When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Malam itu gerimis. Langit juga mendung gelap dengan kilatan petir yang tidak bersuara. Pepohonan pun seakan menyiapkan diri untuk menyambut air hujan yang akan membasahi. Genteng-genteng kusam mulai bersih, karena tetesan demi tetesan air hujan membersihkannya. Di dalam gubuk tua itu. Seorang wanita dengan kedua kaki yang masih tidak bisa digerakan terlihat tidur telentang. Menatap langit-langit gubuk dengan tatapan sayunya. Rambutnya acak-acakan tidak terawat, wajahnya pun kusam dengan kerutan yang mulai nampak dan juga baju lusuhnya yang belum pernah diganti. Clara terbatuk kecil dengan tangan yang refleks memegang lehernya yang merasa tenggorokannya kering. Wanita tua itu beranjak duduk dengan bergumam memanggil seseorang untuk meminta tolong. Walau ia tahu suaranya tidak akan terden