Sore ini reya serta Daffa bersama keempat anaknya mengadakan piknik kecil-kecilan di belakang rumah. Mereka menggelar kain berukuran sedang diatas rumput dan juga keranjang berisi buah-buahan serta camilan.
Usia Keagan hari ini tepat memasuki bulan ke-7. Anak bungsu Daffa dan Reya itu sudah bisa berdiri dan berjalan satu atau dua langkah. Daffa berdiri di depan pohon, menunggu Keagan untuk sampai kepadanya diujung sana.
"Dedek ayo jalan sini ke ayah!" Teriak Daffa.
Reya memperhatikan keempat anaknya yang sedang bermain bersama ayah mereka. Qila dan Qira yang sudah fasih berbicara diusia nya yang ke 2 tahun pun ikut tertawa dan membimbing Keagan bersama-sama dengan Radinka si sulung.
"Dedek ayo sampelin ayaah!" Teriak Qira.
Keagan terlihat bingung. Ia terlihat meremas jarinya sendiri sambil memandang ayahnya yang membawa sebuah mainan. "Yah!" Serunya.
Daffa semakin tersenyum lebar. Ia menggoyangkan kembali mainan itu hingga Keagan tertawa dan berjalan satu langkah-satu langkah ke tempatnya berdiri.
Belum sampai di tempat Daffa, Keagan tersandung lalu terjatuh, membuat bayi laki-laki itu menangis kencang. Daffa buru-buru menghampiri anaknya, lantas menggendong Keagan dan memberinya ke Reya.
"Ssssttt anak ayah jagoan ngga boleh nangis!" Daffa menimang nya sebelum memberi Keagan ke Reya. Reya membuka kancing blousenya, lalu menyusui Keagan di atas kain yang sejak tadi di dudukinya.
Daffa ikut bergabung bersama istrinya. Sedangkan ketiga anaknya masih berada di ujung sana sembari bermain kejar-kejaran. Daffa mencium rambut Keagan, lalu menciumi pipinya.
"Jangan modus ayah!" Kata Reya.
Daffa tertawa. "Aku nggak modus. Kan cuma mau cium Garaa!"
"Kamu cium Garaa tapi kena dadaku!"
"Yaudah sih Bun ngga papa kan? Atau jangan-jangan kamu pengen?!" Reya refleks menarik telinga Daffa. "Jangan m***m! Ada anak nya juga!"
"Aaw iya bunda maaf," Daffa mengusap-usap telinganya yang ditarik Reya.
Daffa masih terus menganggu Keagan, membuat bayi laki-laki itu gemas dan menggigit p****g Reya dengan kencang. Membuat Reya menarik putingnya dari Keagan dan berteriak pelan. "Aaaw dedek sakit!"
Reya menunjukan putingnya kepada Keagan yang sudah memerah dan terdapat ceplakan gigi disana. "Ya ampun sakit bangettt! Dedek udah ada gigi ya?! Ya Allah main gigit aja sakit p****g aku," Reya memasukan payudaranya ke dalam bra dan baju. Ia mengancingi blousenya membuat Keagan memasang raut wajah sedih.
"Sama ayah aja ah kalo nakal gitu!" Reya pura-pura ngambek. Keagan menangis, ia sudah berada di pangkuan Daffa.
"Bunda jangan gitu dong, Keagan nangis jadinya."
"Biarin aja! Garaa nakal sih!" Reya pura-pura. Ia memasang tampang menakutkan membuat Keagan sesegukan dipelukan Daffa.
"Cupcup nak. Minta maaf sama Bunda ya, biar bunda ngga marah ya nak ya!"
Daffa mendudukkan Keagan. Lalu mengatupkan tangan Keagan ke dadanya sendiri. "Ayo bilang, maaf bunda!"
Walau sesegukan, Keagan tetap menuruti apa kata ayahnya. "Ap nda!"
Reya menahan tawa. Tapi ia tetap tidak mau menoleh kepada anak dan suaminya. Keagan seakan mengerti, ia mendongak menatap Daffa lalu menatap Reya lagi. Matanya berkaca-kaca. Bocah laki-laki itu menangis sambil menghampiri Reya lalu memeluknya.
"Ap nda!"
"Ap nda! Ap!"
Reya sudah tidak bisa menahan dirinya untuk tidak menyentuh Keagan kali ini. Karna perempuan itu langsung menarik Keagan dan memeluknya dengan penuh cinta.
"Anak bunda punya gigi!"
****