Chapt 4. Desire

2037 Words
Zu membalik tubuh istri tercintanya. “Hmmpphhhtttt” Zu menyerang bibir seksi yang sudah menjadi candunya selama hampir 29 tahun lamanya itu, tanpa ampun. Dia terus melumatnya dan menghisapnya. Dan terus merundukkan tubuhnya, memegang tengkuk wanita yang sangat dia cintai itu. Membiarkan anak rambut istrinya jatuh ke bawah akibat ulah ganasnya. “Hhmmppphhtttt” “Hhmmpphhtt aassshhhmmmppttt” Zu melepas pangutan mereka. Dan menangkup wajah istrinya, membelainya lembut dengan kedua telapak tangannya. Dia menyatukan kening mereka. Anta, dia tersenyum mendapat perlakuan tiba-tiba suaminya yang sudah menjadi hal biasa untuknya. Kedua tangannya memegang jas hitam pekat suaminya itu. Dia mendongakkan kepalanya. Dan mulai membuka suaranya. “Mau ke kantor sekarang, Darling ?” Tanya Anta dengan wajah penuh kasih sayangnya menatap netra tajam itu yang tengah menatapnya intens. Zu, mendengar pertanyaan istrinya. Dia semakin membelai wajahnya dengan senyuman yang masih terus tercetak di wajah tampannya. “Niat hati, iya Sayang. Tapi sekarang, tidak lagi.” Ucapnya dengan suara berat khasnya, lalu menurunkan telapak tangannya, dan menyusuri lekukan tubuh istrinya, Anta yang masih terlihat indah dari balik dress berbahan jeans biru. Dengan tali dua bergasper menghiasi tubuhnya yang sudah berbalut kemeja putih berbahan sutra. Anta, dia mengernyitkan keningnya. “Kenapa Sayang ? Bukan kah mau mengecek dokumen yang Dyrga katakan kemarin ?” Tanya Anta seraya mengingatkan suaminya bahwa Dyrga sudah memberinya pesan untuk mengecek segala berkas yang sudah dia siapkan untuk membuat perusahaan baru di Dubai sebagai cabang Althafiance Corporation yang ke sekian kalinya. Zu memajukkan wajahnya, dan mendekatkan mulutnya pada telinga kiri istrinya. “Aku akan menyuruh Dyrga untuk membawanya pulang. Sekarang aku merindukan denyutan itu lagi.” Bisik Zu sensual dan membuat bulu kuduk Anta seketika meremang. Anta mulai berwajah erotis, dan menggigit bibir bagian bawahnya. Suaminya selalu bisa membuatnya tersipu malu. Zu, dia mendongakkan kepalanya. Dan mengedipkan satu mata genitnya. Dia lalu menggendong Anta ala bridal style dan membawanya masuk ke dalam mansion. *** Kamar Zu dan Anta., Dress berbahan jeans, bertali gasper itu sudah tergeletak di lantai. Celana dalam merah itu juga sudah terdampar di sudut ranjang. Wanita itu, Anta memandangi tubuh polos suaminya yang sudah berada di bawahnya. Dengan kemeja putih sutra masih melekat di tubuhnya, serta bra yang masih menyembunyikan gundukan yang selalu menjadi pemandangan favorit suaminya itu. Dia mulai memainkan jemari lentiknya disana, di d**a suaminya. Menikah dengan seorang pria yang pernah bermain dengan jalang sebelumnya, membuat Anta mengerti banyak hal tentang seks dan cara memulai bercinta yang panas. Tentu saja itu diajarkan oleh suaminya sendiri. Sudah seperempat abad dia menikah dengan suaminya, Zu. Membuat Anta paham bagaimana cara menaikkan libido suaminya hanya dengan gerak-gerik saja. Jemari lentik, dengan kuku panjang yang terawat rapi. Inai Arab merah melekat pada setengah kukunya. Dia memainkannya pada d**a bidang telanjang suaminya. Memainkan bulu-bulu halus disana, dengan menari-narikan ujung kukunya. Membuat sang empunya menggerang nikmat. “Aaarrrgghhh Adyanta… Oouugghh…” Desah Zu memejamkan kedua matanya, dengan kedua tangannya masih terus meremas b****g telanjang istrinya yang masih padat dan sintal. Anta, mulutnya menganga dengan tertawa pelannya. Seakan mengajak suaminya, Zu untuk terus menikmati setiap sentuhannya. Dia mulai memundurkan bokongnya, hingga menyentuh milik suaminya yang sudah berdiri tegak dan menantang di bawah sana. “Ooppss…” Pekik Anta pelan dan sengaja mengedipkan satu mata genitnya. Zu semakin mengerang melihat tingkah istrinya. Wajahnya yang terlihat berseri, dengan rambut hitam panjangnya yang sudah diikat satu menjulang ke atas. “Jangan permainkan aku, Adyanta…” Erang Zu mulai bersuara berat. Kedua tangannya mulai membuka kemeja putih sutra istrinya. “Buka kain sialan ini, Sayang. Dia menutupi pemandanganku!” Geram Zu melepas semua pakaian dan bra Anta, dan melemparnya sembarang. Anta, dia semakin tertawa kekeh membuat suaminya tersiksa dengan tingkahnya. “Oh Mr. Zu. Ingat usiamu!” Ucap Anta mulai tersengal dengan tingkahnya sendiri. Zu, kedua tangannya mulai meremas-remas dua gundukan istrinya yang masih terlihat padat. Anta, kedua b****g nya masih terus memaju mundurkan milik suaminya. Membiarkannya tersentuh, tanpa memasukkannya ke dalam. “Usiaku, hmm ?” Erang Zu semakin memilin gundukan itu hingga istrinya mengerjap-ngerjapkan kedua matanya. “Yaaasss… Usia mu yang sudah separuh abad lebih…” Buughhh!! “Aaaahhkkk!!” Pekik Anta. Zu menarik kedua lengan istrinya tanpa aba-aba, hingga istrinya memekik karena wajahnya jatuh di d**a bidang suaminya. Anta tersengal. Tidak merasakan sakit apa-apa. Tapi dia tahu, kalau suaminya mulai geram terhadapnya. “Dengar Honey! Usia ku memang sudah setengah abad…” Ucap Zu, dengan kedua tangannya mulai membuka lebar kedua paha istrinya yang sudah berada di atas perutnya. “Tapi…” Ucapnya dengan tangan kanan mulai menjalar pada bagian sensitif istrinya. “Apa energiku mampu kau kalahkan, hmm ?” Ucap Zu seraya bertanya dengan tangan kanannya bermain pada k******s istrinya. Anta mulai mengerang nikmat. Dan menganga seraya menikmati sentuhan itu. “Aaahhhh yaaasssss…” Desah Anta memejamkan kedua matanya. Dengan kedua tangannya bertumpu pada ranjang agar tubuhnya sedikit menungging. Memudahkan akses suaminya memberikan kenikmatan untuknya. Zu semakin gencar melakukan kegiatannya, memberi kenikmatan untuk istrinya. “Apa ini sangat nikmat, Honey…” Ucap Zu mulai memundurkan jemari tengah kanannya, memasuki lubang sempit di bawah sana. “Ooohhh…” Desah Anta lalu memajukan tubuhnya dan mencium bibir seksi suaminya. “Hhhmmpphhtttt” “Hhhmmmpphhhtttt” Anta mencium bibir seksi suaminya sebagai pelampiasan kenikmatan yang tengah dia rasakan saat ini. Menambah kenikmatan itu dengan gairah yang dia pancing sendiri. Zu, dia semakin memainkan jemarinya di dalam sana. Anta melepas pangutan mereka. Dengan nafas tersengal, Zu mulai membuka suaranya lagi. “Apa ini sangat nikmat, Honey…” Zu menggertakan rahangnya, menahan rasa sakit yang tertahan sedari tadi. “Yaaass, Dar… Oohhh…” Zu semakin membuat gerakan biasanya yang disukai oleh istrinya. tangan kirinya tetap menahan b****g istrinya yang sesekali dia remas. Tubuh yang masih terlihat indah itu semakin menguatkan tenaganya menumpukan tubuhnya diatas tubuh kekar itu. Keringatnya sudah jatuh membasahi wajah suaminya. “Aaaahhh aaahhh aaahhhh…” Desah Anta semakin bersuara gemetar, kala rasa nikmat itu berkali-kali menyerang miliknya yang sudah basah. Netra tajam dibawahnya terus menyusuri wajah nikmatnya. Hingga dia merasa puas dengan apa yang dia lakukan saat ini. Zu, dia melepas tangan kirinya. Dan mulai menaikkan tangannya. Menyeka keringat yang bercucuran di dahi istrinya. “Jika lelah kita bisa bertukar posisi, Hon…” Ucap Zu mengeraskan rahangnya, dan membuang keringat itu. “Oouugghh No… Zu… Aaahh aaaahh aaahh ini… nikmat… Ooouughhhh…” Anta semakin bergemetar, hingga tubuhnya tidak bisa lagi menopang. Dan jatuh di d**a bidang suaminya. Zu semakin menekan jemarinya di dalam sana. Hingga istrinya berkali-kali mengerang nikmat. “Aaaahhh aaahhh aahhhh lebih dalam lagi Zuuu ooohhhh yaaasss yaassss yaassss…” “Begini Honey, hmm…” Ucap Zu dengan gertakan rahangnya, mengisyaratkan tubuhnya yang sudah tidak mampu menahan sakit pada miliknya yang sudah mengeras. “Yaasss yaaassss like that… like that…” “Ayo Honey. Keluarkan semua cairan mu…” Zu semakin menggertakan rahangnya. Membiarkan wajah istrinya berada di ceruk lehernya dengan posisi tubuh indah itu yang masih menungging diatasnya. Hingga permainan suaminya semakin membuat rangsangan kenikmatan yang tak tertahan. Denyutan itu mulai terasa menyempitkan miliknya. “Aaaahhhkkk aaahhkkk aahhhkkkkkk…” Desah Anta semakin memajukan tubuhnya seraya menyuruh suaminya untuk mengeluarkan miliknya dari sana. Zu yang mengerti, dia langsung mengeluarkan jari tengahnya dari sana. Anta melemaskan kedua tangannya. Masih tetap menaruh wajahnya di ceruk leher suaminya, Zu. Dia mengatur nafasnya yang tersengal. Dengan tubuhnya yang sudah mandi keringat. Zu, dia mulai mengelus pelan punggung telanjang istrinya. Dan menaikkan selimut yang bertengger di kaki jenjangnya. Menutupi tubuh polos istrinya. “Sudah puas, hmm ?” Tanya Zu menyeka keringat di dahi istrinya, merapikan rambut istrinya. Anta, dia yang masih dalam keadaan sadar. Dia membuka suaranya. “Belum…” Ucap Anta dengan nafas tersengalnya sambil menggelengkan pelan kepalanya. Dia tentu berkata tidak, walau sebenarnya dia sudah merasa puas. Namun hasrat suaminya belum terlampiaskan oleh dirinya. Dan Anta tidak pernah egois dalam hal ini. Zu, kembali melanjutkan pertanyaannya. “Mau lagi, hmm ?” Tanya Zu lagi dan direspon dongakan kepala oleh Anta. “Tapi tidak mau diatas.” Ucap Anta merengek manja di usianya yang sudah separuh abad itu. Zu terkekeh. Pasalnya istrinya masih bersikap sama. Seperti saat mereka muda dulu. Suara rengekan manja itu yang selalu dia rindukan. “Okay. Kalau begitu aku diatas, hmm ?” Tanya Zu seraya meminta persetujuan istrinya. Anta mengangguk iya sebagai jawaban. Perlahan Zu merebahkan tubuh mungil istrinya di ranjang. Dia menegakkan tubuhnya, mengurut pelan juniornya yang sudah menyakitkan dirinya sedari tadi. Anta, seolah ingin kembali bertarung. Melihat milik suaminya, tidak pernah membuat dirinya merasa terbiasa. Rasa takjub itu selalu berulang kali dia akui saat melihatnya. Zu, dia tersenyum sinis. “Masih terpesona dengan ku, Nyonya Zu ?” Tanya Zu menggoda sambil melebarkan kedua paha istrinya dan mengangkatnya ke atas. Menyangganya dengan kedua lengan kekarnya. Anta menganga, sesekali menggigit bibir bagian bawahnya. “Yaasss, Tuan. Sampai kapan pun aku akan…” “Ooouugghhhh…” Kepalanya terdongak ke atas. Pejaman kedua matanya mengisyaratkan betapa nikmatnya ketika benda tegak dan besar itu mulai menerjang miliknya yang sempit dan basah. Kedua tangannya meremas-remas sprei abu-abu berbahan sutra itu, hingga terlihat kusut disana. Zu, melihat istrinya yang sudah terbiasa dengan miliknya. Dia mulai menggerakkannya perlahan. “Aaahhh…” Dia mulai memejamkan kedua matanya seraya menikmati gerakannya sendiri. “Aaassshhh hhmmmpphhhttt…” Anta menggigit bibir bagian bawahnya melepas rasa nikmat yang mulai merajalela di tubuhnya. Usia mereka yang sudah separuh abad, bahkan tidak menghilangkan gairah seks di dalam diri mereka. Zu semakin liar menggerakkan miliknya di bawah sana. Memperhatikan ekpresi kepuasan di wajah istrinya yang sudah memberikan denyutan itu, hingga terasa memijit miliknya yang masih mengeras di dalam sana. Genjotan itu semakin terasa melawan, hingga Zu bergumam dalam gerakkannya. “Kau masih sama aahhh Honey aaahhh aaahhh aaaahhh…” Gumam Zu pelan sambil terus menggerakkan yang di bawah sana. Anta tidak menjawab dan terus mengeluarkan desahannya. Menikmati pelepasannya hingga berulang-ulang kali. … Di dalam perjalanan., Mobil merah itu terus membelah jalanan kota New York. Dengan kecepatan sedang, tangan kirinya masih menyangga pintu mobil mewah itu. Tangan kanannya, masih terus memainkan stiur berlogo Althafa, perusahaan mobil sport yang didirikan langsung oleh adik kembarannya, Adyrta Abraham Althaf. Pikirannya masih terus tertuju pada kejadian satu bulan yang lalu. Kejadian yang membuat dirinya mampu teralihkan dari masa lalu yang selama ini sangat sulit untuk dia lupakan. Kejadian yang melibatkan dirinya dengan seorang wanita yang polos. Bahkan sanggup membuat dirinya merasa bersalah kepada wanita itu hingga detik ini. Keseriusannya menghadapi jalanan tol panjang dengan hal yang sedang berkecamuk di pikirannya, hampir membuatnya tidak sadar kalau ponsel yang dia letak disamping kanannya berdering. Charlow is calling… Dyrga mengalihkan pandangannya pada ponselnya yang tengah berdering. Melihat nama yang ada di panggilan ponselnya, membuatnya langsung menjangkau ponsel miliknya itu. Dia langsung menggeser tombol hijau pada layar ponselnya. “Hallo, Charl…” “…” “Ya, saya sedang menuju ke sana…” “…” “Kau sudah bawa semua yang ku minta ?” “…” “30 menit lagi aku sampai…” “…” Tutt.. Tutt.. Tutt.. Dia menutup sambungan teleponnya secara sepihak. Dan meletakkan ponselnya kembali di samping kanannya. Charlow Fernandez, pria berusiaa 29 tahun yang akrab disapa Charl atau Charlow. Dia merupakan sekretaris pribadi Dyrga. Dan sudah bekerja dengannya selama hampir 8 tahun. Charlow merupakan orang kepercayaan Dyrga untuk mencari tahu segala yang dia butuhkan. Dan Dyrga juga tahu kalau Charlow bukan tipe pria pengkhianat. Itu sebabnya Dyrga masih mempercayainya hingga detik ini. Dyrga, dia menghela panjang nafasnya. Dengan pandangannya masih menatap lurus ke depan, dia menyugar rambut ikalnya ke belakang. Dia menggenggam stiur mobil berlogo mewah itu, mengeraskan rahangnya dengan netra tajam miliknya yang sulit diartikan hanya dengan pandangan mata saja. ‘Kenapa kau selalu menghantui pikiranku, Ayra.’ Bathin Dyrga seraya bertanya-tanya kepada dirinya sendiri. ..**.. Rasa penyesalan selalu menghantui pikiran Dyrga saat ini. Entah bagaimana jadinya jika saat itu dia benar-benar memanfaatkannya. Tanpa mempertanggung jawabkan perbuatannya. Tetapi sejujurnya, hal itu bukan lah keinginannya. Kejadian yang tidak disengaja itu membuatnya terpancing. Apalagi tubuh indahnya yang terus memancing libidonya untuk mencapai pada puncaknya. Sejak kejadian itu, dan kepulangannya ke kota New York. Dyrga tentu masih memikirkan hal itu. Bukan tidak memperdulikan wanita yang saat itu bersama dengannya. Tetapi dia hanya masih bingung, pantas kah dirinya merasa bersalah atas kesalahan yang tidak disengaja itu. Dyrga bimbang dengan perasaan bersalahnya sendiri. Di samping dia memang bernafsu dengan wanita itu, dia juga tidak ingin jika wanita itu pergi dari hadapannya. Mungkin jika hal itu terjadi, wanita itu akan menjadi sasaran empuk pria berhidung belang di luaran sana saat itu. Pesan Mommy nya, Anta yang selalu menghiasi pikirannya menambah perasaan bersalah itu. Bahkan hampir membuatnya frustasi dan tidak berkonsentrasi bekerja. Dulu, beberapa tahun yang lalu. Saat kejadian yang tidak diinginkan itu terjadi. Dyrga tidak pernah merasakan sampai semenderita ini. Bahkan tidak terlalu pusing untuk memikirkannya. Tetapi kejadian ini, sungguh menguras pikirannya. Bahkan emosinya sering dipermainkan oleh libidonya sendiri, kala kenikmatan sebulan yang lalu seakan masih terasa di tubuhnya. Wangi tubuhnya, wangi cairan itu, bentuh indah tubuhnya, bahkan sampai bentuk area yang basah itu sangat sulit untuk dia hilangkan dari ingatannya. Seakan menyatu dalam otak dan pikirannya. Karena tidak tahan dengan penderitaan dirinya selama hampir satu bulan sejak dia pulang dari Dubai. Akhirnya Dyrga memutuskan untuk mencari tahu siapa wanita yang bersama dengannya saat itu. Yang dia tahu, kalau gadis itu merupakan salah satu mahasiswa magister di Universitas Dubai.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD