12. Afrah ( Jomblo Fisabilillah )

1230 Words
Perumahan Komplek Pelita Indah. Blok A. Pukul 07.00 Pagi. Jakarta Utara. "Allaahummagh firlii wa tub 'alayya, innaka antat tawwaabur rahiim." "Ya Allah, ampunilah dosaku, dan terimalah taubatku, sungguh Engkau adalah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang." Aku mengucapkan doa setelah sholat Sunnah Dhuha tadi sebanyak 100x. Sebagaimana dalam hadits dari Aisyah radhiallahu'anha: صلى رسول الله صلى الله عليه وسلم الضحى، ثم قال: "اللهم اغفر لي، وتب علي، إنك أنت التواب الرحيم" حتى قالها مائة مرة "Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam pernah shalat dhuha, kemudian membaca doa: /Allaahummagh firlii wa tub 'alayya, innaka antat tawwaabur rahiim/ (Ya Allah, ampunilah dosaku, dan terimalah taubatku, sungguh Engkau adalah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang). Beliau ucapkan ini 100x" (HR. Al Bukhari dalam Al Adabul Mufrad no. 219, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Adabul Mufrad) Setelah itu, aku mengucapkan kata Aamiin. Aku melepaskan mukenaku setelah melaksanakan sholat Sunnah Dhuha sebelum berangkat bekerja di restoran. Hari ini aku masuk shift pagi sampai jam 16.00 sore. "Afrah. Ayo sarapan dulu." Suara ajakan Bunda membuatku menoleh kearah beliau. Bunda masih memakai celemeknya berwarna hijau. Aku hanya mengangguk dan segera duduk di kursi meja makan. "Hari ini kamu pulang jam berapa nak?" "Insya Allah jam empat sore Bun. Ada apa?" "Cuma mau bilang. Habis magrib insya Allah ada acara syukuran tetangga sebelah." "Acara syukuran?" Aku mengerutkan dahiku. "Ada yang baru pindah rumah ya Bun?" Bunda mengangguk. "Iya. Orangnya baik. Ramah. Sudah tiga kali Bunda ketemu sama mereka. Lebih tepat saat Bunda beli sayur sama tukang sayur keliling didepan rumah kita.." "Jadi Bunda belanja sayur sambil mengobrol? Gak bergosipan kan Bun?" "Hush! Kamu ini ada-ada saja. Bunda gak begitu." Lalu aku terkekeh geli. Bunda sudah memegang sepiring rainbow cake kesukaanku. Namun sebelum terhidang didepan mataku, Bunda kembali menghindar dan memasukannya lagi kedalam kulkas. Aku panik. "Bun.. ah itu kan rainbow cake kesukaan Afrah. Afrah minta." rengekku pada Bunda. "Gak boleh. Mie sayurmu saja belum habis. Jangan begitu Afrah. Tidak baik. Sungguh Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan." وكُلُواْ وَاشْرَبُواْ وَلاَ تُسْرِفُواْ إِنَّهُ لاَ يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ "Makan dan minumlah kalian dan janganlah kalian berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan" (QS. Al-A'raf, Ayat 31) "Tapi bolehkan rainbow cakenya buat isi bekal Afrah nanti di jam istrirahat tempat kerja?" Bunda mengangguk dan tersenyum kearahku. "Iya sayang tentu. Cepat habiskan sarapanmu ya. Jangan sampai telat bekerja apalagi korupsi waktu." "Iya Bun." "Asalamualaikum." "Wa'alaikumussalam. Masuk." salam Bunda dengan ramah. Suara derap langkah kaki terdengar. Aku menoleh ke asal suara dan seorang wanita cantik berdiri didepanku. Aku menatapnya dari ujung kepala hingga ke ujung kaki. Wanita itu manis. Berhijab. Kulitnya putih. Pipinya tirus. Memiliki bibir tipis dan bermata lebar. "Ya Allah. Dia cantik sekali. Seperti boneka." ucapku dalam hati. "Oh nak Fara. Ada apa ya?" "Jadi namanya Fara?" ucapku lagi dalam hati. Kalau boleh jujur aku baru melihatnya hari ini. "Em maaf Bu menganggu. Ini.. dari Mama. Katanya buat Ibu dan sekeluarga." Aku melihat si Fara itu menyerahkan rantang berisi makanan didalamnya. Dengan senang hati Bunda menerimanya. "Alhamdulillah makasih ya nak. Katakan pada Ibumu, insya Allah malam ini kami sekeluarga akan datang ke acara syukuran dirumahmu. Ah iya, kenalkan ini putri Ibu. Namanya Afrah." Aku berdiri lalu bersamaan dengannya. Dia terlihat tersenyum denganku. Sebuah senyuman yang ramah. Sepertinya dia wanita yang tidak sombong dibalik kecantikan wajahnya. "Hai Afrah. Salam kenal. Aku Fara. Kapan-kapan main kesebelah ya." Aku hanya mengangguk. Kami pun sedikit basa-basi bersama Bunda sampai akhirnya jam kerjaku tiba. Aku segera berpamitan dengan Bunda dan Fara. "Hati-hati di jalan Afrah. Jangan ngebut naik motornya." "Insya Allah Bunda. Em Fara. Aku pergi dulu ya. Maaf aku harus bekerja sekarang. Asalamualaikum." "Wa'alaikumussalam nak." "Wa'alaikumussalam Afrah." **** Restoran Keluarga Delicious by Fikri. Pukul 13.00 Siang. Jakarta Utara. "Totalnya Rp. 245.800 kak." Aku menunggu salah satu pengunjung restoran membayar tagihan semua makanannya setelah aku menerima bill darinya. Suasana restoran hari ini Alhamdulillah sangat ramai bertepatan jam istrirahat kantor dan jam makan para pekerja. Restoran yang menjadi tempat bekerjaku kali ini memang berlokasi strategis dekat dengan area perkantoran gedung-gedung tinggi. Dinas pemerintahan dan pusat perbelanjaan. Harga makanan di restoran ini juga terjangkau. Jadi tidak perlu takut dengan harga makanannya yang terbilang mahal. Apalagi dilantai 2 diatas. Tempat kedai khusus es cream untuk para penyuka es cream. "Ini uangnya Mbak." Aku menerima uang sebesar Rp.250.000 itu dengan senyuman ramah lalu tidak lupa mengembalikan uang kembalian beserta struk pembayarannya. "Terima kasih Kak. Selamat datang kembali." Dia tersenyum kearahku. Aku menatap kepergiannya. Sepertinya dia seorang pekerja dinas disekitar sini yang memakai pakaian hijab dan seragam PNS waskat. Lalu tatapanku beralih kesebuah meja besar yang memang sudah direservasi sejak 2 jam yang lalu oleh temanku yang menjadi pelayan direstoran ini. Saat ini meja besar itu sudah di huni dua keluarga besar. Ada dua orang ibu pria paruh baya. Seorang pria- Ya Allah. Bukankah itu Pak Fikri? Lalu aku beralih melihat seorang wanita yang ada di hadapannya. Masya Allah. Dunia ini sempit ya. Aku tidak menyangka wanita itu adalah Fara. Tetangga sebelah yang baru pindahan dan mendatangi rumahku tadi pagi. Tatapanku kini terfokus oleh dua orang anak disana. Pak Fikri sedang memangku bayi. Sepertinya berusia 7 bulan. Lalu ditengah-tengah antara Pak Fikri dan Ibu paruh baya itu ada bocah kecil kisaran umur 5 tahun. "Santai Mbak natapnya!" Aku terkejut lalu menoleh kesamping. "Mbak Jihan! Ya Allah. Jantung Afrah rasanya mau copot." ucapku sambil mengelus d**a. Mbak Jihan tertawa geli. Mbak jihan teman kerjaku juga. Posisinya sebagai pelayan pengantar makanan di restoran ini. "Habis lihatin Pak Fikri ya Mbak Afrah?" "Ha?" Tiba-tiba aku gugup. Lalu aku berdeham. "Em itu-" "Mbak lihat deh wanita yang ada di hadapan Pak Fikri itu. Masya Allah. Cantik ya Mbak." Aku kembali menatap Fara. Iya. Dia memang cantik. Apalagi saat tersenyum. Pak Fikri dan Fara seperti terlihat pasangan yang serasi. "Kata temen-temen yang ada disini, wanita itu calon istrinya Pak Fikri Mbak. Nah anak-anak yang ada disana, itu anak angkat Pak Fikri." "Anak angkat?" ucapku tak menyangka. "Iya. Anak angkat." jelas Mbak Jihan lagi. "Aku tahu dari Masku Mbak. Kakakku itu bekerja di perusahaan Pak Fikri. Nah wanita itu juga satu perusahaan dengannya. Isu nya sih sempat mau jadi sekertaris Pak Fikri. Tapi ternyata tidak." "Bahkan aku mengira kedua anak itu adalah anak Pak kandung Pak Fikri." ucapku pelan. "Jangankan anak. Menikah saja belum Mbak. Bayi yang berusia 7 bulan itu namanya Fauzan. Nah yang 7 tahun itu kakaknya Fauzan. Namanya Faisal. Makanya dong Mbak. Follow akun i********: Pak Fikri. Biar tahu kalau dia itu bujangan tampan." "Apa katamu tadi Mbak? Ins.. sagram. Apa itu sagram?" Aku melihat raut wajah Mbak Jihan yang menatapku tak percaya. "i********: Mbak Afrah. i********:. Ituloh, akun sosial media. Mbak tidak punya?" Aku menggeleng pelan. Lah aku memang tidak punya. Itu apa sih? Aku baru dengar. "Yaudah. Sini deh mana ponsel Mbak Afrah. Saya follow in Pak Fikri. Ah kalau perlu akun i********: saya juga ya Mbak sekalian. Hahaha." Aku mengeluarkan ponselku kearahnya lalu ia menepuk jidatnya lagi. "Mbaaaaak!!! Sampean ini gimana toh? Lah ini ponsel jadul jaman dulu ya mana bisa Mbak!" Aku hanya menghedikan bahu tidak perduli. Kan dia tanya ponselku. Iyakan? Salahnya dimana? Tapi itu semua tidaklah penting. Tatapanku kini beralih ke arah meja keluarga besar itu. Seketika hatiku rasanya sedih. Yahh.. Pak Fikri sudah ada yang boking dong? Ya Allah, hambaMu yang jomblo fisabilillah ini harus gimana? "Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang k**i dan suatu jalan yang jelek" (Al Qur'an Surat Al Isra 32) *** Sabar ya Afrah Tapi emang ya, dunia itu sempit. Tetangga sebelah malah calon istrinya Fikri
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD