Jame Flame's Apartemen
10.22 pm
Unit milik Chester Peterson 203.
________________________________
"Bos, kau bisa dengar aku?"
"Iya, Lamar, katakan dengan jelas."
Letty membawa tangannya memperbaiki earphone yang tersemat di telinga sambil gadis itu memberi isyarat dengan jari telunjuknya pada pria berkacamata yang tengah serius berkutat di depan sebuah layar komputer.
"Abu Syekh menanyakan kapan pesanannya akan dikirim. Paket telah lengkap. Hanya tinggal menunggu penjemputan barang. Kapan kapalnya akan tiba?" tanya suara di seberang telepon.
Letty melempar tatapan pada Chester yang tengah memeluk dirinya sambil bersandar pada dinding. Sejak tadi matanya terus bergantian menatap Letty juga beberapa orang yang kini berada di dalam ruangan pribadinya. Chester tak henti mendesis sambil menggelengkan kepala.
"Kami akan terbang malam ini."
"Kami?" Lamar mengulang ucapan Letty. "Bukankah Redfox sedang ada misi?" tanya Lamar menyebut Redfox berarti pasangan Scarlett dan Jhony.
"Aku dan Chester," sahut Letty.
"Bos, sebenarnya kau hanya perlu mengirim kapalnya dan kami akan urus sisanya. Lagi pu-"
"Tidak Lamar," sergah Letty. Lamar sontak terdiam. "Kau lupa jika aku tidak pernah melewatkan satu kali pun transkasi jika aku sedang tidak sibuk? Jika kubilang aku akan kesana, maka kau hanya perlu menungguku dengan sabar tidak perduli seperti apa klienmu terus meneror untuk meminta pesanannya."
Perkataan Letty sontak membungkam mulut lamar untuk tidak melanjutkan tanya jawab dengan bos barunya.
"Baik. Kita bertemu di markas." Lamar memilih untuk menyudahi percakapan di telepon. Pecakapan berakhir saat terdengar bunyi bip kecil di telinga Letty.
"Oke, Mike ..." Letty berjalan menghampiri Mike. Pria itu masih sibuk mengutak-atik keyboard. "Katakan apa yang kau dapat."
"Abu Syekh ... Abu Syekh ...." Pria itu bergumam. Semakin kuat bunyi ketukan yang ditimbulkan jari-jari itu.
"Percuma mencari namanya. Dia seorang teroris elit. Tak mungkin ada jejak identitas lengkapnya di situs internet," ucap Chester. Pria itu masih tidak mengerti mengapa Letty merekrut tiga orang bandit berwajah konyol dengan sifat menyebalkan dan lebih parah dari semua itu adalah Letty menyuruh mereka tinggal satu atap dengan Chester dan itu sangat menyusahkan bagi Chester.
"Dapat!" teriak Mike sambil mendorong kepalan tangannya ke udara. "Abu Syekh, seorang bandar narkoba terkenal di Abu Dhabi. Pria itu sudah di tandai sebagai terorisme namun, sepertinya dia terlibat kerja sama hebat dengan beberapa pejabat disana. Lihat ini," Mike memutar layar monitor menghadap Letty. Chester yang berdiri dalam jarak jauh mulai penasaran. Dia menarik diri dari sandarannya kemudian berjalan menghampiri Mike dan Letty.
"Dia di hukum penjara semumur hidup namun sepertinya penjara tidak bisa menahan dia lebih lama. Dia terlihat di kedai kopi seminggu setelah di fonis penjara, artinya dia memiliki konkesi kuat dengan beberapa orang berkuasa di sana, bisa jadi anggota kerajaan juga terlibat," tutur Mike.
Letty mengangguk perlahan-lahan. "Sepertinya ada beberapa orang yang lebih menyukai bekerja sama dengan teroris dari pada dengan sekutunya," gumam Letty.
Sementara di tempatnnya berdiri, Chester malah termangu-mangu. Dia tidak habis pikir bagaimana cara pria berkacamata ini meretas semua informasi dari internet padahal Chester sudah pernah menyelidiki tentang Abu Syekh sebelumnya namun, media seolah menutup rapat nama itu karena memang rumornya, nama itu sempat membuat salah satu anggota kerajaan Saudi terlibat issu kriminal. Untuk itu nama Abu Syekh pun seolah menghilang dan untuk pertama kali setelah sekian lama, pria Arab itu kembali memesan barang haram pada Black Glow.
"Aku jadi penasaran paket seperti apa yang dia pesan," gumam Letty lagi. Dia memutar pandang menatap Chester sambil mengangkat alis. "Apa Lamar bisa memberitahu paket seperti apa yang dia pesan?"
Chester menggeleng pelan sambil menaikkan setengah bahu tanpa menyahut pertanyaan Letty.
"Pasti salah satu dari paket itu adalah racun mematikan." Letty bermonolog. Keningnya sontak mengerut, mengulum bibir sambil membawa jari telunjuk menepuk-nepuk dagunya. Gadis itu tengah memikirkan sebuah cara. Sepertinya tidak mudah melakukan sabotase pengiriman kali ini. Di tambah, dia harus membuat cara untuk menjadikan Lamar sebagai kambing hitam agar Letty bisa membuat alasan logis untuk menurunkan perforama Lamar di mata Black Glow agar dia bisa memasukan Ben dan Zack ke teritori the squiller.
"Oke, begini rencananya ...." Letty mulai menguraikan isi pikirannya satu per satu dan semua orang di ruangan memasang peka rungu mereka.
"What?!" Chester yang pertama kali memekik. Dia mendengus lalu menggelengkan kepala kemudian melayangkan tangan ke udara. "Itu sangat beresiko, Letty."
"Kau bisa mengatasinya Cade. Seperti biasa, sediakan alat kamuflase seperti sebelumnya."
"Trik lama tidak akan mumpan Letty. Abu Syekh bisa langsung tau jika itu bukan heroin. Lagi pula, bagaimana cara memanipulasi 'hell poition' itu tidak mungkin." Chester berdecak kesal. Satu tangan berkacak pinggang dan satu lagi meremas dahi. Dia mulai terlihat panik sekarang.
"Kalau begitu aku akan gunakan kemampuanku untuk membuat ilusi dan menjebak Abu Syekh."
Chester sontak memutar wajah. Matanya melotot pada Letty.
"Kau tidak bisa sembarang melakukan itu, Letty. Lagi pula ...." Chester mengedarkan pandangannya. Melirik sinis tiga orang lain yang berada di ruangan ini dan tengah memperhatikan mereka berbicara. Tatapan Chester memberi peringatan agar Letty tidak perlu membahas tentang kekuatan yang dia miliki pada orang asing.
"It's oke, Cade." Letty mencoba membuat sahabatnya itu tenang. "Jadi bagaimana? Kau punya rencana lain yang lebih baik?" tanya Letty.
Cade merengut. Pria itu tak bisa menemukan cara lain. Alih-alih memikirkan cara lain, pria itu malah semakin memikirkan resiko yang akan mereka hadapi. Chester berdecak lagi lalu dia menarik tangan Letty. Membawanya keluar dari ruangan itu untuk bisa berbicara berduaan.
"Letty, kau tahu jika semakin kesini semakin besar pula resiko yang akan kita hadapi. Sampai kapan kau bisa menghalangi berita ini untuk tidak tersebar kedalam oraganisasi, hah? Telebih, kau ingin memasukan orang-orang tidak berpengalaman ke dalam organisasi berbahaya. Oke, jika mereka pernah bekerja untuk The Gunz One. Pria bernama Mike itu juga sepetinya terlatih, tapi ... kau harus tahu jika Black Glow — organisasimu itu, memiliki berpuluh-puluh orang handal dan profesional. Letty, maksudku ...."
Chester tak bisa melanjutkan kalimatnya. Dia memalingkan wajah. Menggeleng frustasi sambil berkacak pinggang. Pria itu tengah berada di ambang perasaan cemas berlebihan karena dia tahu bagaimana orang-orang di dalam organisasi bernama Black Glow.
"Tidak, Cade. Aku tetap berada pada prinsipku."
Chester mengangkat pandang menatap heran gadis di depannya.
"Sindikat itu tetap harus di bubarkan dan aku mulai tidak sabar dengan keruntuhan mereka. Jika ada yang harus di lenyapkan besok malam adalah Abu Syekh dan aku akan lakukan apa pun semampuku."
Letty berbalik meninggalkan Chester yang tengah mematung sambil mengepalkan tangannya.
'Kau benar-benar akan membuat sindikat berantakan Letty.' Batin Chester.
Sementara Letty kembali menghampiri Mike dan dua temannya.
"Pesiapkan diri kalian. Mike, untuk malam ini, kau juga ikut denganku. Aku butuh alatmu untuk melacak Abu Syekh," ucap Letty. Mike mengangguk lalu Letty memutar pandang pada dua orang yang tengah duduk berdiam sejak tadi tanpa memberi masukan apa pun. "Ben dan Zack, kalian harus lebih bersiap dari sebelumnya. Karena aku akan segera memasukan kalian kedalam organisasi."
"Wow ... kedengaran sangat menantang," sahut si pria jangkung, Zack.
"Ingat, jangan bertingkah konyol. Yang akan kalian hadapi adalah orang-orang profesional," ucap Letty.
"Hey nona ...." Kali ini Mike bersuara dari tempat duduknya. Senyum iblis tersirat di wajah psikopat itu. "Jangan kau pikir kami ini tidak profesional, yah. Apa perlu kuberikan curiculum vitae agar kau bisa lihat pada siapa saja kami pernah bekerja, dan dari semua itu hanya 0,01% tingkat kegagalan kami. Artinya kami juga sama profesionalnya dengan para penjahat yang memakai jas serba hitam milikmu." Mike menyombong sambil menatap arogan gadis di depannya.
Letty tersenyum sinis menanggapi ucapan Mike. "Wajah iblismu cukup menjelaskan profesimu," balas Letty yang sontak mengundang gelak tawa dari Mike.
"Aku suka gadis ini ...," teriak Mike sambil terus tertawa namun tampangnya seolah memandang rendah gadis yang merupakan bosnya itu. "Zack, Ben, sepertinya dia jauh lebih menyeramkan dari si jalang Jo. Hahahaha ..."
Letty tidak berniat untuk menanggapi omong kosong dari Mike. Lututnya berputar sempurna saat dia pikir dia harus kembali ke unit tempat tinggalnya. Di luar ruangan, Letty mendapati Chester tengah duduk di ruang tamu dengan memegang sebotol minuman keras bermerek dunia.
"Cade, jika kau bimbang, kau bisa tinggal malam ini." Letty berucap sambil terus berjalan melewati Chester kali ini dan lanjut menuju pintu keluar.
"Aku ikut," sahut Chester. Letty melirik kecil ke arah Chester yang tengah asik meneguk mirasnya.
"Kalau begitu segera bersiap. Kita bertemu sepuluh menit lagi," ucap Letty. Tangannya telah siap menarik gagang pintu dan dia keluar dari sana.
Bergegas gadis itu menuju lift. Dia perlu berganti pakaian, mengambil beberapa perlengkapan dan Letty mulai berpikir jika dia perlu membawa senjatanya sebab dia akan menghadapi seorang teroris. Jelas mereka terlatih. Bahkan bisa saja mereka brutal jadi, harus ada persiapan yang matang dari gadis itu selain mengandalkan kekuatan supranaturalnya.
Letty berada di lantai dua puluh dan dia sedang berjalan santai keluar dari lift menuju unitnya. Namun, gadis itu lalu memicingkan mata saat melihat seseorang tengah menyenderkan badan sambil menundukkan kepala dan memeluk tubuhnya sendiri di depan pintu rumah Letty.
"Alex?" gumam Letty saat berhasil mengenali siapa pria itu. Lantas Letty mempercepat langkahnya menghampiri pria yang tampaknya sudah lama menunggu kedatangannya. Terlihat dari wajah suram saat Alex memutar wajah ke arah Letty.
"Apa yang kau lakukan di sana?" tanya Letty saat jarak mereka tinggal beberapa langkah, dia makin menambah tempo geraknya.
Terdengar hembusan napas panjang dari Alex. "Menunggumu," jawab pria itu dengan ekspresi kecewa.
Letty memandang penuh cinta manik coklat itu. Dia membuka kedua tangan meraih pelukan pria yang tengah membuatnya jatuh hati. Sebuah kecupan sayang mendarat di bibir dan pipi Alex yang disambut gembira pria itu.
"Maaf sudah membuatmu menunggu lama," ucap Letty. Dia beralih meraih kunci berbentuk kartu yang ada di kantong belakang celana jinsnya lalu di tempelkannya ke pintu di belakang Alex. "Masuklah," ucap Letty.
Alex melangkah sambil tidak ingin melepas pelukan dengan gadis yang tingginya melebih tinggi badannya. Mereka tersenyum sambil menggesekan hidung ke lawan. Alex menarik pinggang Letty membuat badan gadis itu menempel padanya. Terus berjalan sampai akhirnya Alex membawa tubuh Letty dan mendudukkannya di salah satu booth mini bar karena tempat itu adalah spot pertama setelah melewati pintu masuk.
Keduanya tertawa di depan bibir masing-masing. Letty masih mengalungkan tangannya di kedua sisi pundak Alex sementara pria Oliver itu masih mendekap erat pinggang ramping Letty.
"Kita punya waktu semalaman ini, kan?" bisik Alex.
Letty lalu menarik dirinya. Dia ingat sesuatu kemudian dia menjauhkan wajahnya dari Alex.
"Kenapa?" tanya Alex. Alisnya mulai mengerut seolah bisa menebak apa yang akan gadis di depannya katakan.
"Bukankah kita sudah punya jadwal berduaan? Maksudku, akhir pekan ini." Letty mencoba membujuk Alex lewat tatapan mata memelas berharap trik lama itu akan juga berlaku malam ini.
"Memangnya kenapa? Malam ini juga tidak apa-apa kan?"
Letty memanyunkan bibir namun sedetik kemudian dia malah memeluk erat tubuh pria di depannya.
"Malam ini aku harus kembali ke Northampton. Besok ulang tahun Kakekku. Semua keluarga besar akan berkumpul dan ibuku tidak berhenti mengirim pesan sejak tadi," dusta Letty.
Terdengar decakkan kesal dari Alex. Letty menarik dirinya dari pelukkan Alex. Wajah pria itu langsung berubah masam. Letty masih berusaha membujuk pria itu. Lagi pula dimana sisi arogansinya? Ini bukan Alex. Alexander Oliver tidak mungkin jadi lemah di depan wanita.
"Hah ... kenapa susah sekali berduaan dengan kekasih sendiri."
Sepertinya Alex benar-benar kehilangan wibawanya sebagai pemain wanita. Dia benar-benar tidak bisa menguasai seorang gadis bernama Letty Murphy. Lihat saja, dia menyerah dengan mudahnya.
"Kita akan punya banyak waktu di akhir pekan dan aku janji kau bisa meminta apa pun di akhir pekan."
"Apa pun?" Binar di mata Alexander sambil tersenyum iblis pada Letty. Pria itu mendekatkan bibirnya, meraih ujung bibir Letty kemudian menarik panggul gadis itu membuatnya menabrak sesuatu di bawah sana. Sontak Letty membulatkan mata. Gadis itu mulai menyesali perkataannya barusan.
"Mmm ... aku harus benar-benar memikirkannya dengan baik." Alex menggoda Letty. Bahkan dengan sengaja dia meremas b****g Letty membuat Letty terkikik namun detik selanjutnya Letty malah menempelkan bibirnya pada bibir Alex.
Menikmati pertukaran ludah dan napas sambil tangan Alex tidak mau diam menjelajah punggung Letty. Alex menarik satu sisi paha Letty lalu membawanya ke pinggangnya sambil berusaha menghilangkan semua jarak yang tersisa di antara mereka. Sementara Letty membawa kedua tangan meraih wajah Alex dan menahannya sambil terus memberikan dorongan dengan lidahnya ke dalam mulut Alex.
"Sayang ...." Desahan Alex mulai tak tertahankan saat dia merasakan sesuatu yang mengeras di bawah sana. Alex menarik bibirnya dan mengubur wajahnya kedalam ceruk leher Letty. Menghirup dalam-dalam bagian itu, membuat Letty mengeluarkan erangan panjang.
Alex berlanjut membebaskan Letty dari kameja oversize yang dia gunakan. Membuka dengan tidak sabaran kancing-kancing itu hingga membuat tubuh gadis itu kini setengah telanjang.
"Alex ...."
Letty mulai mengeluarkan desisan yang semakin membakar darah Alex.
Alex meraih d**a Letty dengan bibirnya. Mengubur wajahnya di antara belahan d**a Letty sambil tangannya menyelusup kebelakang berusaha mencari pengait bra lalu melepaskannya dengan buru-buru. Alex menarik benda penghalang itu dan membuangnya ke sembarangan arah. Matanya melahap d**a polos Letty dengan rakus. Alex meraih salah satu dari gundukan daging itu membuat Letty menarik kepalanya, mendongakkan kepala sambil menjambak rambut Alex.
Kelakuan Alex membuat pandangan Letty berputar ketika kini bibirnya telah melahap sempurna salah satu gundukan daging itu. Letty hanya bisa mengerang, mendesah namun tangannya malah menarik tengkuk Alex membuat wajah Alex semakin menempel pada dadanya.
"Baby ...." Letty mengerjap beberapa kali ketika dia sadar jika dia harus menghentikan semua ini namun, tidak. Alex tidak memberinya kesempatan sebab pria itu malah makin gencar memberikan kenikmatan pada tubuh Letty.
Alex menarik wajahnya berpindah kali ini menjilat leher Letty. Gadis itu terus mendesah, dia sendiri tidak bisa menghentikan tangannya untuk tidak menjelajah di tubuh Alex hingga ... dia merasakan ada sesuatu yang berbeda di bawah sana yang tengah menggesek pada pahanya.
Letty menggeleng pelan namun kemudian dia menelan saliva. Gadis itu hampir kehilangan kewarasannya saat Alex mendorong pinggulnya yang berada di dalam kaki Letty. Kejantanannya yang mengeras menabrak kewanitaan Letty. Walau terhalang celana jins tebal, tetap saja Letty bisa merasakannya dan itu membuat Letty bergidik geli lalu akhirnya dia mendorong pelan tubuh kekasihnya itu.
Mereka bertatapan dengan deru napas yang hampir berantakan. Alex masih ingin menjelajah tubuh Letty yang lain namun gadis itu dengan cepat menangkap wajah Alex dan mengurung matanya. Dia tahu jika libido kekasihnya ini sudah menguasainya. Harus ada trik yang dia gunakan untuk menghentikan semua ini yaitu menghipnotis pacarnya.
Letty melakukannya. Itu sukses membuat Alex berhenti menggilai tubuh Letty. Buru-buru gadis itu menjauhkan tubuhnya saat dia telah berhasil menguasai pikiran Alex. Mengancingkan kembali kamejanya dengan sangat terburu-buru lalu bergegas mengantar Alex kembali ke apartemennya.
"s**t!" Letty mengumpat dengan suara pelan saat melihat jarum jam yang tertempel di dinding rumah milik Alexander. Ini sudah lebih dari sepuluh menit dan Letty masih harus kembali kedalam apartemennya untuk bersiap-siap.
Letty membiarkan Alex berbaring di kamarnya. Letty bisa membuat Alex kembali sadar saat dia sudah berada di basemen. Yang paling penting baginya sekarang ini adalah mengambil perlengkapan.
"Machine gun, i need machine gun," gumam gadis itu. Dia berlari menuju lemari sepatu. Bergegas menempelkan jari pada alat pengaman. Gadis itu berdiri dengan tidak sabaran, menunggu lemari di depannya berputar membuatnya gelisah.
Letty bergegas mengambil koper berbentuk persegi yang khusus untuk memuat persenjataan yang ada di lemari kacanya. Mengisi empat jenis senjata api dari yang terbaik di antara yang paling baik. Menarik retsliting setelah memastikan semuanya sudah terisi sempurna lalu Letty bergegas mengambil tali untuk digunakan menuruni pintu darurat.
Tanpa berpikir lagi, Letty lalu bergegas keluar dari apartemennya menuju pintu darurat. Dia harus bergegas karena Chester dan lainnya sudah pasti sedang menunggunya.
"Itu dia!" Letty bisa mendengar salah satu dari mereka mendesah lega saat melihat kedatangannya.
"Kenapa kau lama sekali, Letty? Stevan sudah menelpon. Pesawat sudah siap sejak tadi," sambung Chester.
"Maaf," ucap Letty. Dia melempar koper persegi itu lalu Ben menangkapnya dan segera membawa koper itu bersama dirinya. Mereka memasuki mobil.
"Tunggu," Chester tiba-tiba mencegat lengan Letty saat matanya menangkap sesuatu yang aneh dari tubuh Letty.
Letty memundurkan langkah lalu memutar pandang menatap Chester sambil mengerutkan dahi. "Ada apa?" tanya gadis itu.
Chester tidak menjawab. Dia sebenarnya tidak tahu apa yang harus dia katakan saat melihat pemandangan aneh di depannya. Cepat-cepat dia membuka overcoat kesayangannya lalu melilitkannya di punggung Letty. Dia meraih satu tangan Letty dan menaruhnya di depan d**a agar Letty bisa menahan overcoat itu dengan tangannya.
"Lain kali jangan lupa pasang lagi bramu," bisik Chester di telinga Letty yang sontak membuat Letty melebarkan matanya. Gadis itu langsung mengintip kedalam overcoat milik Chester.
"s**t ...." Mengumpat lagi walau dengan suara pelan. Bagaimana bisa dia lupa memakai bra. Letty menggeleng. Menutup mata sebentar untuk mengirim sugesti dari jarak jauh agar seseorang di atas sana bisa segera sadar.
Chester membunyikan klakson dan Letty kembali membuka matanya. Dia berjalan membuka pintu penumpang lalu bergegas masuk kedalam mobil.
"Kuharap Steven punya bra milik pramugarinya, dan semoga bisa pas di tubuhmu."
Letty memandang sinis pria di sampingnya namun dalam hati dia lebih merutuki perbuatan kekasihnya yang sudah membuat Letty mengalami situasi memalukan ini.