When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Erisa mengerang kecil, merasa lehernya belakangnya terasa sakit dan sekujur tubuhnya kaku kini. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya pelan lalu mengedarkan pandangannya melihat sekelilingnya membuat ia sontak melebarkan matanya kaget. "Angga, Angga! Bangun!" Teriaknya dengan menendang kaki pemuda itu yang masih tergeletak di sampingnya. Erisa beranjak berdiri dengan mendecak samar merasa pusing. Ia pun teringat akan kejadian siang tadi, kalau Athan dan yang lainnya tega memukulnya agar Erisa tidak bisa menghentikan aksi gila mereka. "Er? Kita dimana?" Tutur Erlangga baru tersadar dan kini nengerjap-mengerjapkan matanya bingung. Pemuda itu melihat sekitarnya dan sontak melebarkan matanya kaget. "Lah, kita masih di sekolah? Kerajinan banget kita." Cerocosnya dengan mengaduh kecil merasa leher