Hari ini Reya dan Daffa akan pergi ke agensi tempat para asisten rumah tangga yang sedang berada di asrama untuk mengikuti serangakaian test ataupun hal yang lainnya. Agensi yang sebelumnya pernah Daffa dan Reya kunjungi untuk mengambil mbak Tiwi agar bekerja dirumahnya ternyata sangat lah mumpuni. Selain mbak Tiwi baik hati, gadis itu juga sopan santun kepada Daffa dan juga Reya. Reya juga menyukai mbak Tiwi sebagai asisten rumah tangga nya. Hal yang membuat Reya menyukai mbak Tiwi adalah ; mbak Tiwi tidak ganjen dengan Daffa.
Daffa menyalakan musik di tape mobilnya. Lagu Nothing's Gonna Changes My Love milik George Benson menemani perjalanan mereka pagi ini. Daffa bernyanyi sambil sesekali menatap Reya sambil tersenyum. Tangannya menggenggam tangan Reya dengan erat. Seakan-akan tidak ingin melepasnya.
"Kamu tau ngga?"
Reya menoleh, menatap suaminya sambil tersenyum. "Nggak. Emang tau apa?"
"Aku sayang kamu,"
Reya memukul lengan Daffa pelan. Membuat Daffa tertawa. "Duh ganas banget sih istri aku!"
"Ya lagian kamu! Aku kira ada hal apa gitu, taunya bilang gitu aja,"
"Kamu ngga seneng?"
"Senenglah!"
"Aku kirain nggak,"
Daffa membawa tangan reya ke bibirnya. Ia mengecup punggung tangan Reya lalu menahan tangannya di bawah tangan Reya. Membuat Reya mengambil ponselnya lalu memotret Daffa dan menguploadnya di instastory.
Selama beberapa menit, hanya ada suara dari musik yang ada di dalam mobil Daffa dan juga suara kecupan serta ungkapan kata I love you yang selalu diucap Daffa kepada Reya. Benar-benar seperti anak remaja ayah empat anak ini!
Mobilnya berhenti di depan sebuah pagar minimalis berwarna hitam tinggi dengan lambang bunga di pojok kanan dekat bel, dan juga sebuah tulisan kecil bernama agency madam sri. Lucu memang, tapi madam sri sangatlah baik. Pertama kali Daffa tau mengenai madam sri adalah saat ia beberapa kali mengunjungi caffe milik madam sri yang juga ada di daerah Kemang, tepatnya di dekat apartmennya yang dulu ia tinggali bersama dengan istrinya.
Daffa dan Reya turun dari mobil. Mereka melangkah masuk ke dalam rumah sambil bergandengan tangan. Madam sri sudah menyambutnya di depan teras, karna semalam Daffa sempat memberitahukan kepada madam Sri jika hari ini ia dan Reya, istrinya, akan datang ke agensinya untuk merekrut asisten rumah tangga lagi.
"Morning Daffa Reya!" Sapa madam Sri. Daffa memberikan seulas senyum, begitu juga dengan Reya.
Madam Sri mengajak mereka untuk masuk ke dalam. Ketika di dalam, sudah ada banyak beberapa pelayan yang menyambut mereka lengkap dengan setelan baju putih dan juga terusan semacam blazer berwarna hitam ditambah topi dengan aksen hitam putih seperti para pelayan di banyak mansion-mansion di negara ini. Pelayan-pelayan tersebut membawa beberapa baki dari dalam dapur untuk di persilahkan kepada Daffa dan juga Reya. Reya dan Daffa duduk di atas sofa, bibirnya terangkat ke atas untuk membentuk sebuah senyuman kepada para pelayan yang baru saja mengantarkan baki berisi banyak minuman di depannya.
"Jadi kalian ingin merekrut orang kembali dari sini?"
"Iya madam. Ada kan?"
Madam Sri tersenyum. "Jelas ada. Disini ada berbagai macam orang. Ada yang muda, ada yang tua, tapi saran saya jangan memakai yang tua karna kinerja mereka pasti berbeda dengan yang muda."
"Kalau urusan itu saya serahkan ke istri saya, madam. Yang penting dia nyaman meskipun yang ia pilih itu orang tua ,"
Madam Sri mengangguk-angguk. Matanya menatap Reya yang sedang berusaha untuk memilih satu dari berbagai orang yang sedang berjejer di depannya. Sejujurnya Reya bingung. Dari perempuan-perempuan yang berjejer di depannya, belum ada sama sekali yang membuat hati Reya klik sehingga perempuan itu terlihat masih menimbang-nimbang nya.
Di ujung pojok kanan, terdapat gadis dengan rambut coklat dan tubuh yang kurus sekali. Di sebelahnya ada sosok ibu-ibu, jika di teliti wajahnya terlihat sepantaran dengan Mama Nur. Lalu disebelah ibu-ibu tadi ada gadis berwajah Korea dengan rambut panjang yang di kuncir kuda. Wajahnya polos. Reya tersenyum. Ia memandang Daffa.
"By kita ambil yang Korea itu, ya?"
Daffa mengalihkan tatapannya dari Reya, ia menatap pilihan istrinya. "Kamu yakin?" Daffa menatap istrinya lagi. Reya mengangguk sambil tersenyum senang. "Iya aku yakin!"
Daffa menarik napas diam-diam. Ia akhirnya merangkul Reya dan mengecup kening istrinya. "Oke kita ambil dia!"