Dyrta lalu tersenyum dan mengecup singkat pipi kanan sang Mommy. “Dasar!” Ucap Anta lagi dengan wajah sebalnya. Karena putra bungsunya itu, lagi-lagi berhasil menggodanya. Dyrga dan Dyrta lalu mengecup tangan kanan Mommy mereka. Dan mencium kembali keningnya. Dyrta membuka suaranya lagi untuk berpamitan. “Aku pergi dulu Mom, Dad…” Ucap Dyrta sambil berjalan menuruni anak tangga balkon taman belakang itu, sambil mengambil kunci mobil dari balik jas hitam pekatnya. Dan menghidupkan mobil berwarna oren dari kejauhan dengan kunci mobil yang ada di tangannya. Dyrga juga ikut berpamitan. “Aku pergi Mom. Jangan lupa makan malamku. Dad, aku pergi…” Ucap Dyrga dan diangguki iya oleh Mommy nya, Anta. Dyrga menuruni anak tangga dan mengambil kunci mobilnya dari saku celana jeansnya. Dan menekan tombol penghidup alarm mobilnya. Zu, dia hanya berdehem dan mengangguk iya. Sambil melangkahkan kakinya mendekati istrinya yang sudah membelakangi dirinya karena masih melihat kedua putra mereka yang berjalan menuju mobil masing-masing. Dia memeluknya dari belakang tanpa bersuara sedikit pun. Membiarkan istrinya menikmati pemandangan menyedihkan, karena akan ditinggal beraktivitas oleh kedua putra mereka. Tin!! Tin!! Tin!! Tin!! Sapa bunyi klekson kedua mobil itu seraya berpamitan, sebagai tanda bahwa mereka hendak pergi memutari halaman mansion dan segera pergi dari halaman belakang mansion yang luas itu. Anta membalasnya dengan senyuman dan anggukan iya. Mobil berbeda warna itu kemudian melaju kencang memutari halaman belakang mansion. Dan mulai menghilang dari pandangan mereka, berbelok memutari mansion. Zu membalik tubuh istri tercintanya. “Hmmpphhhtttt”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD