When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Syahir mendesah panjang, mengetuk-ngetuk tongkatnya di samping pintu merasa penat menunggu Syahid sedari tadi yang katanya ingin datang menjemputnya. Sang kakak mengajaknya makan bersama dengan Syaqila juga. Ceritanya mereka mau menghabiskan waktu bertiga. Karena sudah lama tidak bertatap muka. Syahir beranjak berdiri dengan meraba ponselnya di atas kasur lalu menekan layar hapenya di sana dan menelepon Syahid. Karena sudah terbiasa dengan hape buriknya itu, Syahir sampai menghafal letak keyboardnya. "Ini dia gak kenapa-napa di jalan kan?" Gumamnya cemas lalu kembali menelepon seseorang, ketukan pintu dari luar rumahnya buat pemuda itu mematikan telepon. Lalu berbalik meraba ganggang pintu dan membukanya lebar. "Hai sayaaaannnnggg!" Syahir mendelik jijik mendengar suara cempreng Arjun