When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Syahir menggerakan kakinya dengan cemas sembari sesekali melongokan kepala melihat ke arah jalan raya yang sudah sepi kendaraan. Matahari pun sudah terbit tinggi membuat ia makin tidak bisa duduk tenang pada kursi kayu di bengkel itu. "Bang, masih lama ya?" tanyanya sudah berdiri dengan melirik motornya yang sedang diurus tukang bengkel. "Lama, dek. Bannya harus diganti nih gak cukup kalau ditambal doang ... ini robek sampai ke dalam." Jelas tukang bengkel lagi membuat Syahir menghela kasar. "Lagian bannya nginjak apa sampai bisa robek begini?" "Yasudah bang, saya pergi sekolah dulu ... ini sudah terlambat. Nanti saya kesini lagi setelah pulangs sekolah." Tutur Syahir tidak menanggapi pertanyaan tukang tambal ban itu. Ia pun berlari keluar dengan sesekali melirik jam tangannya yang suda