When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Erisa masih berdiri di ambang pintu dengan tatapan sendunya. Gadis itu menipiskan bibir lalu berbalik pergi dengan menyempatkan menutup pintu rapat. Kelopak matanya bergerak tidak tenang dengan berusaha merutuki perasaannya yang terlalu berlebihan merespon apa yang tadi ia lihat. Ia dan Syahir hanyalah teman. Tidak ada hubungan lain selain itu. Tapi, kenapa Erisa merasa sakit hati begini saat melihat cowok itu memeluk perempuan lain. Seharusnya Erisa tahu. Kalau ia tidak punya hak untuk cemburu atau pun merasa sakit hati dengan kedekatan dua orang tadi. Karena sekali lagi, dia hanyalah salah satu teman dekat Syahir. Erisa terperanjat kecil saat hampir menubruk Syahid yang kini berdiri di hadapannya. Gadis itu refleks menarik diri agak menjauh dengan berdehem samar sembari mengalihkan pa