10

1052 Words
Hari ini hayato sudah bangun pagi pagi buta, tak biasanya ia bangun sangat pagi seperti ini, hanya saja semalam ia tak bisa tidur tenang, karena ia masih ketakutan untuk berlatih hari ini, banyak sekali pikiran buruk yang bersarang di otaknya itu. Ia takut jika nanti saat berlatih ia akan terkena pedangnya, karena ia tak tau bagaimana teknik berpedang, jangankan teknik berpedang, memegang pedangnya saja ia tak pernah melihat senjata itu pun ia jarang sekali ia melihat benda tajam hanya pisau saja tak ada yang lain. Ia juga tak punya keahlian bela diri sedikit pun yang ia tahu hanyalah mencari makan untuk melanjutkan hidup, sebelum kejadian yang menimpa keluarganya, ia hanyalah tau makan dan bermain ia tak tahu tentang beladiri, ayahnya dan kakanya itu tak pernah mengajarkannya bela diri. Saat sathoru sedang berkecamuk dengan pikirannya itu sathoru mengarahkan pedangnya itu ke hadapan wajah hayato, hayato sangat kaget dan takut, ia melihat ke arah sathoru, apakah sathoru akan membunuhnya di tengah hutan ini supaya tak ada yang mengetahuinya, ia tak tau harus bagaiman ia hanya menampakan wajah ketakutanannya itu, muka pucat dan keringat dingin mengalih dari dahi dan tangannya itu, ia sangat takut. Sathoru tertawa melihat wajah pucat dan pasi hayato, padahal ia hanya sedang melahit sathoru ketika nanti ia akan menemukan keadaan seperti ini apa yang akan dilakukan anak ini, tetapi reaksinya begitu mengejutkan sathoru ia tak menyangka hayato setakut ini, sathoru terus tertawa ia sangat senang, ia tak pernah tertawa dengan orang lain seperti ini, ia hanya akan tertawa ketika ia sedang sendiri. “ kenapa kau tertawa seperti itu, apakah ada yang lucu “ hayato sangat kesal mengapa sathoru malah tertawa sedangkan ia sedang dalam ketakutannya itu “ aku hanya sedang mengetes bagaimana reaksimu ketika pedang ada di depan wajahmu, appakah kau akan menangkisnya atau hanya diam saja atau akan seperti ini juga reaksimu suatu saat nanti, aku sungguh tak menyangka kau akan ketakutan seoerti ini “ satro menjelaskan mengapa ia melakukan hal itu. Hayato hanya terdiam saja sekarang ia tak setakut tadi jantungnya juga sekarang sudah mulai kembali normal, “ ya sudah jangan kau ingat ingat lagi mending kau makan yang banyak untuk mempersiapkan dirimu” selah satahoru mengatakan itu ia langsung pergi kedapur untuk memgambil makanan yang sudah ia masak tadi, sathoru sebenarnya sudah bangun dari tadi tetapi ia pergi keluar untuk mencari dedaunan yang dapat dimasak. Setalah menemukan ia langsung kembali lagi ke gubuk itu, ia berjalan menuju dapur, saat ia akan ke dapur , sathoru melihat pintu kamar hayato terbuka lumayan lebar, ia melihat akan melihat apa yang sedang anak itu lakukan, saat sathoru melihatnya, hayato hanya sedang duduk dan pandangannya jendela yang ada di kaamar itu, sathoru berpikir bahwa hayato sedang melamun, ia kembali menuju dapurnya itu, ia akan memasak untuk makan hari ini, di dapurnya itu sudah ada alat alat masak peninggalannya dan gurunya itu. Sathoru pun memasak tak selang lama masakannya pun sudah jadi, ia akan memanggil hayato untum menuju ruang depan, ia melihhat hayato masih dalam keadaan sama seperti tadi “ apa yang sedang ia pikirkan “ sathoru bergumam, sathoru masuk tapi kehadirannya itu tak diketahui oleh hayato, makanya sathoru mengarahkan pedangnya itu ke arah hayato. Mereka pun makan, setelah makan mereka keluar dari gubuk ini, sekarang mereka akan pergi ke tempat sathoru berlatih pedangn dahulu. Setelah menempuh jalan yang tak jauh itu, mereka sampai di tempat yang mereka tuju. Hayato melihat disana ada beberapa tumpukan kayu, ia tak tau untuk apa tumpukan kayu itu, disana juga ada tempat untuk meletakan obor, sathoru mengeluarkan pedang dari sarungnya itu ia arahkan pedangnya ketanah, hayato yang melihat itu hanya bingung apa yang sedang sathoru lakukan “ kau sudah pernah memegang pedang ? “ hayato hanya menggeleng “ ya sudah pegang pedang ini “ sathoru memberikan pedangnya kepada hayato . Hayato memegang pedang itu, hampir saja hayato terkena hunusan pedang pada kakinya itu, tapi untungnya hayato segera menghindar ia kaget karena pedang ternyata berat, tak seperti bayangannya. Dari kejauhan hayato melihat sathoru sedang kembali dengan membawa kotak persegi panjang, hayato penasaran apa yang dibawa oleh sathoru itu, ia menghampiri sathoru yang sedang membuka isi kotak panjang itu, hayato melihat ada sebuah pedang yang tadi di balut kain merah. Hayaato bingung untuk apa sathoru memakai atau membawa dua pedang sekaligus “ untuk apa kau membawa dua pedang sekaligus “ “ pedang ini untuk kau bodoh “ hayato hanya melihat ke arah sathoru, sungguh ia akan mempunyai pedang pasti sanagt menyenangkan jika ia menemui berandalan yang ingin menghajarnya, ia akan menghajarnya terlebih dahulu. “ aku akan memberikan pedang ini kepada kau setal kau benar benar bisa menggunakan pedang ini, jika kau belum bisa aku akan simpan sendiri “ “ tapi akau tak melihat kau membawa pedang ini tadi “ hayato dibuat bingung lagi pasalnya ia tak melihat sathoru membawanya tadi ketika mereka akan menuju tempat ini “ memang aku tak membawanya, aku simpan pedang ini di sini “ sathoru menjelaskannya dengan cuek “ lalu kau tak takut jika pedangnya ada yang mencuri “ “ tak mungkin ada yang mencurinya, tak ada orang yang datang ke sini selain kita, meskipun ada hanya aku dan guruku yang tau pedang ini “ sathoru kembali menjelaskan kepada hayato. Mereka sekarang akan memulai berlahitnya setelah mengambil pedang. Mereka berdiri bersampingan dengan pedang yaang ada di tangan masing masing dan juga kayu yang di pahat menyerupai manusia itu yang berada di hadapan mereka. “ aku akan mengajarkan cara memegangnya terlebih dahulu, setelah itu aku akan mengejarkan tekniknya sedikit sedikit “. Sathoru memberi penjelasan cara memegang pedang, dan hayato langsung mengerti. “ jika kau ingin bisa memainkan pedang, kau harus tahu sasaran mana saja yang harus kau kenai “ hayato hanya mengangguk mengerti “ kita mulai dari atas dahulu, yaitu dari ujung dagu sampai ujung dahi, sepertini misalnya” sathoru mencontohkan gerakannya kepada manusia kayu itu dan hayato melihat dengan seksama ia melihat setiap gerak gerik yang sathoru lakukan “ coba kau lakukan seperti ku tadi “ hayato juga mempraktikkannya “ cukup bagus, kau mudah mengerti hanya saja kekuatan yang kurang, kau harus menambah kekuatanmu lagi”. Mereka berlahit hingga sore hari tiba. Sekarang mereka sudah selesai berlatih, mereka besok akan kembali lagi ke tempat ini, mereka sekarang harus pulang menuju gubuknya. Semenjak tak lagi bisa menginap karena begitu banyak masalah, akhirnya mereka memilih satu persatu gubuk yang ada di jalanan, yang mereka temui.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD