59. Kill Shot

1696 Words
Debur ombak berderu saling menabrak karang. Langit malam di penuhi bintang namun tetap terasa kesunyian di antara kilauan lampu kapal kargo pribadi milik Van Der Lyn. Kapal terus bertolak. Para awak terlihat sibuk namun, tetap saja tak ada satu pun dari  mereka yang tahu untuk apa kapal ini terus berlayar, serta muatan apa yang sedang mereka bawa. Sementara itu di dalam kapal, sedang terjadi pertentangan hebat antara Letty dan Lamar. "Kau tidak bisa sembarangan memasukan orang asing kedalam teritori." Lamar menyolot dengan raut wajah tegas. Tak peduli lagi jika yang berdiri di depannya adalah bos dari bosnya namun, Lamar seolah kehilangan kekuasaannya saat ini. Fredrick memang tegas, namun dia tidak pernah membuat keputusan secara otoriter tanpa pemikiran lebih seperti Letty. Itu menurut pemikiran Lamar. Sementara Letty, sejak tadi dia hanya mendecih. Senyum sinis dan tipis kadangkala menyertai kalimat yang keluar di bibirnya. "Kenapa? Kau meragukan keputusanku? Mereka orang-orang pilihanku. Menolak mereka sama saja menolak diriku." Letty melipat tangan di depan d**a lalu memangku satu kakinya. Matanya terus fokus pada Lamar sementara pria n***o itu sekali lagi harus mengalah pada bosnya. Dia hanya bisa mendesah pasrah sambil mengepalkan tangan. "Aku tidak akan bertanggung jawab jika sesuatu terjadi." "Kenapa kau yang harus bertanggung jawab?" Letty menyelah kalimat Lamar. Dia memajukan wajahnya. Menatap dingin pria n***o di depannya. "Kau hanya ketua teritori, Lamar. Akulah pimpinannya, dan aku yang akan bertanggung jawab atas semua anak buahku," ucap Letty tegas. "Bos," Seseorang memanggil dari atas dek. "Mereka mendekat," ucap pria itu. Lamar menarik napas sambil menarik dirinya kebelakang. Duduk dengan posisi benar, menatap Letty sekali lagi kemudian berdiri dari duduknya. "Siapkan pemindahan barang," perintah Lamar. Anak buahnya mengangguk lalu  Lamar memilih untuk meninggalkan tempat itu bersama anak buahnya. "Cade, apa anak buahmu sudah siap?" tanya Letty melirik kecil kebelakang. Letty masih duduk santai di tempatnya. "Hem ... mereka berada di kabin," ucap Chester. "Ben, Zack," Letty memberi gerakkan kecil lewat kepalanya memberi kode pada dua anak buahnya. Mereka mulai peka dengan kode-kode gerak dan siulan Letty. Sontak keduanya mengambil senjata lalu menyelipkan kedalam jaket mereka. Letty lalu berdiri, menghampiri Mike yang tengah duduk di jendela sambil menjulurkan kaki. Memeluk d**a sambil menatap laut malam. "Mike," panggil Letty. Mike akhirnya memalingkan wajah pada Letty. "Waktunya bergerak," ucap Letty. Pria itu mengangguk kecil. Tak tampak tawa gila seperti biasanya. Kali ini dia benar-benar serius. Seperti pria cerdas pada umumnya. Mike mulai mengeluarkan laptop kecil dari tasnya. Jemarinya langsung sibuk di atas keyboard. "Koordinat terhubung," ucap Mike masih menatap serius layar laptop. "Terkunci," lanjutnya. "Bagus. Saat kuberi aba-aba, langsung lakukan sabotase," ucap Letty. Mike mengangkat jari membentuk huruf O lewat ibu jari dan jari telunjuknya. "Bos," kali ini Zack memanggil. Letty berputar. Tangannya siap menangkap tracking point gun yang di lemparkan Zack padanya. "Ambilkan cruncy," perintah Letty. Zack mengambil teropong kecil dari dalam tas berisi perlengkapan milik bosnya. Mereka segera menuju deck kapal setelah merasa persiapan sudah selesai.  Di atas geladak utama, hanya ada beberapa anak buah lamar. Letty memutar lutut kemudian dia meraih alat yang tersemat di antar retsliting jaketnya. "Mike, kau bisa dengar aku." Letty mengetes alat itu. "Menunggu perintah." Mike mengkonfirmasi dan suaranya sangat terdengar jelas di telinga Letty. Letty lalu bersiul kecil. Dua anak buahnya langsung mengerti arti siulan itu terlebih saat mereka melihat gerak kecil kepala Letty. Kaki jenjang gadis itu mulai menyusuri koridor deck. Menyelip di antara tumpukan kontainer yang tersusun rapi. "Cade, kau bisa dengar aku?" "Warna ungu, suruh dua orang itu ke warna ungu, di blok tiga." ucap Chester. Mereka masih berkomunikasi mengandalkan alat yang di berikan Mike. "Zack, Ben. Ingat, warna ungu." Letty berucap di alat yang tersemat itu. "Roger that," sahut keduanya bersamaan. Mereka berpisah saat Zack dan Ben menemukan kontainer berwarna ungu. Di situlah heroin yang asli. Chester telah lebih dulu memuat heroin palsu kedalam kargo. Mereka menyebut alat itu sebagai alat kamuflase. Letty masih bersiap. Gadis itu tengah mencari tempat paling tinggi untuk bisa mendapatkan posisi yang bagus untuk membidik nantinya. Letty menengadahkan kepalanya melihat jajaran kontainer yang tersusun kemudian dengan lihai dia mulai menaiki satu per satu susunan kontainer itu hingga ke bagian yang paling tinggi. Di bawah sana, anak buah Lamar tengah bersiap memindahkan barang. Chester juga ikut bergabung sekedar untuk mengawasi pemindahan barang. "Buka kopernya." Seperti biasa, akan ada pemeriksaan barang. Kedua orang yang berada paling depan harus membuka peti begitu pun sebaliknya. "Aman." Keduanya mengkonfirmasi jika pesanan sudah sesuai begitu pun dengan uangnya. Di tempat lain, Letty mulai menyetel senjatanya. Memasukan peluru lalu membawa senjata ke besi penyanggah. Mata elangnya kini berfungsi walau tetap dia harus menggunakan teropong untuk bisa memastikan keberadaan Abu Syekh. "Hmm ...." Letty bergumam saat matanya tak menangkap satu pun manusia di bawah sana yang mirip dengan orang bernama Abu Syekh. "Dia tidak akan keluar segampang itu, Letty." "Ohya? kita lihat apa yang akan dia lakukan setelah ini." Letty dan Chester saling mengirim telepati. "Obatnya," ucap salah seorang dari mereka yang berdiri di seberang kapal. Lamar berbalik lalu dia menyuruh salah satu anak buah yang memegang koper berisi 'hell poition'. Anak buahnya lalu melempar sebuah koper yang katanya berisi racun paling mematikan di dunia. Dari arah bersebrangan, ketika semua paket berhasil di pindahkan, salah satu pria timur tengah itu menyuruh rekannya untuk membuka koper. "Mike," Letty bersiap mengirim kode sedang mata elangnya tak lepas mengamati pergerakan di bawah lewat cruncy.  "Apa-apaan ini?" Salah seorang dari mereka menggerutu lalu yang lainnya bergegas menghampiri dia. "Ini bukan obat yang kami mau," lanjutnya. Dia melempar tatapan marah pada pria di depannya yaitu Lamar dan Chester. Lamar sontak heran. Dia  mengerutkan kening lalu beralih menatap anak buahnya. "Apa-apaan kalian?" Lamar mulai marah. Dua anak buahnya mengangkat tangan di depan d**a lalu menggeleng pelan. "Sial!" Lamar memutar pandang menatap Chester yang tengah berdiri di sampingnya. "Apa-apaan ini, Lamar?" Chester berdecak kemudian menggelengkan kepala. Sedang Lamar kembali melempar tatapan kejam pada anak buah yang di percayakannya memegang koper berisi hell poition. "Kami tidak tahu bos. Sejak tadi aku terus memeluk barang itu." Seakan mengerti arti tatapan itu, anak buah Lamar berusaha membela diri. "Hey, Pria hitam ...." teriak seorang lagi dari kapal lawan. Lamar memutar kepala, menatap lurus kedepan sambil mulai merasa was-was. "Serahkan barang yang asli atau semua transaksi malam ini kita batalkan," kecamnya. Lamar semakin heran. Sebenarnya apa yang sedang coba di katakan pria di depannya. Satu sisi tangannya mulai mengepal. Ini belum pernah terjadi sebelumnya. Tidak mungkin Lamar membawa koper yang salah sebab dia hafal betul bentuk koper yang dia bawa dari Miami dan jelas-jelas itu koper yang benar. Tapi, bagaimana bisa isi koper itu berbeda? Siapa yang berniat menyabotase paketnya? "Bos, jangan-jangan ...." Masih di kapal lawan, seorang lagi menghampiri pria yang sejak tadi berusaha meminta perhatian Lamar. Dia membisikkan sesuatu pada pria yang sepertinya bosnya itu. Raut wajah pria timur tengah itu langsung berubah saat salah seorang anak buahnya membuka salah satu paket yang sengaja dia ambil dari tumpukan peti yang baru selesai di pindahkan. "Sial ..." Bos Arab itu berdecak kesal. "Bunuh mereka dan ambil kembali uangnya," perintahnya. Anak buahnya sontak memasang sikap bersiap mengambil persenjataan yang telah sedia di balik pakaian mereka. Sementara di atas geladak Letty tersenyum puas sebab sepertinya rencananya berjalan dengan mulus. "Mike, sekarang." Letty memberi perintah dan jari kelingking Mike telah siap menekan tombol enter dan seketika .... "Hei ...." "Ada apa ini?!" Orang-orang di kapal kargo milik kawanan mafia Arab itu tampak terkaget-kaget sebab tiba-tiba mesin di kapal mereka mendadak mati. Tak ada cahaya apa pun di sana. Letty menggunakan kesempatan itu untuk memancing Abu Syekh. "Dapat!" Letty berucap setelah melihat seorang berpakaian serba hitam. Ternyata telah memantaunya sejak tadi. Dia langsung menembakkan peluru dari jarak yang cukup jauh. DOR !! Suara keras tembakkan semakin memecah kericuhan yang terjadi di malam gelap di atas laut lepas. Letty tersenyum iblis setelah pelurunya berhasil menabrak peluru lawan. Mata elangnya memang sangat jitu. Letty tak menunggu lama untuk mengirimkan tembakan kedua dan tanpa ragu, pelurunya menembus hingga ke lawan. Tampak dari jauh Abu Syekh tengah memegangi pundaknya. "Sialan, meleset!" Letty mengumpat saat pelurunya tidak mengenai jantung lawan. Tak menunggu lama, Letty  kembali mendapat sebuah teror tembakan dari jarak yang cukup jauh. Kali ini Letty hilang fokus hingga  peluru itu hampir menembus pertahanannya. Bersyukur dia sempat bergeser dua inci ke samping. Jika tidak, sudah pasti peluru itu mengenai lengannya. Letty langsung memasang sikap untuk lebih siap —sigap dan siaga. Dia kembali mengangkat senjata. Memicingkan mata sambil menarik napas. Sorot mata elang itu kembali berfungsi dan dalam hitungan detik dia sudah mampu menghadiahkan timah panas pada penembak runduk yang baru saja menerornya. Tak tanggung-tanggung, Letty bahkan membidik semua orang di main deck kapal milik kawanan Abu Syekh. Seperti sebelum-sebelumnya, seperti yang sudah-sudah. Keahlian menembak dengan target satu peluru untuk satu jantung yang dimiliki oleh gadis berdarah Van Der Lyn itu. Seketika peluru-peluru yang melayang indah dan cepat itu mendarat tepat di jantung mereka, orang-orang jahat di bawah sana ... tumbang tanpa perlawanan lebih. "Zack, laporkan." Di tengah konsentrasinya menarik pelatuk, Letty tetap memikirkan isi kontainer berwarna ungu. "Semuanya berhasil di singkirkan," sahut Zack. "Bagus." Letty berdiri. Tanpa penyesalan dan tanpa menunggu lama, dia membidik lalu menembak dengan sedikit brutal. Tak ingin ada yang disisahkan dari senapan yang tengah melahap rakus jantung para kawanan mafia Arab itu termasuk  Abu Syekh. Teroris itu nyatanya tak mampu menahan peluru yang dengan cepat mendarat di pelipisnya saat dia hendak melarikan diri. Sementara di bawah, Chester berhasil melakukan perannya dengan baik. Pria Peterson itu berhasil menipu Lamar dengan pura-pura melindungi Lamar. Mendorong tubuhnya kebelakang sambil terus menembak. Cade berusaha sedapat mungkin agar Lamar tidak menyadari jika ada seseorang yang sedang membidik musuh dari jarak yang cukup jauh dan itu adalah Letty. "All target clear," gumam gadis Van Der Lyn itu. Malam berakhir saat kapal kargo milik kawanan mafia Saudi, berubah menjadi kapal pengangkut jenazah massal sementara di tempatnya, Letty tersenyum puas. Bangga dan kembali merasa merdeka. Satu lagi, kawanan mafia yang berhasil dia lenyapkan. Tiga ton heroin berhasil digagalkan dan di buang ke dasar laut. Hell poition tetap aman tersimpan dan di ambil alih oleh seorang bandit yang sejak tadi berdiam diri di dalam kabin. "Wow ... minuman herbal, heuh? Hahahahaa ...." Mike kembali menjadi sikopat saat menemukan mainan baru. "Benar-benar gadis mengerikan."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD