"Terima kasih untuk hari ini, semoga hari kalian menyenangkan." Mr. Mike akhirnya mengakhiri kelasnya. Letty berdiri dari sana.
"Kau mau ke kantin?" tanya Calum. Dia sedari tadi berada bersama Letty.
"Ya, tentu." Letty tersenyum. Sepertinya dia akan akrab dengan Calum sebab Letty masih butuh banyak menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya.
"Hei, nona."
"Ck!" Letty memutar bola mata saat melihat siapa yang memanggilnya.
Alex berjalan lalu dia berhenti tepat di depan kursi Letty. Alex tersenyum tapi Letty malah memasang wajah cemberut. Alex menggeleng pelan lalu kemudian dia mengulurkan tangannya.
"Ayo berkenalan lagi," ucap Alex. Letty hanya menatap tangan Alex dengan tatapan malas. "C'mon, i know you're good girl," bujuk Alex.
"Hei bung, dia tidak ingin berkenalan denganmu." Calum mencoba menegur Alex. Sebagai pria Alex seharusnya bisa lebih menghargai Letty.
"Kau siapa?" ucap Alex sambil menatap Calum dengan menaikkan setengah alisnya.
"A- aku ...." Calum memutar wajahnya menatap Letty tapi fokus Letty sedang berada pada pria di depannya yaitu Alex. "Aku temannya Letty," ucap Calum.
"Cih!" Alex memutar wajahnya. "Kau bahkan baru duduk dengannya selama satu jam. Hei bung," Alex memajukkan wajahnya untuk lebih dekat dengan Calum. "Lebih baik kau urus buku-bukumu dari pada berusaha mendekati wanita," ucap Alex. Dia menatap Calum dengan tatapan merendah.
Letty mengerutkan keningnya namun dia tidak berniat menegur perkataan Alex.
"Apa yang kau tunggu? Pergi!" ucap Alex.
Calum merasa terintimidasi dengan tatapan Alex. Terlebih perkataan Alex menghancurkan rasa percaya diri Calum. Oke, Alex anak pengusaha kaya raya, dia tampan walau tidak terlalu tinggi tapi dia punya badan atletis, wajah eksotis dan penampilan yang sangat menarik sedangkan Calum?
'Dia bahkan tahu aku seorang kutu buku.' Batin Calum. Dia akhirnya memilih untuk mengalah.
"Sampai ketemu lagi Letty," ucap Calum.
"Hei Cal," panggil Letty. Calum berbalik, dia kembali menatap Letty. "Aku ikut denganmu," ucap Letty. Dia kembali menatap Alex dengan tatapan sinis sebelum dia pergi dari sana.
Alex menggelengkan kepalanya. Dia tidak habis pikir. Bisa-bisanya dia mendapat penolakkan.
"Astaga, sepertinya kantor memang jauh lebih menyenangkan dari pada kampus. Aku jadi merindukan b****g Tiana," gumam Alex. Dia berdecak kesal sebelum akhirnya pergi dari sana.
***
Letty berada di kantin bersama Calum. Mereka mengambil makan siang lalu memilih salah satu tempat dekat jendela.
"Asalmu dari mana, Cal?" tanya Letty sebelum memasukan kentang goreng di mulutnya.
"Irlandia," ucap Calum. Letty mengangguk lalu kembali memasukkan makanan ke mulutnya. "Kalau kau?"
"Aku, hmm ..." Letty menjeda kalimatnya, mengulum senyum sambil menghayal. "Northampton," ucap Letty.
"Aku dari London," ucap Seseorang. Dia baru saja tiba dan langsung duduk di samping Letty.
Letty mengerutkan kening. Terlebih saat orang itu baru saja mencuri kentang goreng di piring Letty.
"Kau?"
"Hai, lagi." Pria itu tersenyum. Letty dan Calum kompak memutar bola mata.
"Sebenarnya ada apa denganmu?" ucap Letty sambil menatap pria itu dengan tatapan malas.
"Simple, i just want to know each other with you. Apakah itu sulit?" ucap pria itu.
"I already know who you are, Mr. Oliver," ucap Letty. Dia kembali fokus pada makanannya sementara Calum menjadi satu-satunya orang yang merasa terabaikan disini.
"Tapi aku belum tahu siapa namamu, nona." Alex kembali mencuri makanan Letty dan kali ini dia mengambil burger milik Letty.
"Oh my ... seriously?" Letty menggeleng sambil melayangkan tangan kanannya ke udara. "Apakah tuan CEO tidak punya uang untuk sekedar membayar makan siang?" cibir Letty.
Alex tersenyum. Dia senang sekali melihat wajah Letty yang menjadi merah padam. Terlebih saat Letty sedang kesal, telinganya yang terlalu putih akan berubah warna menjadi kemerahan dan itu menggelitik Alex.
"C'mon, tell me what's your name," ucap Alex lagi. Dia tidak mau berhenti menatap Letty dan itu membuat Letty tidak nyaman.
"Letty Murphy," ucap Letty.
"Letty?" ulang Alex. Dia mengerutkan keningnya. "Aku kenal nama itu," lanjutnya.
Sontak Letty berhenti memasukkan makanan ke mulutnya. Dia menegang. Sepertinya Alex mulai ingat siapa dia.
"Apakah ... kita pernah bertemu sebelumnya? Maksudku di tempat lain selain London?" tanya Alex.
Letty menelan ludah dengan susah payah. Mereka memang pernah bertemu sebelumnya bahkan Letty tidak bisa melupakan kejadian itu tapi, saat itu Letty masih seorang Letty Van Der Lyn. Dia yakin jika dia sudah cukup merubah penampilannya. Bahkan Chester hampir tidak mengenali Letty. Tapi, bagaimana bisa Alex mengingatnya?
"No," jawab Letty sambil memberi tatapan tidak menyenangkan kepada Alex.
Alex memanyunkan bibirnya. "Hei Cal," dia beralih menegur Calum. Oh astaga, Calum merasa sedikit senang sebab akhirnya ada yang mengenalinya di sini. Beberapa saat yang lalu Calum merasa seperti bayangan yang tidak terlihat.
"Hei ...." Letty berteriak kecil saat Alex tiba-tiba mengambil minumannya dan menyeruput minuman Letty tanpa ijin.
Alex tersenyum lalu dia kembali memberikan seloki itu pada Letty. "Kau akan suka ini, cobalah," ucap Alex sambil menyodorkan seloki itu di depan wajah Letty.
"Ck! Assh—" ucapan Letty terhenti saat Alex tiba-tiba menyumbat mulut Letty dengan telapak tangannya.
"Anak gadis tidak boleh mengumpat," ucap Alex.
Letty melotot pada Alex. Dia meraih tangan Alex lalu menghempaskannya. "Enyalahlah!" maki Letty. Dia berdiri dengan kasar dari tempat duduknya.
Letty berbalik namun karena buru-buru dia sampai tidak melihat ke sekeliling, sialnya seorang pria berbadan besar sedang berlari. Dia tidak bisa menahan dirinya dan akhirnya menabrak tubuh Letty bertepatan saat Letty memutar tubuhnya.
"Auh ...."
"Eh?"
Pria itu meringis. Badannya yang besar terlempar bahkan sampai terjatuh. Sedangkan Letty terlihat sangat santai bahkan tidak bergeming dari tempatnya.
"f**k, aku seperti menabrak tembok," gerutu pria berbadan besar yang tengah terkapar di atas lantai.
Cepat-cepat Letty berdiri dan menghampiri pria itu. "Are you okay?" tanya Letty sambil mengulurkan tangannya. Pria itu meraih tangan Letty. Letty menarik tangan pria itu dengan santai hingga pria itu berdiri. "I'm sorry," ucap Letty sambil memasang wajah bersalah.
"Ah ... tidak apa-apa, lagi pula itu salahku," ucap pria itu. Letty tersenyum dia menjabat tangan pria itu untuk sekedar mempertegas rasa bersalahnya.
"Damn it! Gadis seperti apa yang memiliki tubuh sekuat tembok," gumam pria itu sambil berjalan menjauhi Letty.
Sementara di sisi lain, Alex dan Calum terlihat tercengang. Bagaimana tidak, mereka menyaksikan sendiri bagaimana pria berbobot sekitar sembilan puluh kilogram menabrak Letty yang beratnya sekitar lima puluh kilogram tapi malah pria gendut itu yang terlempar.
"Ck ... ck ... ck." Alex berdecak kagum sambil menggeleng pelan. "I think i falling in love with this girl," gumam Alex. Dia tersenyum sambil menatap punggung Letty yang perlahan menjauh dan menghilang dari balik pintu keluar.
"Ehem!" Calum berdehem. Alex kembali menatap Calum.
"Hei Cal, mulai sekarang kau tidak boleh duduk di dekat gadis itu," ucap Alex.
"Kenapa?" sangkal Calum.
"Karena aku yang akan ada di sampingnya dan itu mutlak," ucap Alex. Dia meraih seloki Letty tapi juga mencuri kentang goreng di piring Calum lalu Alex berdiri sambil tersenyum dan meninggalkan Calum.
_________________
To be continue