Bab 22

1225 Words
Rafa dan Salsa keluar dari salah satu butik gaun pengantin, mereka tidak menyangka, bahwa akhirnya akan seperti ini. Hubungan yang berawal dari pura-pura justru malah menghantarkan mereka hanyut menuju janji yang sakral, jika mengenang masa itu mereka merasa konyol, melakukan tantangan berpacaran selama 100 hari, awalnya Salsa yang jatuh cinta pada Rafa, menunggu Rafa membalas cintanya, hingga akhirnya Rafa terkagum-kagum dengan sosok wanita itu, menimbulkan cinta yang baru, dan memilih untuk segera menikah. "Aku nggak nyangka, udah satu tahun dan kita akan segera menikah...." Rafa tersenyum, melihat Salsa bahagia seperti itu. Meski di hatinya masih tersimpan nama Raina, tapi sekarang dia juga mencintai Salsa, perempuan yang mau bersabar menunggu cintanya. "Jadi ini bukan 100 hari lagi kan?" "Ihh, enggak lah. Ini udah 360 hari lebih, dan dalam hari itu, ada hari dimana kamu jatuh cinta sama aku, kan?" "Rajin banget ngitung harinya?" "Iyalah..." "Jadi, kamu ingat dong, di hari keberapa aku suka sama kamu?" "Mana aku tau, kamu kan nggak pernah mau bilang." Rafa hanya tersenyum, ia membawa Salsa kedalam rangkulannya, menciun rambut harumnya dengan sayang. "Sekarang aku antar kamu pulang," "Kok pulang? Katanya kamu mau nganterin aku kerumahnya Raina, aku udah kangen tau sama dede Ferrel. Pengen aku cium-ciun tuh pipinya." "Kode keras nih, tandanya kamu pengen punya bayi..." "Iyalah, kalau bisa kita punya bayi yang lebih lucu dari itu." "Tenang, ayahnya kan tapan, pasti bayinya bakal viral, nanti bakal jadi bayi paling tampan di Indonesia." Rafa bedecak lidah, membanggakan kalau dirinya benar-benar tampan, dan yakin jika keturunannya nanti akan mengikuti garis ketampanannya. "Pd banget yaa kalau ngomong," "Emang faktanya kan? Aku itu ganteng, tampan, gagah, berwibawa, semuanya udah ada di dalam diri aku, banyak yang naksir sama aku, tapi kamu yang beruntung, karna kamu yang aku nikahin." "Ya ya, seenaknya kamu aja deh." kata Salsa pada akhirnya, percuma saja ia membantah apa yang di katakan Rafa, karena pria itu punya seribu ucapan untuk mengatakan kalau dirinya memang tampan. *** "Aduh Arman, kamu ini kenapa sih, hobi banget bikin Ferrel nangis, kamu sengaja ya? Biar aku lama-lama di rumah kamu, terus akhirnya aku nginep disini?" rancau Raina kesal, sudah hampir satu jam dia berada di rumah Arman, bukan karena ia tidak mau berlama-lama, hanya saja dia harus segera pulang, mengingat tugas-tugas kuliahnya yang menumpuk hampir segudang. "Yaa nggak apa-apa kan? Kamu nginep aja disini, salah sendiri kamu nggak mau aku nikahin cepat-cepat. Ferrel aja bingung, mamah papagnya tinggal terpisah kayak gini." "Emang Ferrel ngerti gitu? Ngaco kamu." "Ya ngerti lah, dia kan bayi pinter, iya kan Rel." dengan jail lagi-lagi Arman mengambil mainan yang ada di tangan Ferrel, membuat anak itu jengkel dan kembali menangis, padahal baru saja Raina bisa membujuknya dengan mainan itu agar bisa diam, tapi nyatanya Arman seenak jidat membuat anak kesayangannya itu menangis. "Armaaannnnn!!!!" sentak Raina, dengan gerakan cepat Raina mencubit pinggang Arman, tapi dengan gerakan cepat pula Arman menghindar hingga bisa selamat dari cubitan keras Raina yang melebihi cubitan keras ibu tiri paling kejam. "Kalau kayak gini, Mending Ferrel aku bawa pulang." "Eh jangan dong, ini kan jadwal Ferrel di rumah aku. Udah satu bulan loh dia sama kamu terus, nggak bisa," "Ya makanya, aku mau pulang, kamu mau skripsi aku nggak selesai terus aku ngulang lagi tahun depan? Terus kita nggak jadi nikah tahun depan karna aku ngulang lagi, kamu mau?" "Eh kalau ngomong suka ngasal, inget yaa udah satu tahun aku nungguin kamu, masa nunggu lagi, kurang sabar apalagi sih aku," "Makanya, biarin sekarang aku pulang. Dan jangan bikin dia nangis terus." Arman hanya memorotkan bibirnya, ancaman perempuan itu benar-benar sangat mengerikan, Arman tidak bisa membayangkan jika pernikahan mereka harus ditunda lagi hingga tahun depan, padahal tinggal satu langkah lagi, dalam hitungan bulan mereka akan resmi menjadi sepasang suami istri, lucu memang, belum menikah sudah memiliki seorang jagoan. Arman sangat berterimakasih pada Kanaya, berkat sahabatnya itu, sekarang ia bisa menjadi seorang ayah, dan ia sangat menyayangi anak itu, meski bukan darah dagingnya sendiri. Mendadak Arman diselubungi rasa takut, takut kehilangan anaknya itu, tidak menutup kemungkinan jika Aldi akan muncul secara tiba-tiba dan meminta Ferrel dari sisinya, Ia benar-benar tidak bisa mendefenisikan lagi bagaimana hidupnya selanjutnya tanpa Ferrel. "Yaudah, aku anterin kamu pulang. Sekarang aku nggak ganggu kamu lagi buat tidurin Ferrel." Tante Irene yang baru pulang dari rumah sakit melihat pemandangan itu seperti melihat dirinya di masa muda dulu, membawanya pada fragmen-fragmen kebahagiaan itu, saat dirinya dikaruia seorang jagoan kecil, mengurusnya bersama suami yang begitu pengertian, ketika ia sibuk dinas di rumah sakit, mengabdikan tenaganya untuk banyak orang, ia tidak pernah pusing, karena di rumah, suaminya menjaga anak mereka dengan baik, rasanya Tante Irene ingin kembali kemasa itu. "Loh mamah udah pulang?" "Udah," Tante Irene tersenyum, ia melangkahkan kakinya mendekati Raina dan Arman. "Kalian itu udah kayak punya anak sendiri loh, mamah jadi ingat pas kamu kecil dulu, Man. Hobinya nangis terus, tapi kalau udah di gendong sama papah kamu, kamu pasti langsung diem." "Arman cengeng ya, Tante. Nggak berubah, sampe sekarang masih gampang nangis." Tante Irene tertawa, apa yang dikatakan Raina memang benar. Anak laki-lakinya itu akan gampang sekali menangis jika telah melakukan kesalahan yang fatal, penyesalannya akan membuatnya lemah, sulit bangkit bahkan membuatnya malas untuk melakukan aktifitas lain, "Apalagi waktu pas kamu nolak dia, dia pulang nangis-nangis. Kamu harus tau itu Raina, Arman itu sayang banget sama kamu." Raina tersenyum tipis, mendengar penjelasan dari Tante Irene, Raina merasa beruntung. "Mamah apaan sih pake cerita-cerita, kan itu dulu." "Jadi sekarang, kalau aku tinggalin kamu, kamu nggak masalah?" "Kalau itu, kamu benar-benar kejam. Kamu bikin Ferrel nggak punya ibu lagi." "Aku bawa aja, Ferrel." "Sudah-sudah, kalian ini kayak anak kecil." "Papah mana, Mah?" "Paling bentar lagi pulang, yaudah, mamah bersih-bersih dulu, kamu jangan pulang dulu ya Rain. Ada yang mau mamah bicarain sama kamu." "Iya, Tante." Tante Irene melangkah pergi, meninggalkan Arman dan Raina yang sibuk dengan Ferrel, jika sudah memiliki bayi nanti, mungkin mereka tidak akan kerepotan, mengingat mereka yang sudah telaten merawat seorang bayi. Baik Arman atau pun Raina berharap, dalam satu tahun ini tidak pernah singgah orang ketiga, semoga selamanya akan tetap begitu, hubungan mereka akan selamanya seperti itu, meski dibumbui pertengkaran kecil karena Raina yang sering marah, tapi Arman tidak perduli, kesempatan kedua yang telah Raina berikan tidak sebanding dengan kesalahannya dulu, dan ia tidak akan pernah ia sia-siakan, berjanji akan membahagiakan perempuan itu semampunya. "Ma---mamamahhmmm..." Ferrel bergumam kecil, seperti bisa memanggil Raina, dan itu untuk pertama kalinya, dengan antusias Raina memangku Ferrel memintanya kembali memanggilnya, "Arman, kamu dengar kan? Tadi dia panggil aku mamah.." "Nggak, bohong. Aku dengar dia panggil Papah, bukan Mamah." bantah Arman tak tertahankan, "kamu tadi panggil papah kan ya, buka mamah, tuh mamah kamu kege'eran." Bibir Raina bergerak-gerak tidak jelas matanya berputar ke atas seolah-olah sedang mengejek ucapan Arman, "Kamu itu budeg, orang dia panggil, Mamah kok. Iya kan Ferrel?" kata Raina yang tak mau kalah, karena ia yakin indra pendengarannya masih berfungsi dengan baik, Ferrel hanya duduk bingung menatap orangtuanya yang berdebat tidak jelas, tatapan wajah polosnya mengundang gemas keduanya, membuat Raina maupun Arman ingin sekali mencubit pipi gembulnya, kehadiran Ferrel di tengah-tengah keduanya benar-benar menambah kebahagiaan, mereka sangat-sangat menyayangi Ferrel, meski nanti mereka memiliki anak sendiri, itu tidak akan pernah mengurangi kasih sayang mereka untuk Ferrel, mereka berjanji. **** Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD