Harus kuat

1212 Words
Nenek Alma melihat tangan mungil itu terlihat begetar menahan rasa takut dan ia menghela napasnya karena, ia harus melihat sendiri seorang gadis yang hatinya terluka. Gadis ini yang akan menemani cucunya dengan perasaan tertekan, terpaksa dan juga amarah gadis itu sangat terlihat meskipun sekuat tenaga ia menahannya. "Bacalah dan tanda tangani!" Ucap Nenek Alma. Renata membaca berkas itu dan ia merasa sangat kesal karena hidupnya akan dikendalikan oleh kontrak yang mengikatnya. Yang paling tidak bisa ia terima, jika Elang menceraikannya, ia tidak boleh membawa barang apapun dan hanya selembar kain yang ada ditubuhnya. Apalagi jika ia memilki anak dari Elang, anak itu hak asuhnya akan jatuh ketangan keluarga Manggala. Mereka seolah mempersiapkan diri untuk menceraikan dirinya ketika ia bisa memberikan mereka keturunan. Sungguh Renata tak akan sanggup berpisah dari anaknya jika ia memiliki anak nanti. 'Itu tidak akan terjadi, ketika nanti aku hamil dengan dia, aku akan segera pergi dari sini,' Batin Renata. Ia merasa ia harus mempersiapkan dirinya dan ia harus mengumpulkan keuatan, jika ingin bertahan melawan manusia licik yang ingin berusaha menyakitinya. Mengalah untuk menang dan bangkit dari keterpurukan ini yang harus ia lakukan saat ini. "Tanda tangani segera!" Perintah Nenek Alma. Renata menganggukkan kepalanya dan ia segera menandatangani berkas yang ada dihadapannya dengan sangat terpaksa. Ia tidak mengharapkan harta yang ada dikeluarga ini, karena baginya harta yang mereka miliki tidak begitu penting namun harga dirinya yang terluka akan ia balas segera. Merka yang menyakitinya harus menerima akibatnya dan ia akan bertahan untuk itu meskipun harus menghadapi lelaki seperti Elang Manggala. "Oke, sekarang kamu ikut kebawah karena acara akad nikah akan segera dimulai!" Ucap Nenek Alma. Renata berdiri dan ia melangkahkan kakinya mengikuti Nenek Alma yang mengajaknya turun menuju aula tempat akan diadakan acara akad nikah. Disana terlihat Elang Manggala telah siap menunggunya, laki-laki itu masih saja terlihat berkuasa meskipun ia duduk di kursi roda dan itu membuat Renata kesal. Renata melihat sosok Dimas sedang menatapnya dengan tatapan ingin dan berusaha keras agar ia menuruti rencana yang telah diatur olehnya. Menikah, hamil, melenyapkan pewaris tunggal Manggala lalu melahirkan anak hingga menikah Dimas dan akhirnya ia akan mati, lalu Dimas bisa menikahi Jil. Sungguh rencana yang sangat jahat dan ia pastikan rencana itu tidak akan pernah berhasil karena ia tidak akan mengikuti rencana gila Dimas. Acara akad nikah berlangsung cepat dan ia benar-benar menikah tanpa kedatangan keluarganya, yang menjadi saksi pernikahan ini hanyalah kerabat dekat Manggala karena sang pewaris tidak ingin pernikahannya diketahui orang luar. Mulai sekarang ia harus menjadi lebih kuat dan berani jika ingin bertahan untuk memenangkan pertarungan ini. Setelah semua rangkaian upacara pernikahan ini selsai, Renata mendampingi Elang yang sedang berbincang dengan keluarga besarnya. Mereka saat ini sedang makan malam bersama dan Elang duduk dikursi kebesaran yang merupakan kursi megah pewaris Manggala yang sangat diimpikan Dimas. "Setelah ini kalian akan tinggal dimana?" Tanya Marco yang merupakan sahabat sekaligus kerabat Elang Manggala. "Akan saya pikirkan nanti," ucap Elang. "Bro...si kampret marah nih karena kamu nggak bilang menikah hari ini, kalau kamu bilang sama Mas Handaru pasti akan pulang," ucap Marco. Handaru Laksamana adalah kakak kandung Marco yang juga menjadi sahabat Elang. Handaru merupakan salah satu pengacara Manggala grup dan ia sangat terkenal di bidang hukum bahkan ia juga mengajar di beberapa universitas terkemuka yang ada di Jakarta. "Bilang saja nanti kita akan mengadakan pesta kecil-kecilan di Apartemennya," ucap Elang membuat Marco tekekeh. "Hehehe...kayak dulu membuat apartemennya berantakan adalah kebahagian yang hakiki," ungkap Marco. Marco melirik Renata dan ia masih merasa tidak nyaman dengan perempuan, yang saat ini telah menjadi istri Elang Manggala sahabatnya itu. Apalagi mengingat sikap perempuan itu sangat menyebalkan dulu, wajah cantik berhati jahat. Itu yang saat ini ada dipikiran Marco. Ia tak mengerti kenapa Elang tetap saja ingin menjadikan perempuan ini istrinya meskipun, ia bisa melihat ada yang berbeda dari sikap perempuan ini. "Tumben tidak berkutik?" Tanya Marco. "Siapa?" Tanya Elang. "Dia lah siapa lagi," ucap Marco menujuk Renata membuat Elang mengangkat sebelah alisnya. "Dia akan jadi istri yang baik Marco," ucap Elang. "Istri yang baik dari Hongkong, ke Club, main lelaki, keluyuran yakin kamu akan betah punya istri seperti dia?" Ucap Marco yang sangat mengenal siapa Nirina. "Entahlah, lihat saja apa dia bisa bertahan atau tidak," ucap Elang membuat Marco mengangkat sudut bibirnya. Ia bisa melihat perempuan ini memang berbeda dengan Nirina, namun mengingat Nirina yang licik bisa saja ia saat ini memainkan dua peran untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Nirina yang pintar berbohong akan sangat mudah melakukannya demi keinginannya. Marco berharap Elang tidak terpancing dengan Nirina hingga rencananya bisa berjalan dengan lancar. Untuk mendapatkan sesuatu yang besar Elang membutuhkan umpan kecil yang bisa memperlancar rencananya. "Apa Nirina ini bisu ya Elang? Kok diam banget?" ucap Marco sinis. "Saya bukan Nirina seperti apa yang anda kira!" Ucap Renata. Setiap orang yang mengenal Elang pasti mengira ia adalah Nirina. "Jelas-jelas anda juga mendengar saat menikah tidak ada nama Nirina disebut tapi Renata!" Ucap Renata. "Ooo...kemungkinan yang terjadi adalah nama anda sebenarnya itu Renata dan bukan Nirina," ucap Marco membuat Renata kesal. Renata menatap kepala lelaki yang ada dihadapannya ini, lelaki yang telah menjadi suaminya. Entah apa yang dipikirkan lelaki ini, hingga ia tidak menjelaskan kepada temannya ini jika ia adalah Renata dan bukan Nirina. "Kurang kerjaan sekali kalau saya ingin memiliki dua identitas, kamu bahkan bisa menyelidiki saya yang sejak kecil memang bernama Renata Ornela Gandawasa," jelas Renata. Tatapan Renata terlihat dingin membuat Marco terkekeh. "Hehehe...galak juga ni orang, mau duit berapa?" Ucap Marco yang ingin memancing emosi Renata. "Dasar gila," ucap Renata. Renata tidak menyadari jika sosok Dimas sejak tadi sedang menatapnya dengan tatapan dingin. Dimas memang ingin segera berbicara dengannya dan memastikan jika Renata akan mengikuti semua rencananya. Ia kesal ketika melihat senyum Elang Manggala dan ia tak akan membiarkan Elang mendapatkan segalanya. Nenek Alma mendekati mereka dan ia tersneyum melihat Marco dan Elang. "Marco kamu menginap disini saja!" Ucap Nenek Alma. "Nenek sayang, kalau dokter pribadi diminta menginap disini itu artinya ada gaji tambahan Nek dan ini namanya lembur," ucap Marco menyunggingkan senyumannya. "Kalau itu sih gampang Marco," ucap Nenek Alma. "Gimana Pak Bos minta dokter pribadimu ini menginap?" Tanya Marco. "Lagian sekarang sudah ada yang bisa mandiin kamu ya nggak?" Goda Marco. 'Dasar gila, dari mana Mas Elang mendapatkan teman gila seperti dia,' Batin Renata. "Kamu pulang saja Marco!" Ucap Elang. "Hahaha....sudah aku duga kalau kamu pasti memintaku pulang, mau malam pertama ya? Jadi Mbak istri karena kondisi suaminya seperti ini Mbak istri harus lebih aktif bergerak!" Ucap Marco. Wajah Renata memerah dan ia sangat malu saat ini, apalagi mendengar ucapan Marco yang mengatakan jika malam ini ia harus melaksanakan kewajibannya sebagai seorang istri. "Wah Terimaksih sarannya Marco, nenek juga berharap kalau istrinya Elang ini cepat hamil dan memberikan nenek cicit!" Ucap Nenek Alma. "Iya Nek, harus itu Nek....malam pertama kan malam yang paling indah," ucap Marco. "Yaudah aku pulang dulu Nek, Marco dan Nirina...ehhh...Renata, terserah siapa kamu yang sebenarnya tapi yang pastinya kamu itu istrinya Elang," ucap Marco. Marco berdiri dan ia mendekati Nenek Alma. Ia mencium punggung tangan Nenek Alma dan ia menepuk punggung Elang. "Selamat berbuka!" Ucap Marco, ia melangkahkan kakinya keluar dari rumah ini meninggalkan mereka, membuat Renata merasa lega. "Bawa suamimu ke kamar, ingat kalian harus memberikan Nenek cicit!" Pinta Nenek Alma. Renata menghela napasnya dan ia segera menuruti perintah Nenek Alma dengan sangat berat hati.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD