Letty meraih apel di atas meja kemudian meraih kunci mobilnya. Pagi-pagi benar dia bangun setelah semalaman mengerjakan tugas kampus. Berkali-kali dia mendengus kesal saat Letty berusaha memahami mata pelajaran yang di berikan dosennya. Oh, jangan salah Letty memiliki tingkat kecerdasan di atas rata-rata dan jangan lupa jika dia lulus sebagai siswa dengan nilai akademik terbaik di sekolahnya dulu.
Hanya saja, sekarang Letty seolah tidak b*******h lagi ketika memikirkan nilai mata pelajaran. Dia ingin fokus, tapi bayangan untuk menghancurkan sindikat mafia nyatanya lebih menarik perhatian Letty. Terlebih, belakangan ini Fredrick masih belum memberinya misi. Pasti Scarlett dan Jhony sangat menikmati pekerjaan mereka sebagai mafia. Entah sudah berapa banyak mereka menjual barang haram sementara Letty masih terjebak di dalam apartemennya.
Letty membuang napas panjang. Setelah selesai memakai sneakers gadis itu lalu bersiap meninggalkan apartemennya.
"Good morning,"
"What the f**k!" Letty mengumpat. Jelas dia terkejut. Bagaimana bisa seseorang sudah berada di depan pintu rumahnya.
"Your language, Miss ...."
"Apa yang kau lakukan di depan pintu rumahku?" Letty memekik sambil mengerutkan dahinya, dia menatap sinis pria yang sedang berdiri sambil melipat kedua tangannya di d**a.
"Hmm ..." Pria itu mengulum bibir sambil memutar wajahnya. "Anggap saja kunjungan pertama," ucapnya.
"Kunjungan pertama?" ulang Letty. Dia menggeleng pelan lalu beralih memutar tubuh untuk menarik pintu rumahnya. Setelah itu, Letty berbalik lagi dan melangkah meninggalkan pria itu.
"Hei, Miss Murphy," panggilnya.
"Ya, tuan Oliver," sahut Letty tanpa melihat lawan bicaranya. Dia terus saja berjalan tanpa mempedulikan orang yang sedang memanggilnya.
"Alex, tolong panggil aku Alex."
Letty memutar bola mata. "Oke, Alex, what do you want?" ucap Letty. Matanya sibuk menatap deretan angka di atas pintu lift. Alex berdiri di samping Letty. Dia ingin Letty melihatnya lalu dia berpindah. Alex menyandarkan tubuhnya di depan pintu lift yang tertutup sambil melipat tangannya di d**a.
"Ms. Murphy," panggil Alex lagi. Dia menatap Letty dengan tatapan menyelidik. "Apakah kita pernah bertemu sebelumnya? Mungkin di tempat lain. Pernah?"
Letty berdecak kesal tepat saat pintu lift terbuka. Dia melewati Alex dan langsung masuk di dalam lift. Letty mengambil tempat di belakang untuk bersandar sementara Alex berdiri di depannya. Alex menatap Letty sambil mengerutkan dahi. Jari telunjuknya mengusap dagunya. Dia berusaha keras mengingat wajah Letty.
"Jadi dimana?" tanya Alex.
"Apanya?" ketus Letty.
"Our first meet," ucap Alex.
Letty membuang napas sambil memutar bola mata. "We've never met before, okay? Sekarang menjauh. Beri sedikit jarak. Astaga kau terlalu dekat." Letty menggeleng pelan setelah itu.
Alex, bukannya mundur malah memajukkan tubuhnya. Mengambil satu langkah lagi untuk maju mendekat pada Letty. Dia tidak tahu jika yang dia lakukan membuat Letty gelisah. Letty sampai harus menahan napasnya saat Alex semakin memojokkan dia.
"Aku yakin pernah melihatmu di suatu tempat," ucap Alex. Dia mendekat. Sangat dekat lalu dia menaruh tangannya di samping wajah Letty. Letty menegang. Jantungnya tiba-tiba berdetak cepat hingga dia perlu memalingkan wajahnya.
TING
Bersyukur pintu lift sudah terbuka. Membuat Letty memiliki celah untuk melarikan diri dari Alex. Letty harus melakukan itu, sebab jantungnya semakin kuat memukul dadanya. Dia sendiri bingung kenapa dia harus gugup padahal Alex hanya bertanya.
Alex masih di dalam lift, perlahan dia memutar tubuh, mengangguk-angguk kecil sambil mengulum bibir tanpa melepaskan pandangannya pada Letty. Alex berlari kecil saat melihat Letty hendak masuk di mobilnya. Cepat-cepat Alex meraih pintu kanan mobil dan masuk kedalam mobil Letty.
"Eh?" Letty mengerutkan dahi saat melihat Alex tiba-tiba sudah berada di kursi penumpang. Letty tidak berucap apa-apa. Dia hanya mengangkat kedua tangannya di depan d**a sambil melotot pada Alex.
"Bukankah kita satu tempat tujuan? Imperial College," ucap Alex santai.
Letty tergelak. "Apakah tuan CEO tidak punya mobil? Ayolah ... kau punya porche dan kau juga senang ngebut di jalanan," gerutu Letty.
Alex tidak peduli. Dia malah meraih seat belt lalu tanpa permisi dia langsung memakainya. Setelah itu Alex kembali memutar wajahnya menatap Letty.
"Kenapa?" Giliran Alex mengangkat kedua tangannya di depan d**a.
Letty mendengus. "Kau pikir aku supirmu?" ucap Letty.
"Aku tidak menganggapmu begitu. Tapi, jika kau mau aku bisa memikirkannya. Dipikir-pikir aku tidak punya supir perempuan," ucap Alex. Seringaian muncul di bibir aroganya setelah itu.
Letty terkekeh sinis. Dia menggeleng. "Ya Tuhan, kau sangat arogan Mr. Oliver," ucap Letty.
"Dan kau sangat misterius nona Murphy," balas Alex.
Letty menatap Alex dengan tatapan sinis. Dia membuang nafas kasar, menggeleng pelan sambil melayangkan tangan ke udara. "Ck!" Berdecak sebentar lalu akhirnya Letty memutar kunci mobil dan langsung menginjak pedal gas.
"Kau suka musik rock?" tanya Alex.
"Bukan urusanmu," ketus Letty.
Alex mendecih. "Serius, aku sedang mencoba berkenalan denganmu, nona." Alex memutar tubuhnya ke samping menghadap Letty. Tangannya di — sandaran kursi untuk menopang wajahnya. Alex menatap Letty.
Letty menggerutu di dalam hatinya. Dia mulai gugup terlebih saat Alex tidak mau berhenti menatapnya. Mata Letty mulai tidak fokus. Berkali-kali dia menekan tombol klakson padahal jalan di depannya tidak begitu padat. Duduk Letty juga makin gelisah. Letty menambah suhu pendingin mobilnya sebab wajahnya mulai terasa panas.
"Kau mulai gugup," goda Alex. Dia begitu menikmati pemandangan di depannya. Akhirnya dia tahu jika sebenarnya Letty juga menyukai pesonanya namun Letty malu-malu untuk mengakuinya.
"Si, siapa? Ak-aku? Ti-tidak." Letty menggagap.
"Astaga ...." Alex menggeleng pelan sambil tersenyum sumringah. "Tenang saja, kau bukan satu-satunya gadis tersipu saat melihatku," ucap Alex.
Sontak mulut Letty menganga. Matanya melotot. 'Astaga, bagaimana bisa dia begitu percaya diri.' Batin Letty.
Mereka akhirnya tiba di area kampus. Alex tidak bicara lagi. Dia lebih sibuk mencari-cari dalam otak berkaratnya sekiranya dimana dia pernah melihat Letty namun sampai mereka turun di mobil, Alex tidak mendapatkan yang dia mau. Letty juga tidak mau memberitahu atau memberi petunjuk. Letty terlalu menjunjung harga dirinya.
"Hari ini kau mau kemana?" tanya Alex. Dia masih terus menempel pada Letty seperti ulat bulu.
"Tidak tahu," ucap Letty.
"Bagaimana kalau kau ikut denganku?"
DEG !
Jantung Letty memukul sekali tapi kuat dan seperti berhenti selama dua detik. Apa-apaan perkataan Alex barusan. Letty memutar tumit dan kembali melangkah mencari ruangan kelasnya.
"Kau bukan dari London yah?" tanya Alex. Mereka berjalan berdampingan.
"Hmm," sahut Letty.
Alex mengangguk. Mereka akhirnya tiba di kelas mereka.
"Hai, Cal." Letty menyapa Calum. Pria itu tersenyum sambil membalas sapaan Letty namun sedetik kemudian senyumnya menghilang saat melihat siapa yang berdiri di belakang Letty.
Alex memberi isyarat dengan keningnya supaya Calum segera beranjak dari tempat itu. Terpaksa Calum berpindah. Letty memutar kepala saat tahu alasan Calum pindah tempat.
"Ck! Kenapa kau seperti parasit, hah?" ucap Letty sarkasme. Alex tidak menjawab dan hanya menaikkan kedua bahunya.
****
Kelas berakhir saat Mrs. Lenore meninggalkan ruangan kelas. Letty kembali memasukkan iPadnya kedalam tas. Letty mengerutkan kening saat melihat ponselnya menyala. Sepertinya ada pesan. Tertulis nama Cade di sana. Dia menanyakan keadaan Letty. Letty tersenyum dan membalas pesan Cade. Letty bilang jika dia baik-baik saja dan dia ingin menemui Cade lalu sedetik kemudian Letty kaget saat menerima pesan yang berisi foto Chester.
"What?" Letty memekik pelan saat melihat latar di belakang tubuh Chester. "Dia di London?" gumam Letty.
"Siapa?"
"Chester," ucap Letty lalu sedetik kemudian dia mengerutkan kening saat tahu suara siapa yang barusan bertanya padanya. Letty langsung memutar wajahnya. "Kau lagi," ucap Letty.
"Ya, aku. Kau pikir siapa lagi," ucap Alex. Dia sangat penasaran dengan isi pesan Letty yang membuat dia terus tersenyum. "Siapa Cade? apa dia pemeran Transformers?" tanya Alex.
Letty menggeleng. Dia terlalu sibuk membalas pesan Cade jadi dia tidak menggubris ucapan Alex. Letty langsung meraih tasnya saat Cade mengirimkan lokasinya.
"Hei kau mau kemana?" Alex buru-buru mengambil tas dan menyusul Letty. "Hei ...."
Letty terlalu terlalu senang dan tidak sabaran untuk bertemu sahabatnya itu. Bergegas dia menuju area parkir.
"Tunggu," Alex menahan pintu mobil saat Letty hendak membukanya.
Letty menarik napas panjang lalu dengan malas dia memutar wajahnya menghadap Alex.
"Kau tidak bisa menumpang di mobilku lagi. Aku belum ingin kembali ke apertemen. Carilah taksi, atau ... kau bahkan tidak punya uang untuk membayar ongkos taksi?" ucap Letty sambil menatap Alex dengan tatapan sinis.
"Terserah. Aku tidak perlu memberikan alasan. Semua orang tahu siapa aku dan sebesar apa kekayaanku," pamer Alex. Letty tersenyum kecut.
"Kalau begitu pergilah dan cari kesenangmu sendiri, oke?" ucap Letty.
"Aku sedang mencari kesenanganku," ucap Alex.
Letty mengerutkan dahi lagi. "Padaku?" ucap Letty sambil menunjuk wajahnya.
Alex hanya memanyunkan bibir, menggeleng pelan lalu mengangkat kedua tangan di d**a. "Not too bad," ucap Alex.
Letty menggeleng lagi untuk kesekian kalinya lalu melayangkan tangan ke udara. "I don't care with you," ucap Letty lalu dengan cepat dia masuk ke mobil. Menutup pintu mobil dengan cepat lalu menguncinya.
****
Letty menuju salah satu coffee shop yang letaknya tidak jauh dari kampusnya. Dia bergegas turun ke mobil setelah memarkirkan mobilnya. Letty melayangkan pandangan menyapu seisi ruangan lalu akhirnya matanya menangkap sosok pria dengan balutan pakaian serba hitam lalu di lapis dengan overcoat berawarna coklat. Dia tengah melambaikan tangannya ke arah pintu masuk. Letty tersenyum dan bergegas menghampiri Chester yang sedang menantinya sambil memasang senyum sumringah.
"Hei ...." Letty meraih tubuh Chester lalu memeluknya erat, keduanya saling melepas rindu. "Aku sangat merindukanmu, dumbass," ucap Letty.
Cade terkekeh. Mereka melepas pelukan lalu Letty duduk di depan Chester. "Aku sudah pesankan cappucino dengan s**u almond dengan tambahan whipe cream," ucap Chester sambil mendorong sebuah seloki ke arah Letty.
Letty tersenyum sambil menerima seloki itu.
"Well ... wanna tell me about your day as Letty Murphy?" ucap Chester. Dia lanjut meminum Amricano miliknya.
Letty hanya menaikkan kedua bahunya. "Nothing special," ucap Letty. Dia memilih untuk menyeruput minumannya.
"Kau menikmatinya?" lanjut Chester bertanya
"Sedikit," jawab Letty. "Ohya," Letty memajukan badannya. Wajahnya berubah serius membuat Chester penasaran. "Cade, apa sejak dulu kau juga tahu jika ayahku seorang mafia?"
Chester menelan Americano-nya dengan susah payah. Wajahnya berubah tegang, dan dia tidak sanggup mengatakan yang sejujurnya. Cade membawa selokinya perlahan ke meja. Tangannya terlipat dan kepalanya tertunduk.
"Maaf, aku dilarang untuk mengatakan apa pun," jawab Chester.
Letty tentu mengerti maksud perkataan Cade. "Tidak apa-apa Cade. Aku mengerti posisimu. Aku tidak marah, aku juga tidak kecewa. Semenjak tahu jika ayahku seorang mafia, aku jadi tahu hal-hal apa yang bisa dia lakukan untuk menunjukkan kekuasaannya. Dia mengendalikan semua orang," ucap Letty. Dia lanjut menyeruput minumannya.
"Ayahku juga terlibat dan sekarang kau pun terlibat," ucap Chester.
Letty mengangguk-anggukkan kepalanya. "Cade, jika kau punya pilihan apakah kau akan memilih untuk setia pada ayahku atau setia padaku?" tanya Letty.
Chester mengerutkan dahi. "Tentu saja pada keduanya," jawabnya singkat.
Letty menggeleng lagi. "Tidak Cade, kau harus memilih satu di antara kami," ucap Letty.
Chester terkekeh. Dia menggeleng pelan lalu perlahan menarik dirinya ke belakang. "Apa ini? Aku seperti seseorang yang terlibat cinta segitiga," ucap Chester.
"Pilihanmu menentukan jalanmu selanjutnya Cade," ucap Letty.
Mereka bertatapan. Cade cukup yakin jika Letty tengah serius saat ini. Namun, mengapa dia harus memilih antara Fredrick dan Letty? Keduanya majikan Chester, bagaimana dia harus memilih?
"Ayo, katakan." Letty terus mendesak Chester untuk membuat pilihan. Sebenarnya Letty ingin tahu, siapa saja anak buah loyal milik Fredrick selain Jhony dan Scarlett. Dia harus mencurigai semua bawahan Fredrick termasuk Chester sahabatnya sendiri.
"Aku akan setia padamu," jawab Chester setelah merenung beberapa detik.
"Benarkah?" tanya Letty lagi sambil mengangkat setengah alisnya.
Cade mengangguk dengan yakin. "Ayahmu menyuruhku menjagamu seumur hidupku. Jadi kau adalah tuanku, dan perkataanmu adalah perintah bagiku," tutur Chester.
Letty mengangguk-angguk lalu kembali menyeruput cappucino-nya. "Kalau begitu, mulai sekarang kau berhenti jadi kriminal," ucap Letty.
Chester bingung lagi. "Makdumu?" tanya Chester.
Letty memajukan wajahnya. Dia merapat pada Chester. "Mulai sekarang, kau dan aku. Kita akan bubarkan sindikat itu."
"Apa?!" Chester memekik. Letty tersenyum kecil melihat ekspresi Chester.
"Kenapa? Apa kau lebih memilih seumur hidupmu menjadi anak buah seorang Fredrick Van Der Lyn dan menjadi mafia seperti dia? Cih ... aku tidak sudi," ucap Letty. Dia merebahkan punggunya ke sandaran kursi.
"Tapi ... Letty, itu sama saja kau menghianati ayahmu sendiri," ucap Chester. Dia sungguh tidak bisa percaya dengan semua ini.
"Ya Cade, kau benar. Aku akan menghianati ayahku dan jika kau juga menepati janjimu untuk setia padaku maka kau juga akan menghianati ayahmu. Bagaimana? kita akan menjadi pasangan penghianat orang tua," ucap Letty santai. Kedua keningnya saling bertautan menatap Chester, seolah dia baru memberi ide yang bagus pada Cade untuk menghianati ayah mereka.
Chester menarik napas panjang, menepuk jidatnya sambil menarik dirinya ke belakang. "What crazy thing are you trying to do, Letty?" gumam Chester.
Letty melepas selokinya saat minumannya sudah habis. Dia membawa kedua tangannya di atas meja lalu bersiap memberi Chester penjelasan.
"Kau dan aku," Letty menunjuk dirinya dan Chester bergantian. "Kita akan buat tim lain, maksudku kita akan buat sebuah tim untuk bisa masuk ke dalam Black Glow. Menyusup di antara mereka lalu melakukan sabotase dan boom ...." Letty melayangkan kedua tangannya di udara. "Kita bubarkan mereka," lanjutnya.
Chester terkekeh mendengar perkataan Letty. Dia bahkan menggeleng tanda tak percaya. Perkataan Letty benar-benar menggelitik telinganya.
"Apanya yang lucu, Cade?" ucap Letty.
Chester mengusap hidungnya dengan jari telunjuknya sebelum dia memajukan badannya mendekat pada Chester. "Kau pikir Black Glow hanya sebuah sindikat biasa, hah?" ucap Cade.
Letty menggeleng. "Aku tahu mereka teroganisir dan aku cukup yakin kau bisa menjelaskan padaku bagaimana seluk beluk Black Glow," ucap Letty.
Cade berdecak sebentar lalu membanting punggungnya ke sandaran sofa. "Mereka terbagi dalam beberapa teritori yang masing-masing punya tugas khusus."
"Kalau begitu kau bisa menjelaskannya perlahan," Letty terus bertanya. Dia jadi sangat penasaran dengan sindikat ayahnya.
Cade memajukan badannya lagi. Dia menaruh kedua tangannya di atas meja seperti yang di lakukan Letty.
"Mereka memakai istilah sebagai kode yang hanya di mengerti oleh anggota Black Glow. Kudengar tuan besar sudah mengumumkan jika kau akan bergabung dengan Black Glow."
"Lalu?"
"Redfox, tugas mereka adalah menyamar, menyusup dan mengintai. Biasanya ini dilakukan oleh Jhony dan Scarlett mereka punya kelihaian khusus dalam penyamaran."
"Ya, aku sudah melihatnya sendiri. Lalu?" tanya Letty penasaran.
"The squirrel, mereka bertugas untuk mengantarkan paket. Ketua teritorialnya adalah Lamar dan kadang dia di bantu oleh Redfox. Hydra, mereka adalah para Pelobi. Mereka biasanya berbaur dengan para pejabat Negara atau bahkan para pejabat akan meminta bantuan dari mereka,"
"Meminta bantuan?" sergah Letty.
Cade mengangguk. "Black Glow punya racun khusus, dimana racun itu bisa membunuh seseorang dalam hitungan detik. Sebuah racun yang di kembangkan para ilmuan Black Glow, mereka memberi nama racun itu 'hellpoition'. Seseorang yang terkena percikan obat itu akan mengalami kejang di bagian otak. Menurutku obat itu sebenarnya bertujuan untuk menghentikan sel darah yang menuju ke otak lalu membuat semua aliran darah menuju ke jantung, menyumbatnya lalu membuat jantung meledak, collapse. Jika di lakukan autopsi, para dokter akan mengira mereka terkena serangan jantung mendadak dan racun itu berbaur dengan darah manusia hingga tidak bisa terdeteksi lewat alat canggih manapun."
"Hmm ...." Letty mengangguk-angguk mendengar penjelasan Chester. "Kalau begitu apa kau tahu dimana pabrik tempat Black Glow memproduksi barang haram?"
Chester mengerutkan dahi. Dia melirik ke kiri dan kenan sekedar untuk memastikan jika tidak ada orang lain yang bisa mendengar percakapan mereka.
"Aku tidak bisa mengatakannya sekarang. Disini terlalu berbahaya. Tapi, aku yakin sebentar lagi kau akan mengetahuinya. Mengingat kau sudah bergabung di dalam Black Glow."
"Wow ... ternyata aku benar-benar akan berhadapan dengan para maniak," ucap Letty.
Chester mengangkat setengah alisnya. "Sejujurnya aku masih tidak mengerti dengan semua ini, tapi ... melihat ekspresimu, sepertinya kau sudah punya rencana yang besar," ucap Chester.
Letty menggeleng. "Rencana itu nomor dua Cade, yang terpenting adalah kau memiliki tekad yang kuat. Rencana tanpa tekad hanyalah omong kosong belaka dan tekad tanpa rencana adalah hal bodoh. Jadi kau harus bisa memiliki tekad yang kuat untuk mulai menyusun rencanamu," ucap Letty. Dia sangat yakin jika dia akan berhasil meruntuhkan sindikat yang di bangun ayahnya.
Chester mengangguk lagi lalu dia semakin memajukan wajahnya. "Tapi, aku ragu. Maksudku, hanya kau dan aku? Maksudku, kita berdua masuk kedalam sarang mafia paling mengerikkan?" tanya Chester.
Letty tersenyum kecil. "Well ... I will start looking for my own crew. I guess."
_______________
To be continue :)
Tab Love ?