bc

Asmara Cinta Julia

book_age16+
167
FOLLOW
2.4K
READ
HE
age gap
kickass heroine
boss
heir/heiress
bxg
kicking
bold
detective
like
intro-logo
Blurb

Cinta pada pandang pertama terjadi kepada Julia Zendaya, sosok perempuan yang polos dan lucu, serta selalu mengungkapkan apapun isi hatinya, termasuk kepada Gira Harrison, pria yang usianya terpaut 10 tahun dengannya. Tanpa rasa peduli akan usia Julia terus mendekati Gira, berharap bisa mendapatkan cinta pria matang tersebut dan membawanya ke dalam bahtera pernikahan. Cinta memang tidak bisa ditemukan, dia datang dengan tiba-tiba. Seperti rasanya cinta pandang pertama, cinta karena dicintai, cinta yang bahkan selalu tumbuh setiap harinya. Cinta memang seharusnya tidak untuk dicari karena sejatinya cinta itu ada untuk mereka yang mencintai.

chap-preview
Free preview
BAB 1 Pria Bernama Gira
"Cukup ya Julia, Mama sudah pusing dengan Papamu, kamu jangan tambahin beban pusingnya Mama lagi dong." "Ya ampun Ma, permintaan Julia gak berat kok. Cuman minta dijodohin aja." "Itu, itu yang sangat berat Julia. Jaman sekarang semua perempuan mau memilih pasangannya sendiri, ini kamu malah minta dijodohin sama orang tua. Memangnya pria itu suka sama kamu, hanya saling tatap kamu langsung jatuh cinta. Astaga anak muda." "Ada apa ini ribut-ribut Amber?" Amber dan Julia lantas menatap pada Anwar yang sedari sebelumnya sudah mendengar perdebatan antara istri dan anaknya itu. "Anakmu itu Pa. Minta dijodohkan sama pria di pasar." Amber menghampiri Anwar sembari membawa belanjaan di tangannya, meletakkan di atas meja makan. Anwar yang terkejut langsung mengalihkan pandangannya pada Julia yang cemberut. "Preman pasar." "Bukan Papa ihhh. Namanya Gira, sudah kenalan tadi mau pedekate, tiba-tiba Mama datang langsung tarik Julia ke mobil. Bete banget." ucap Julia melipat tangannya ke depan. "Kenapa sih Ma." Anwar mendekati Amber yang tengah sibuk membereskan sayuran dan buah di kulkas, namun masih mendengarkan ucapan Julia yang membuat Amber memutar matanya lelah. "Umurnya sudah 30 tahun Pa. Mama tidak akan setuju kalau Julia menikah sekarang, apalagi kita belum tau siapa pria itu, sudah punya istri dan anak atau belum, pekerjaan dia dan masa lalunya bagaimana, terus kehidupan dia." "Memangnya ada masalah dengan itu Ma. Mama ayolah, cinta bisa tumbuh seiring berjalannya hari." Julia menautkan jari tangannya menatap Amber. Amber menghembuskan nafas perlahan, menggelengkan kepala kemudian berjalan keluar dari ruang dapur setelah memanggil pembantu rumah untuk menyelesaikan pekerjaannya. Jika terus berhadapan dengan Julia ditambah wajah memelas anaknya itu, maka Amber pastikan ia akan luluh pada permintaannya. Jadi lebih baik ia menghindari Julia untuk sementara, walaupun tangis perempuan itu sudah memenuhi ruangan dapur, bersama dengan Anwar yang menertawakan tangisan anak perempuan satu-satunya di keluarga Zendaya. Julia Zendaya terlahir sebagai satu-satunya anak perempuan di keluarga Zendaya, memiliki paras sangat sempurna dan cantik dengan berat 2,9 kilogram, lahir di Australia pada bulan November tahun 2002. Julia hidup di dalam gemerlap kemewahan keluarga Zendaya, keluarga yang dipimpin oleh Anwar Zendaya sebagai ahli waris keluarga terpandang nomor 1 di negara Australia, sebagai anak pertama Anwar memiliki 2 saudara kandung sesama laki-laki yang sudah memiliki istri dan anak, namun selama kurun waktu kehidupan keluarga Zendaya diliput hanya 1 anak perempuan yang terlahir, karena semua keluarga hanya memiliki anak laki-laki. Oleh karena itu Julia sangat disayangi semua keluarga Zendaya, apapun yang Julia inginkan selalu terpenuhi dalam hitungan detik saja. Karena itulah hingga sekarang Julia masih menjadi perempuan yang manja, meskipun usianya sekarang sudah menginjak 17 tahun namun sifat Julia masih terbilang polos dan keras kepala seperti saat ini. Amber menghela nafasnya setelah menceritakan semua kejadian di pasar dan tentang pria yang Julia inginkan bernama Gira itu. Anwar terdiam beberapa detik setelah mendengar penuturan istrinya, kepalanya mengangguk memastikan bahwa yang Amber katakan benar adanya jika Julia masih terbilang muda untuk menikah apalagi dengan pria yang sangat jauh diatas umurnya. "Papa sih dari dulu diikuti terus apa yang Julia mau, sekarang susah kalau kita gak turutin maunya dia. Pasti ngamuk itu." ucap Amber melihat pada Anwar. "Tapi ini bagaimana Amber. Sejak siang sampai mau magrib gini Julia masih di kamar, dia belum keluar makan atau minum, bagaimana jika dia dehidrasi atau.." lanjut Anwar yang menggerakkan dua jari tangannya di depan leher. "Papa, jangan bercanda. Gak mungkin juga Julia sampai melakukan itu. Yasudah biar Mama yang cek ke kamar. Papa mandi sana, bau terasi loh." ucap Amber yang berdiri dari duduknya. Kedua kakinya melangkah keluar dari kamar dan berjalan menuju ke kamar Julia di lantai bawah. Anwar mencium bajunya dan kedua ketiaknya, mengirup dengan kuat kemudian berdecak. "Mana ada bau, Amber ini kodenya gak jelas, bilang saja mau mandi berdua, haha." *** Julia mengusap airmata di pipinya yang masih berjatuhan, mengelap ingus di hidungnya dengan tisu kemudian membuang tisu dibawah tempat tidurnya. Tidak terhitung lagi sudah berapa puluh tisu yang ia habiskan hal utama adalah tetap menangis sampai keinginannya dikabulkan oleh orangtuanya. "Julia, ayo kita makan malam. Sudah menangis nya." terdengar suara seorang perempuan yaitu Amber diluar kamar. Julia yang mendengar langsung terduduk dan berdecak sembari menggelengkan kepalanya. "Gak mau, Ma..!" teriak Julia dari dalam kamar, hal tersebut membuat Amber menghembuskan nafas sabar. "Julia. Mama hitung sampai tiga ya, keluar." Julia dengan kesal turun dari atas kasurnya, menghentak kecil berjalan ke arah pintu kamar, setelah membukanya Julia langsung berbalik dan kembali berbaring di kasurnya bersama dengan tangisan yang semakin menjadi-jadi. "Astaga anak itu." hela Amber kemudian berjalan mendekati tempat tidur Julia. Memperhatikan sekeliling kamar dan menggelengkan kepala. Amber mengambil semua tisu kotor dan membuangnya di tempat sampah yang sudah tersedia di kamar tersebut. Menutup pintu balkon kamar Julia dan menutup gorden, tidak lupa ia menyalakan obat nyamuk listrik dan menyalakan pendingin kamar mengatur suhu agar Julia bisa tidur dengan nyaman. Setelah memastikan semua sudah aman, Amber kembali mendekati Julia, ia duduk di kasur dan mengusap lembut kepala Julia. "Kenapa sih Ma, gak mau jodohkan aku sama Gira?" kata Julia yang mengubah posisinya berbaring di kedua paha Amber. "Bukan tidak mau Julia. Tapi.." "Gira sudah tua, usia kami jauh, begitu Ma." "Kamu sama dia belum mengenal satu sama lain," "Aku sudah tahu namanya Ma, Gira juga sudah tahu namaku." Amber menggelengkan kepalanya. "Bukan itu Julia. Apa sih yang buat kamu ngebet banget minta jodohkan sama pria itu?" tanya Amber dengan nada menyerah. "Julia cinta sama Gira, apalagi waktu tatapan mata sama pria itu. Ya ampun tampan banget Ma, aura dinginnya itu ditambah senyumnya bikin aku meleleh. Gak ada om-om seperti Gira yang tampan seperti itu, seperti masih umur 20." ucap Julia sembari membayangkan kembali bentuk wajah Gira yang terus melekat di pikirannya. *** Kilas balik peristiwa yang terjadi di pasar mengingatkan kembali pada Julia yang sedang duduk sendiri di luar pasar menunggu Amber berbelanja di dalam. Ia tidak ikut sebab merasa lelah karena berjalan sepanjang gang kecil ditambah jalanan yang becek akibat hujan membuat Julia tidak tahan untuk beralih duduk diam, hanya menunggu Amber selesai berbelanja. Julia mengerucutkan bibirnya sembari membersihkan pasir yang menempel di sepatu miliknya itu. Kedua matanya menatap sekeliling pasar yang cukup ramai di pagi ini, sampai netra nya berhenti pada sebuah wajah di seberang sana. Seorang pria dengan lengan besar dan kacamata hitam terlihat duduk di salah satu kursi di depan warung di pasar tersebut. Sembari memainkan handphone membalas pesan dari bawahannya, tidak sadar bahwa seorang perempuan terus menatap kepadanya tanpa berkedip. Julia tersenyum salah tingkah saat kedua mata mereka bertemu, pria itupun hanya tersenyum tipis dan mengangguk pelan. Julia yang seperti tersihir langsung berdiri dari duduknya dan tanpa disangka, ia kemudian berjalan menghampiri pria tadi sambil terus melebarkan senyumnya. "Julia." ucap Julia menyorongkan telapak tangannya di depan pria tersebut. Walaupun kebingungan pria itu tetap menyambut tangan Julia. "Saya Gira." "Ohhh, jadi namanya Gira. Lagi nungguin siapa?" Julia duduk di sebelah pria yang bernama Gira tersebut dan bertanya untuk lebih mendekatkan dirinya. Gira hanya mengangguk kecil dan tersenyum, sedikit menggeser duduknya karena jarak dengan Julia yang sangat terhimpit. "Tidak menunggu siapapun, hanya memantau perkembangan pasar." kata Gira dengan jelas. "Kamu yang punya pasar ini?" tanya Julia yang terkejut. Gira menggelengkan kepalanya. Julia lantas menganggukkan kepala, susah sekali meluluhkan pria ini, pikir Julia. Tidak lama datang Amber dari kejauhan yang terlihat seperti marah, matanya yang melotot besar menatap pada Julia. Julia hanya meringis sesaat Amber sampai dan langsung mencubit lengannya. "Darimana aja sih, Mama muter-muter nyariin kamu kayak nyari jarum dalam jerami susah banget ketemu. Ngapain sih disini, Mama bilang kan jangan kemana-mana tadi Julia." kata Amber dengan emosional. Julia menutup telinganya dengan merasa tak enak hati ia menoleh pada Gira dan meminta maaf karena ikut mendengar teriakan mamanya itu. Gira hanya tersenyum tipis dan mengangguk saja. Amber yang sudah menetralisir emosinya lantas tersadar dengan keberadaan pria yang duduk di sebelah Julia itu. "Kamu, siapa?" tanya Amber kepada Gira. Pria itu tidak langsung menjawab, lantas ia berdiri dan menyalami punggung tangan Amber. "Saya Gira, hanya menjaga anak Tante dari preman pasar disini." ucapan yang Gira lontarkan dengan sengaja tersebut lantas membuat Julia tersenyum semakin lebar dan juga sedikit kecewa karena dengannya tadi Gira sangat pendiam bahkan hanya menjawab dengan satu dua kata saja, tidak seperti menjawab pertanyaan Amber. "Oh iya. Gak perlu kamu jagain, biarin aja dia diculik, memang niatnya Tante begitu tadi. Haha." "Mama. Apa sih, gak jelas." Amber memberikan tatapan tajam pada Julia dan tidak memperdulikannya, masih menatap pada Gira, Amber kembali memberikan beberapa pertanyaan dan masih di jawab oleh Gira dengan sopan. "Masih muda kamu nak. Sepertinya lagi sibuk bekerja ya?" ucap Amber dengan memperhatikan detail dari bawah hingga ujung kepala Gira yang terlihat rapi. "Tidak, saya sudah berusia 30. Benar, saya sedang melihat perkembangan pasar disini. Bagaimana sayurannya Tante, apakah masih segar?" "Iya, masih. Sangat segar sekali, apalagi Tante suka ikan asin, kamu tahu yang ikannya dijemur itu loh, enak banget kalau di makan sama sambel pedes.." "Mama, malah ngomongin ikan asin. Hum, Gira, maafin Mama aku ya." Gira mengangguk dan kembali tersenyum menjawab pertanyaan Julia. Melihat sikap Gira yang seperti itu lagi membuat Julia berpikir bahwa Gira hanya malu-malu dengannya dan takut terjatuh dalam tatapan cinta mata Julia. Amber seperti membaca isi kepala Julia lantas menarik tangan Julia membawanya ke arah mobil mereka setelah berpamitan pada Gira. Julia yang baru tersadar setelah sudah di dalam mobil, dengan gelisah membuka kaca mobil melihat pada Gira, pria itu masih duduk di tempat yang sama. "Gira, aku suka sama kamu, nanti orangtuaku datang buat melamar kamu ya, tunggu..!!"

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook