BAB 10 Kita Pasti Romantis

1500 Words
Gira menggaruk tengkuknya, tatapan matanya pun tidak lepas melihat ke arah perempuan yang saat ini sedang duduk di kursi kerjanya, sudah lebih tiga jam perempuan itu berada dikantornya dan sekarang Gira sudah cukup sabar untuk dapat mengusirnya pergi. "Julia, pulanglah dulu. Saya harus bekerja." ucap Gira. Namun dengan santai Julia malah mengabaikan Gira masih melihat pada layar laptop milik pria itu. Gira mengembuskan nafas pelan, ia meneguk habis minumannya dan masih menatap tajam pada Julia. "Permisi Pak Gira." Terdengar suara dari balik pintu. Gira sedikit berteriak dan menyuruh seseorang itu untuk masuk. "Permisi Pak." "Iya, Elliot. Ada apa?" tanya Gira kepada Elliot yang sudah masuk lalu berjalan sopan menghampiri Gira. "Ini laporan untuk meeting besok Pak, mungkin bisa di cek dulu jika ada yang kurang atau ingin ditambahkan di presentasi." ucap Elliot. Tatapannya kemudian beralih pada Julia yang masih duduk di kursi Gira yang juga melihat padanya dengan pandangan tidak suka. "Julia saya mau duduk, kamu pindah dulu di sofa." Gira mengayunkan tangannya pada Julia. "Gak mau, orang lagi santai." ucap Julia, yang hanya bisa membuat Gira kembali menghembuskan nafas. Lama-kelamaan ia bisa dikira orang kena asma kalau terus menarik nafas. "Elliot, ini sudah bagus, untuk sisanya nanti biar saya tambahkan setelah presentasi. Terima kasih, saya harus menyelesaikan urusan saya dulu." Gira menoleh pada Julia setelah menyelesaikan kalimat akhirnya. "Baik Pak. Maaf Pak kalau saya lancang tapi dia pacarnya Pak Gira?" "Bukan. Hanya teman saja." Julia yang mendengar ucapan Gira kemudian tertawa kecil, membuat Gira dan Elliot yang melihatnya mengernyit heran. "Baik Pak. Saya permisi dulu, Mba saya permisi." pamit Elliot yang dibalas Gira dengan anggukan kepala, sedangkan Julia terlihat cuek tidak menjawab. "Kamu mau pulang. Saya antar ya." tanya Gira setelah kepergian Elliot dari ruangannya. "Gak mau aku bilang. Julia bakal tungguin Gira sampai selesai kerja." Gira meringis serba salah, jika Julia terus-menerus berada dikantornya maka pekerjaannya tidak akan selesai-selesai, tapi jika ia memulangkan dengan paksa, perempuan itu pasti akan mengamuk lalu membuang semua barang yang ada di kantornya. Membayangkan saja membuat Gira lelah. Salahnya juga mengajak Julia ikut bersama ke kantor, karena Julia yang tidak mau melepaskan Gira pergi bekerja jadilah perempuan itu ikut bersamanya hingga sekarang tidak mau pulang dan betah duduk di kursinya. "Orangtuamu pasti mencari, sebaiknya kamu pulang. Setelah saya selesai bekerja saya akan menemui kamu di rumah." "Gak, Mama sama Papa tahu kok kalau aku lagi dikantornya Gira." "Kamu harus belajar untuk ujian nanti." Julia menatap Gira dengan kesal. "Memangnya kenapa sih kalau aku disini. Oh, atau kamu mau berduaan sama Elliot Elliot itu." Julia bangkit dari duduknya menghampiri Gira yang duduk di sofa. "Saya mau bekerja, jika kamu terus disini pekerjaan saya tidak akan selesai." jawab Gira. "Coba saja mengusirku." Julia langsung duduk di kedua paha Gira dan melipat kedua tangannya persis seperti seorang anak yang merajuk. Gira kembali berpikir alasan apalagi yang bisa dia pakai untuk membuat Julia pulang. Seketika Gira teringat bahwa perempuan yang sedang duduk di pangkuannya itu akan luluh jika dengan kata-kata manis. Gira membenarkan rambut yang menempel di wajah Julia, menyelipkan pada daun telinga Julia kemudian menatap mata perempuan itu. Julia yang mendapatkan perlakuan manis itu tentu saja tidak bisa menahan hembusan panas di pipinya. Gira tersenyum dalam hati berhasil mengelabui Julia, hanya sedikit tambahan kata-kata manis lagi maka Julia akan menurut padanya. "Julia pulang sayang. Kalau saya sudah selesai bekerja, saya akan ke rumah dan menemanimu." kata Gira dengan halus mengusap rambut Julia. "Tapi, aku tetap mau disini dan menjagamu." ucap Julia dengan terbata-bata, tidak menyangka Gira bisa semanis ini dalam bertutur kata. "Untuk apa, saya bisa menjaga diri saya sendiri." "Tidak dengan Elliot, perempuan itu menyukaimu." "Tidak. Dia hanya sekretaris saya Julia. Tidak akan ada yang mengambil saya dari kamu." Gira tersenyum, meskipun dalam perutnya sudah mual karena perkataannya sendiri. "Hum, oke. Tapi kamu harus menepati janji akan ke rumah dan menemani aku." "Oke. Kamu mau pulang, saya antar." "Janji dulu.." Julia mengangkat jari kelingkingnya dan mengaitkan pada jari kelingking milik Gira. Gira masih tetap tersenyum, ia hanya menganggukkan kepala. Setelahnya Gira berdiri diikuti oleh Julia, mereka berjalan menuju pintu ruangan dan Gira yang hendak membuka pintu kemudian berhenti ketika mendengar suara dibelakangnya. "Suara apa itu?" tanya Gira menghadap pada Julia. Julia memajukan bibirnya, wajahnya memerah sambil mengusap perutnya yang rata. Rupanya suara yang Gira dengar tadi adalah suara perut Julia yang berteriak meminta makan. Gira langsung menarik tangan Julia ikut keluar dari ruangan kerjanya. "Kamu benar-benar membuat saya kewalahan karena kamu Julia. Nanti malam saya akan hukum kamu." Julia bergidik ngeri mendengar kalimat akhir Gira. Namun itu hanya sesaat karena setelahnya Julia tersenyum salah tingkah. Dia harus makan banyak agar tenaganya nanti malam kuat sehingga bisa mengimbangi irama Gira. *** Amber menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku Julia yang sangat diluar kendalinya. Julia yang sedang duduk diatas pangkuan Gira disaat mereka semua berkumpul di ruang keluarga. Amber lalu menyentuh bahu Anwar, dan suaminya itu hanya mengangkat bahunya. "Julia, coba kamu duduk sendiri di sofa. Tidak malu dilihat kakakmu seperti itu, kasihan Gira." ucap Anwar menegur halus pada Julia. Julia menggelengkan kepalanya, menatap pada Gira yang hanya terdiam bersama wajahnya yang memerah. "Biarin aja kali Pa. Mungkin duduk di sofa tidak seenak duduk di pangkuan Gira. Benar gak dek?" kata Bryan yang mendapat anggukan kepala oleh Julia. Membuat kedua kakak laki-lakinya itu tertawa, dan Anwar yang menggelengkan kepala. "Julia, duduk di sofa." ucap Amber. Perempuan itu tersenyum tidak enak hati pada Gira, karena sejak pria itu datang sampai sekarang ditempeli terus oleh Julia dan kedua pahanya yang menjadi tempat duduk Julia selama lebih satu jam, apa tidak keram itu pahanya Gira. "Gak Ma. Gira juga gak marah kan sayang." Julia menatap Gira yang meringis ngilu, menggelengkan kepalanya tapi juga mengangguk. "Sudah Julia ini. Gira, daripada kamu kesakitan begitu lebih baik kamu bawa Julia ke kamarnya dan tidurkan dia." ucapan Anwar barusan membuat Gira melebarkan bola matanya. "Jangan macam-macam. Saya suruh kamu menidurkan bukan meniduri anak saya." Julia terkekeh kecil memeluk leher Gira. "Lucu banget sih Gira kalau kaget gitu." ucap Julia mencubit pipi Gira. Gira bangkit dari duduknya dengan Julia yang masih berada di pelukannya itu. Gira benar-benar merasa lelah hari ini, seluruh tulang anggota badannya sudah hampir patah karena keseringan menggendong Julia yang berat itu. Gira berjalan menuju kamar Julia, ia membuka pintu dengan satu tangannya dan membaringkan Julia diatas ranjang, Julia memajukan bibirnya ke depan, Gira yang bingung hanya mengernyit menatap bibir Julia. "Gira ihhh, gak peka banget. Aku mau dicium.." rengek Julia manja. "Tidak." Gira membaringkan dirinya di samping Julia, dia menarik selimut untuk menutupi tubuhnya dan Julia bersama. "Gira." "Tidurlah Julia, saya sangat lelah hari ini. Besok saya ada meeting pagi." "Aku ikut Gira.." "Tidak. Saya hanya meeting sebentar, siang saya akan pulang." "Kemana?" "Kesini, sepertinya rumah saya sudah berpindah ke rumah kamu." "Aku cinta sama kamu." Julia memiringkan tubuhnya menghadap pada Gira, pria itu menatap lurus ke atas langit-langit kamar. "Kalau dari hitungan satu sampai sepuluh, rasa cinta aku ke kamu itu cuman sampai dua aja, duaaalem banget." rayu Julia. Gira tidak bereaksi apapun, tangannya menarik bahu Julia dan membiarkan perempuan itu tidur di bahunya. "Besok kamu sekolah jadi cepat tidur agar tidak kesiangan bangun." Julia menganggukkan kepala, lalu memejamkan matanya sambil melingkarkan tangannya di perut Gira. Membiarkan mimpinya yang indah mengarungi rasa senangnya itu, karena Gira yang sudah memiliki kemajuan selain karena sekarang sudah banyak mengucapkan kata-kata tapi juga pria itu sering kali berlaku manis dan tersenyum, membuat Julia terus menambah rasa cintanya pada Gira dan akan terus-menerus bertambah. Masih di ruang keluarga, Anwar dan Amber juga kedua anak laki-laki mereka masih asik berbincang. Bryan sebagai kakak tertua, menolehkan kepalanya pada kamar Julia, adik bungsunya itu. "Itu Gira tidur di kamar Julia Ma?" tanyanya. "Bukan Gira yang mau, adikmu itu yang suka memaksa Gira." jawab Amber mendapat anggukan kepala oleh Anwar. "Bukannya apa Pa, tapi mereka belum menikah. Apa tidak sebaiknya mereka tidur terpisah." ucap Ian, kakak kedua Julia menanggapi. "Seharusnya begitu Ian. Tapi kalian tenang saja, Papa yakin Gira pria yang baik, pria itu juga sedikit dingin dengan Julia. Adik kalian saja yang memancing Gira terus, sebagai pria normal dan juga usianya sudah matang memang membuat Papa dan Mama suka khawatir." "Bagaimana dengan pernikahan mereka?" "Papa sudah bicarakan dengan ayahnya Gira dan keluarga mereka, semua setuju pernikahan diadakan akhir bulan depan setelah Julia menerima raport." jawab Anwar yang memang sebelumnya telah bertemu dengan Ayah Gira, Idris Harrison. "Mereka berdua tahu itu?" Ian menatap papanya lalu melihat ke arah kamar Julia. "Belum, nanti saja kalau semuanya sudah siap dan mereka hanya tinggal mencoba cincin." "Papa yakin Gira mau menerima Julia. Aku lihat Gira tidak benar-benar mau dengannya." Bryan merasakan itu apalagi dari tatapan mata Gira yang selalu kesal melihat pada Julia. "Pada awalnya iya, tapi adikmu itu tetap hanya mau dengannya dan bahkan Julia sendiri yang mengejar Gira." "Astaga Julia." "Sudahlah, doakan saja yang terbaik untuk adik kalian, Bryan dan Ian kalian kakaknya dan juga sebagai laki-laki sama seperti Gira. Julia yakin kalau Gira bisa menyukainya seiring berjalan waktu, jadi kita semua hanya perlu mendukung keputusannya." ucap Amber yang tersenyum tulus.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD