Daffa mengusap pipi anaknya sebelum akhirnya ia ikut bergabung bersama dengan istrinya di ranjang. Reya melipat majalahnya, lalu melepas kuncirannya dan menaruhnya di atas nakas. Perempuan itu tersenyum manis menyambut Daffa yang tengah menaiki ranjang mereka.
Daffa meneliti pakaian Reya malam ini. Ia mengigit bibir bawahnya sambil menatap Reya. "Goda aku, ya?" Tangannya menarik Reya ke dalam dekapan hangatnya, sedangkan bibirnya sibuk mengecupi pipi serta leher jenjang wanita itu.
"Ih nggak! So tau ih ayah!"
Daffa tertawa. Tangannya menyusup di balik lingerie berwarna krem yang dipakai istrinya. "Ayo ngaku deh, goda aku, kan?" Daffa mengigit ujung hidung Reya sambil tangannya mengusap-usap perut Reya.
"Nggaaak!"
"Hhhmm ngibul aja si cantik!"
Daffa menaikan jemarinya ke atas, sedikit meremas p******a Reya sambil menatap mata istrinya. Reya tersenyum, ia mengalungkan tangannya di leher Daffa, membiarkan Daffa bermain-main di dadanya.
"Ayah jangan di pencet dong nanti susunya netess,"
Daffa menurut. Tapi tangannya tetap bermain-main di d**a Reya. "Tadi gara nyusu nya kuat banget deh, sakit punyaku," keluh Reya.
Daffa menatap manik mata istrinya. Memang anak bungsunya sangat berbeda dibanding ketiga kakaknya. Daffa juga sudah diberi tau bila anak laki-laki memang kuat dalam urusan menyusu. Daffa menyingkap lingerie istrinya, menatap p****g berwarna merah muda itu dengan pandangan tajam.
"Sakit ya?"
Reya mengangguk. "Sakit ayah," lirihnya. Daffa mengusap ujungnya perlahan, bermaksud untuk mengurangi rasa perih yang dirasa istrinya.
"Ayah jangan gitu ah, kasian kamunya nanti. Aku masih nifas soalnya," Reya mengusap wajah suaminya. Daffa memejamkan mata.
"Aku kangen," lirih Daffa
"Aku juga kangen,"
Daffa menenggelamkan wajahnya pada perut Reya. "Nifas selesai masih lama yaa?"
"Iya sayang masih lama, baru juga seminggu,"
Daffa tertekuk lemas. Ia menatap kembali dua gundukan besar di depannya. "Boleh sekali ngga Bun? Masa pegang aja bolehnya," Daffa memelas. Reya menggeleng, ia juga merasa kasihan kepada Daffa.
"Ngga boleh ayah. Nanti ketelen airnya."
"Pelan-pelan Bun, boleh ngga?"
"Ngga boleh ayah, puasa dulu, ya?"
Daffa menggeleng. "Ngga kuat," kening Daffa mengerut. Reya mengusapnya. Pahanya merasakan ada sesuatu yang bangun dibawah sana.
Reya menatap dalam-dalam mata suaminya. "Bangun yuk, ikut aku ke kamar mandi!"
Setelah itu, Daffa hanya pasrah mengikuti Reya hingga ke kamar mandi. Reya berniat akan melakukan sesuatu dengan Daffa di dalam sana. Kita tidak boleh mengetahuinya. Biarkan saja Reya menjalankan tugasnya sebagai seorang istri untuk Aa.