Bab 3

1578 Words
*** Berbeda dengan hari kemarin, hari ini langit tampak lebih terang, lorongan atas sana dipenuhi sisik-sisik awan seputih kapas meskipun tak terlalu kentara. Sinar matahari pagi sukses menerobos dengan pekat ke setiap ventilasi rumah. Raina menghela napas pendek, mengusap kedua telapak tangannya berharap mendapatkan kehangatan disana lalu diusapkannya ke wajah. Setelah itu Raina menyeberang dengan hati-hati. Sesekali Raina meremas ujung rok putih abu-abu yang ia kenakan saat angin tanpa sengaja menyengat kulit lehernya yang t*******g. Ketika sudah berada di depan pintu gerbang sekolah, Raina sedikit menjenjangkan lehernya untuk melihat lebih jauh ke dalam sekolah masih sepi padahal Raina yakin sebentar lagi akan terdengar bel masuk, jadi ia putuskan untuk tidak langsung masuk, menunggu teman-temannya dan mungkin atau calon suami masa depannya juga sudah berada didalam kelas. Ya, kebiasaan setiap harinya tidak akan pernah dia lupakan. Raina baru akan memutar badannya untuk menghadap ke jalan saat tiba-tiba saja sosok seorang gadis menarik perhatiannya. Wajah gadis itu yang berkerut seolah menyolot kepadanya, Raina menghela nafas pendek sepagi ini ia harus rela mengeluarkan suara merdunya hanya untuk beragrumen dengan gadis sok cantik, neng begal ! . begitulah kira-kira sebutan yang pas untuk nya. "Ehh! Gua ingatin yaa sama lo! Jangan lo harap bisa deket-delet sama pacar gua!" Kening Raina mengerut, ingin sekali rasanya Raina tertawa tapi gagal. "Suami gua maksud lo?" Salsa mengangguk mantap. telunjuknya kini terangkat menyentuh bahu Raina dan mendorongnya pelan, membuat iris mata cokelat milik Raina menatap bengis pada gadis songong dihadapannya, ingin sekali rasanya Raina menampar gadis itu dengan batu bata. "Neng begal! k*****t lo!" teriak Raina lengking, ia menggeram kesal suaranya naik menjadi 5 oktaf, tak terima pelecehan yang dilakukan oleh perempuan yang tak cantik darinya. "Ya gua tau kok! Lo nggak laku-laku, makanya lo berusaha rebut cowok gua kan? Yaa gua tau sih cowok gua itu lagi sakit mata gara-gara putus dari gua, jadi yaa gua maklumin itu kalau sampai dia lirik lo," kata Salsa enteng, tak memperdulikan perubahan raut wajah pada Raina yang jelas ia hanya ingin meluapkan emosinya. "Dan satu lagi, lo jangan ngimpi mana mungkin cowok seganteng Arman mau sama cewek sinting kaya lo, udah sinting, manja, aneh, nggak punya temen cewek lagi." Raina yang sudah mendapatkan penghinaan beruntun dari mulut busuk Salsa merasakan sakit yang teramat di ulu hatinya, rasanya sangat perih bagaikan ditusuk jarum. Gua lagi patah hati? "Mulut lo bau pete!" Raina menjepit ujung hidungnya dengan telunjuk dan jempolnya, berhasil membuat Salsa mengaga memegang mulutnya, apa ia masih bau pete? Padahal dia sudah gosok gigi tiga puluh tiga kali setelah makan pete kesukaannya. "k*****t lo, ngaco! Mulu lo tuh yang bau tong s****h" Salsa menyela, sebisa mungkin ia bersikap apa yang dikatakan Raina bohong. "Iya! Gua tong nya lo sampahnya!" Raina menghentakkan kakinya meninggalkan Salsa yang masih memating di tempatnya, saking kesalnya Raina melonpat-lompat seolah dengan begitu ia bisa menetralkan rasa kesalnya pada gadis begal seperti Salsa. Memangnya Raina tidak bisa lebih gila lagi? * Raina memegang keningnya yang serasa memanas, pelaharan matematika telah berhsail membuat kepalanya terasa pening, anak IPA nemang beginikah? Selalu sarapan dengan rumus-rumus baru yang selalu hadir setiap kali berganti soal, begitupun murid lain. Mereka siap protes setelah mengerti dengan soal satu dengan satu rumus muncul lagi soal baru dengan rumus baru pula itu yang membuat mereka pusing, sangat pusing jika harus merelakan otaknya terkuras oleh hal seperti ini , Raina sendiri bukannya tidak mengerti tetapi pusing mengamati satu rumus, kepala terus berfikit dengan satu buah rumus mungkin dia terlalu pintar atau memang ini konyol? "Buk saya mau tanya nih. " "Yaa Rain? Mau nanya apa?" "Saya tau tentang rumus pitagoras. Jadi saya juga pernah liat dibuku. Tapi kenapa saya benar-benar tidak bisa membuktikannya. Bagaimana caranya saya membuktikan antara logaritma 'X=mm-nn. Y=2mn dan Z=mm+nn?' cara buktiinnya gimana buk? Dari dulu saya ngga paham-paham sama rumus itu, kalau saya pikirin saya suka bingung." Mulut Bu Clara sedikit terbuka bingung bagaimana cara menjelaskan pertanyaan konyol dari muridnya barusan. Sementara siswa lain sibuk berbisik-bisik membicarakan Raina. Bu Clara sendiri sempat bingung, bagaimana caranya Bu Linda bisa tahan dengan murid seperti Raina? Dia sendiri yang menjadi guru pengganti sudah dibuat pusing. Tuk!,, Raina bisa merasaka kepananya berdenyut panas, saat merasakan seseorang menukul kepalanya dari belakang. "Dasar dodol! Stres lo Rain! Yang begituan lo tanyain. Udah kek jalani aja lu pake nanya-nanya." protes Kevin yang merasa jika pertanyaan yang diberikan sahabatnya itu dangat konyol, "Kalau lo mau tau, tanya sama ahlinya sama si empu yang punya itu rumus!" timpal Rafa yang juga menatap miris pada raina, tatapan yang terkesan sangat dibuat-buat "Apa si Raf, lo diam aja deh." Tangan kanan Raina bergerak pelan memenang kepala yang mendapat jitakan ganas dari tangan Kevin, membuat Raina ingin membalasnya dengan memukul linggis dikepala gondrong Kevin. Tanpa Raina tahu seseorang yang sedari tadi memperhatikannya mulai terkagum, seseorang yang ingin melepaskan senyumannya saat setiap kali melihat tingkah gadis lucu itu. *** Berjalan dalam hening dengan tangan saling bertautan. Tak ada orang, Tak ada yang berbicara, tak ada topik yang muncul di kepala mereka, hening-sepi, hanya desiran angin yang bisa mereka rasakan, meniup-niup pelan ke arah mereka seakan sedang menggoda kedua. Baik Arman maupun Raina hanya memandang lurus ke depan, sedikit terbesit di kepala mereka tentang kenyataan saat ini dan beberapa minggu yang lalu saat laki-laki itu bersama gadis lain. Seperti melihat dua sisi magnet yang berbeda namun sekarang seperti berusaha menyatukan diri. Beberapa langkah lagi koridor akan usai, kepala Raina perlahan menunduk memandang tangannya dan tangan Arman yang saling bersentuhan itu. Hati Raina terenyuh, seperti ada yang dengan sengaja menggelitik membuat ujung bibir Raina terangkat dan menghasilkan sebuah senyuman. Detik berikutnya Raina merasakan Arman mempererat genggamannya, lantas Raina menolehkan wajahnya ke arah lelaki itu, yang ternyata sedang memandangnya sambil tersenyum menawan. Mata itu indah, seperti biasanya. Dan senyum itu amat menawan. Raina rasa kalau dia sedang badmood, mungkin dengan mengingat bagaimana Arman tersenyum detik ini, bisa memusnahkan kejelekan moodnya itu. Sejenis moodbooster gitu haha. Sebenarnya Raina ingin melonjak-lonjak kegirangan masih tak percaya saat ini Arman menggenggamnya masih tak mengerti apa yang akan terjadi nanti di kantin? Raina ingin berteriak, tapi gagal. Ingin memeluk Arman, tapi gagal juga. Raina hanya bisa tenang dan mengikuti proses perjalanannya menuju kantin tercinta, sementara otaknya terus berputar membayangkan moment beberapa menit yang lalu bagaimana lelaki itu mengajaknya ke kantin untuk makan bareng. "Kenapa?" Arman menekankan suaranya mencondongkan kepalanya sedikit mendekat kewajah Raina, tindakan yang mampu membuat jantung Raina ingin melompat keluar. "A.. Aaaku aku..." s**l, Raina sangat malu terlihat gugup seperti itu, bisakah Jantungnya berdrtak normal saat ini juga? "Tangan kamu dingin? Kamu sakit?" Raina mengigit bibir bawahnya berusaha menghilanglan kegugupannya didepan Arman, takut-takut lelaki itu bertingkah lebih menggodanya, separah itukah Reaksi Raina? "Iyaa hati ekey sakit, niihh sini sakiittt." Rain menghentika langkahnya ia hafal suara itu suara kedua sahabat yang sesalalu setia mengomporinya, iris mata cokelat Raina kini mengarah menatap kedua lelaki yang sibuk bising disampingnya seperti gaya lelaki lekong gitu. "Ehhh kalian apaan sih datang datang ganggu, rusak mood gua tau gak!" "Udah ngga usah marah-marah, mending kita kantin bareng." Ajak Arman sedikit memberikan senyum manis kearah kevin dan Rafa meski terlihat kaku mengingat dulu mereka musuh bebuyutan, bukan, bukan Arman yang memulai tapu kevin dan Rafa yang selalu memulai masalah yang kecil dan dibesar-besarkan. "Lo ngajak gua?" telunjuk Rafa mengarah pada dadanya. Terlalu shock dengan ajakan laki-laki sok ganteng dihadapannya, begitu menurutnya. "Ia, gua ngajakin kalian. Mau nggak." "Lo lagi ngga sakit kan?" tanpa aba-aba Rafa langsung meletakkan punggung tangannya dikening Arman membuat arman menepis tangan Rafa yang menempel dijidatnya. "Oh god! Lo khawatir sama si curut ini Ra?" wajah Kevin sangat shock, ia menangkup dadanya saking tak percayanya, memangnya lelaki itu tidak bisa lebih lebay lagi? * Suasananya menjadi sangat aneh. Tidak seperti beberapa hari yang lalu. Rasanya berbeda, ada yang mengganjil, padahal semuanya akan menjadi lebih baik-baik saja. Lalu apa yang salah? Apa yang aneh? Apa yang berbeda? Dimana hal yang mengganjil itu? Dan tentu semuanya menjadi baik-baik saja. -__- Raina mengetuk-ngetukkan jarinya ke kening secara berkali-kali, hal itu dia lakukan selama hampir lima menit. Ada yang tak beres dengan isi kepalanya. Iris mata coklatnya bergerak ke kanan lalu jatuh ke kiri, ke kanan lagi dan jatuh ke kiri, sebelah tangannya yang bebas dia gunakan untuk mengaduk mangkok yang berisi bakso yang sama sekali belum masuk kedalam perutnya, ini benar-benar aneh padahak ini yang ia inginkan dari dulu bisa satu meja dengan lelaki idamannya, tapi sekarang kenapa ia jadi banyak diam seperti ini? Aaah sepertinya memang ada yang aneh dengan isi kepala Raina. Rafa yang risih sejak dari tadi mengangkat kepalanya, ingin memukul botol kecap yang ada di depannya ke kepala Raina agar gadis itu tersadar dari aktifitas konyolnya. "Rain? Bakso lo masih untuh boleh buat gua gak? Gua masih lapar." kata Kevin , mulutnya masih penuh terisikan bakso yang ia makan tanpa perdetujuan tangannya tiba dimangkok milik raina. Tukkk! Rafa memukul tangan kevin dengan sendok bagaimanapun itu bakso milik Raina kevin tidak boleh serakah #eh. "Heh! Makan lo banyakin! Liat noh badan udah bulet! Katanya lu diet?" "Gua lapar Raf -__-. " "Udah kalau ko lapar pesan aja lagi gua yang bayar." "Haah? Serius lo nyet? Eeh Arman cius? " "Hmm, ya." Raina yang merasa sensitif saat Kevin mengejek calon suaminya, menendang kaki Kevin dari bawah membuat lelaki itu sedikit tersentak, neringis kesakitan berhasil memancing rasa sakit di tulang keringnya -_-. "Sakit mak." Kevin mengelus-elus kakinya yang mulai berdenyut-denyut. *** BERSAMBUNG
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD