BAB 5 Pernyataan Cinta Julia

1339 Words
"Gira..!!" "Gira, aku udah cari kamu dari tadi malam. Kamu tahu aku datang ke apartemen tapi hanya menemukan ibu-ibu, aku sedikit kecewa aku kira kamu menyukai wanita yang sedikit tua, hehe. Tapi tidak mungkin, karena yang boleh menikah denganmu hanya aku." Julia masih memeluk tubuh Gira, kedua kakinya ia silangkan di pinggang Gira. Masih terus asik sendiri, Julia tidak menyadari bahwa dirinya sudah menjadi tontonan banyak orang, termasuk Katie yang hampir melempar meja ke kepala temannya itu. Julia cemberut tidak mendapatkan respon dari Gira. Pria itu hanya terdiam menatapnya tajam, dengan satu tangannya yang menyangga tubuh Julia. "Pak Gira, maafkan kelalaian kami Pak. Ibu, tolong segera turun sekarang, anda membuat Pak Gira tidak nyaman." teriak seorang sekuriti berusaha menarik Julia untuk melepaskan Gira. Tapi bukan Julia namanya jika menurut. Perempuan itu malah semakin mengeratkan pelukannya dan merebahkan kepalanya di bahu Gira. "Tidak. Aku tidak mau. Gira.." Julia menatap mata Gira yang kemudian beralih menatapnya dengan dalam. "Kamu serius tidak bersuara. Aku datang karena kamu yang suruh, daripada kamu menjemput aku lebih baik aku yang menjemputmu." "Untuk apa saya menjemputmu?" tanya Gira yang akhirnya membuat Julia bernafas lega karena pikirnya pria tercintanya itu sedang sakit gigi sehingga tidak bisa bicara, tapi ternyata tidak. "Bukannya kamu bilang akan menukar aku dengan saham perusahaan mu. Aku setuju dan dibayar tunai." Bolehkah Katie melenyapkan Julia saat ini juga, apa yang ada dipikiran temannya itu sehingga rela menjual dirinya sendiri pada pria asing. Benar-benar diluar angkasa. Katie dengan langkah cepat menghampiri Julia, membungkukkan badannya pada Gira lalu menarik tangan Julia dengan kuat, sehingga Julia yang lengah pun terjatuh. Sebelum Julia kembali membuat ulah, Katie langsung membawanya keluar dari kantor dengan Julia yang terus berteriak dan memanggil nama Gira untuk membawanya bersama pria itu. "Julia, kamu sudah gila kah. Ada apa denganmu?" ucap Katie setelah mereka sudah berada di dalam mobil dan Katie yang sudah mengunci mobil tersebut untuk berjaga-jaga jika Julia kabur. Julia melipat kedua tangannya menatap kesal pada Katie. Padahal sedikit lagi ia akan mendapatkan Gira. "Julia." "Kamu gak ngerti Katie. Itu pria yang aku cinta, Gira. Sedikit lagi aku bisa mendapatkan dia, dan menikah dengannya." ucap Julia. "Ya ampun Julia. Jadi ini alasan kamu untuk ikut aku kesini. Kalau aku tahu, aku tidak akan membawamu." "Kenapa?" Julia menolehkan kepalanya pada Katie. "Orang gila mana yang menyukai seorang pria secara ugal-ugalan seperti kamu, sampai mau menukar dirinya dengan uang." "Tapi itu yang Gira katakan, dia mau datang menjemput aku. Aku kan baik jadi lebih baik aku saja yang datang padanya." "Dosa apa aku punya teman kayak kamu. Sudah, aku akan mengantarmu pulang, aku khawatir jika kamu pulang sendiri, bukannya ke rumah malah kembali menemui Gira Gira itu." "Memangnya kamu bisa bawa mobil." Katie menghembuskan nafas, dia berdecak lalu menyuruh Julia untuk bertukar posisi tempat duduk, karena Katie yang memang tidak bisa membawa mobil. Julia tertawa lalu menjalankan mobilnya, membawa mereka menuju ke arah rumah Katie. "Aku tidak akan kemana-mana dan langsung pulang, setelah mengantarmu ke rumahmu." ucap Julia. "Aku nyaris pingsan melihatmu seperti itu tadi. Kenapa harus dengan om-om, kamu tahu di sekolah kita banyak siswa laki-laki yang menyukaimu bahkan di setiap harinya selalu ada makanan dan bunga di atas meja mu." "Aku tidak suka dengan mereka, aku hanya menyukai Gira. Lagipula Gira bukan sembarang om-om, kamu tidak lihat wajahnya yang tampan itu dan suaranya yang seksi." Katie menggelengkan kepalanya, memukul bahu Julia saat melihat air liur yang hampir menetes dari bibir perempuan itu. "Sadar, Julia. Kamu juga harus melihat dengan bola mata kamu, Gira itu tidak suka sama kamu. Aku bisa membaca cara dia menatapmu dan sikapnya tadi." "Nanti juga bakalan suka, makanya aku harus berusaha dekat dengannya dan membuat Gira nyaman denganku, Katie." "Terserah kamu saja, tapi jangan bawa-bawa aku kalau kamu disakiti oleh pria itu." "Gira bukan pria yang suka menyakiti perempuan." Katie menganggukkan kepalanya saja, percuma memberikan nasihat tidak akan dipakai oleh Julia yang sudah dibuat mabuk kepayang oleh cintanya itu. *** Anwar sekarang berada di depan pintu rumah, kedua matanya menatap pada sebuah mobil yang bergerak menuju ke arah rumahnya itu. Julia turun dari mobil, ia memberikan kunci pada sopir dan berjalan dengan menundukkan kepala menuju pada Anwar. Dia yakin bahwa Papanya pasti sudah mengetahui tentang kejadian di kantor Gira siang tadi. "Kamu tidak akan keluar dari rumah sampai minggu depan." Julia mengangkat wajahnya dan memajukan bibir bawahnya menatap Anwar setelah mendengar ucapan pria itu. "Papa.." "Papa sudah bilang jangan buat hal yang memalukan apalagi sampai menemui pria itu." "Aku datang bersama Katie, tidak sendiri." "Apa Katie juga memeluk Gira." ucap Anwar yang membuat Julia terdiam. "Itu reflek." "Julia. Papa akan berusaha memenuhi apa saja yang kamu mau, tapi melihat pria itu sepertinya tidak baik untukmu, Papa tidak akan setuju." "Papa sebelumnya setuju, kenapa tiba-tiba.." "Orang tua mana yang tega menukar anaknya seperti barang hanya untuk kekayaan, Papa bukan sombong tapi tidak ada yang lebih berharga dari keluarga yang utuh. Ucapan Gira saat itu adalah salah satu bentuk penolakan, Julia. Kamu harus sadar itu nak." Anwar mendekati Julia, membawa Julia dalam pelukannya. "Papa jahat. Julia cuman mau Gira Pa, bukan yang lain. Papa, tolong..!!" Julia menangis kencang dan memukuli bahu Anwar. Amber melihat Julia seperti itu hanya menghembuskan nafasnya. Kasihan sekali anaknya itu, mencintai pria yang sama sekali tidak menyukai bahkan mencintainya. Memang sakit jika membahas tentang cinta yang ditolak bahkan bukan hanya untuk cinta pandangan pertama tapi tentang cinta yang terpendam di hati, memendam sakit tapi mengungkapkan bahkan lebih sakit. Ada konsekuensi yang harus ditanggung, tetap menerima atau menyerah. --- 1 Bulan Kemudian.. Seorang perempuan terlihat memasuki pintu sebuah bank, ia sengaja datang pagi agar tidak terlalu lama mengantri. Tapi ternyata dia tetap terlambat sehingga membuatnya harus menunggu. Saat mendengar nomornya dipanggil, dia segera bangkit dari duduknya dan berjalan sambil mencari-cari sesuatu di dalam tas, sampai di tempat duduk dan melihat ke depan dia seketika terkejut dan hampir terjatuh dari tempat duduknya. "Mba tidak apa-apa? kenapa mba?" tanya karyawan laki-laki di depannya itu. Julia menggelengkan kepala, segera membenarkan duduknya kembali. Bukan karena karyawan itu yang membuatnya terkejut, tapi seorang pria yang duduk di dalam ruangan tembus pandang di hadapannya. "Ada yang bisa dibantu mba?" "Saya mau buat buku tabungan mas." "Bisa mba. Dimohon untuk menunjukkan KTP nya saya cek terlebih dahulu." Julia memberikan KTP serta lembar surat dari sekolahnya kepada karyawan tersebut. Sambil menunggu berkasnya diperiksa, tatapan mata Julia tidak terlepas dari wajah pria yang satu bulan ini tidak ia lihat dan tentu sangat Julia rindukan. Merasa terus diperhatikan Gira yang duduk di dalam ruangan dan sedang rapat, ia lalu memalingkan wajahnya melihat keluar, tidak terkejut ketika kedua mata itu menatapnya lekat dan juga ia tatap. "Mba, mba." "Iya. Astaga maaf mas saya kurang fokus." Julia segera berpaling dan memilih fokus pada tujuannya meskipun jantungnya sedang berdetak kencang karena melihat Gira, menurutnya pria itu semakin hari semakin tampan dan membuatnya tidak bisa untuk tidak melihat wajah tersebut. "Sudah selesai saya cek berkasnya dan lengkap. Untuk kartu dan lainnya apakah mba bisa menunggu sebentar untuk saya aktifkan di atas sebelum digunakan nantinya mba." "Iya mas bisa, tidak apa-apa." "Baik, sebentar ya mba." Julia mengangguk. Karyawan itu berlalu meninggalkan mejanya dan naik ke lantai atas. Setelahnya Julia kembali melihat pada ruangan di dalam yang ternyata sudah kosong. "Tanda tangan dulu." Julia melebarkan matanya saat mendengar suara yang sangat dia kenal, suara berat dan seksi ini hanya dimiliki oleh Gira. Takut jika ia hanya berhalusinasi, Julia langsung berpaling dan melihat siapa yang berada di belakangnya itu. "Gira.." "Tanda tangan untuk pencatatan nasabah." Julia mengambil lembar di tangan Gira lalu menandatangani dengan tangan bergetar, setelahnya Julia langsung mengembalikan kepada Gira. "Mba, ini kartunya dan sudah saya daftarkan nomor telepon mba untuk memudahkan transaksi, kalau mba mau lebih mudah silakan download aplikasinya saja." Julia mengangguk dan tersenyum, dia mengucapkan terima kasih kemudian berniat untuk segera pulang, selain itu ia tidak ingin berlama-lama disana karena Gira yang terus mengawasinya. Seharusnya Julia senang karena diperhatikan oleh Gira, tapi Julia juga harus mempersiapkan diri untuk kembali mendekati pria itu apalagi setelah kejadian sebulan lalu, kedua orangtuanya pasti tidak akan menyukai jika dia kembali menemui Gira.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD