When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Azzam berdehem samar dengan menatap ketiga anaknya kini yang masih kompak mengatupkan bibirnya rapat. Sedari tadi hanya diam, entah karena masih canggung atau memang belum berani buat buka suara. "Jadi rumah yang lama ayah jual, biar kita bisa pindah ke sini. Lagipula dekat juga kan sama mama Azura, biar kalau bosan di rumah bisa main-main ke sana. "Gakpapa, kan?" Syaqila mengangguk saja dengan tersenyum samar. Begitu pun dengan Syahir yang menurut saja. Sedangkan, Syahid hanya diam dengan menaikan alis sebagai balasan. "Ayah harap semoga kalian bisa beradaptasi dengan baik di lingkungan baru ini. Semoga kejadian-kejadian lalu tidak membuat kalian berkecil hati dan menyerah akan hidup. Ayah harap ... kalian mau membuka lembaran baru bersama, kita saling menguatkan dan mengandalkan satu