Tak sengaja melihat.

1269 Words
"Akhirnya sampai juga. Sekarang apa yang mau kamu lakukan?" tanya Queen. Dia menoleh menatap ke arah Varo. ttelah ini saya akan kembali lagi. aku masih banyak hal yang harus aku lakukan.," "Kamu boleh pergi tapi sebentar. Jangan lama-lama. Dan pastinya jangan terlalu lama si luar. Setelah ituu kembalilah." ucap Queen mengerutkan alisnya. Membuat kedua alisnya ikut tertaut. "Tenang saja. Aku tidak akan lama Putri.. Jika anda mau ikut silahkan. Tapi, saya akan bertemu dengan Tuan Delano." "Delano?" Kedua mata Queen membulat sempurna. Napasnya seketika terhenti sejenak. Lalu, ia menghela napasnya. Selain sahabat dari kecil Queen. Dia pernah sangat dekat. Tapi tidak ada perasaan cinta di hatinya. Meski dirinyalah yang akan fi jodohkan dengannya. Queen menarik sudut bibirnya. Dia melangkah mendekat. Dia mengangkat tangannya, menepuk pundak Gavin. "Pergilah! Jangan bilang padanya aku disini." ucap Queen. "Dan, jangan bilang sma siapapun itu. Biarkan mereka tahu sendir." lanjutnya. Queen tertunduk, mengingat ornag tuanya. Apalagi sekarang orang tuanya pasti masih di Ayah angkatnya. Queen mengeluarkan napasnya dari sela-sela bibirnya. "Kirim salam dariku. Pada papa Yin. Dan, mama Yiwen. Aku kangen sama mereka." Queen mendongakkan kepalanya. Menatap ke atas, menahan air matanya. Dia merasa sangat bersalah dengan mereka. "Tenang saja. Aku akan sampaikan. Sekarang mereka di kota. Karena akan ada pertemuan antar kelompok. Jika anda tidka mau bertemu dengannya. Lebih baik, diam sana di rumah ini dulu." ucap Gavin. Dia segera membalikkan badannya. Melangkahkan kakinya pergi. *** Queen masih berdiri di depan pintu. Dia menatap kepergian Gavin. Rasanya ingin sekali dia pulang. Tapi, sebelum perjodohan itu di batalkan. "Semoga saja, papa sama mama tahu perasaanku." gumam Queen. Menarik dua sudut bibirnya. Membentuk senyuman tipis fi wajahnya. Queen menghela naosnsya, berbalik, lalu masuk ke dalam kontrakan kecil milik Varo. Tak lupa, ia menutup pintunya rapat. Queen mengerutkan keningnya. Saat melihat Varo yang berdiri di depannya. , "Mau apa kamu?" tanya Queen was-was. "Jangan ke pedean." ucap Varo jutek. Queen menarik sudut bibirnya sinis. Dia beranjak duduk di ranjang kecil yang sebenarnya hanya cukup satu orang. Dia orang bisa tidur di sana dengan keadaan bada miring. "Siapa juga yang kepedean. Aku hanya tanya." balas jutek Queen. Memalingkan wajahnya kesal. Varo menghela napas kasarnya. Dia melepaskan kaos putih yang semula membalut tubuhnya. Terlihat jelas badan bugar Varo. Otot-otot tubuhnya. Bentuk tubuh kotak-kotak bagian d**a dan perutnya. Seperti seorang yang memang sering melakukan olahraga. Tubuh sispek membaut kedua mata Queen hampir saja lepas dari kerangkanya. Queen tak berhenti memandang sebuah kesempatan baginya. "Roti Sobek yang begitu menawan." ucap Queen lirih. Varo yang mendengarnya. Dia mengerutkan keningnya dalam-dalam. Menatap lekat wajah Queen. "Apa yang kamu lihat?" pekik Varo. Queen memalingkan wajahnya. "Tidak melihat apa-apa." "Jangan tergoda olehku." ledeknya. "Lagian kenapa kamu buka baju disitu?" tanya Queen. "Aku mau mandi. Semua tubuhku terasa kotor. Keringat terasa menumpuk di tubuh. Semua juga gara-gara kamu." ucap Varo. "Oo.." "Mau ikut?" tanya Varo menggoda. Queen menggelengkan kepalanya. "Enggak! Enak aja. Jangan pikir kamu bisa cari kesempatan." Varo tersenyum tipis. Senyum manis itu seketika melekat di hati Queen. **** Setelah lama menunggu Varo. Queen hanya duduk diam sendiri di atas ranjang. Menatap ke arah tembok dengan pandangan mata kosong. Seolah banyak pikiran yang sekarang mengganggunya. Setelah beberapa menit Varo membasuh tubuhnya yang terasa snagat lengket. Ckleekk... Suara pintu kamar mandi yang terbuka perlahan. Sosok Varo keluar dari kamar mandi, dengan handuk yang menutupi pinggang smapai lututnya. Dia kembali menatap Queen yang sedang duduk melamun sendiri di atas ranjangnya. Pandangan wanita itu nampak kosong seakan dia sedang memikirkan sesuatu. Tapi, Varo tak perdulikan akan hal itu. Dia berjalan melewati Queen. Sembari mengusap rambutnya yang terasa masih basah. "Sekarang, aku akan antar kamu pulang," ucap Varo, membelakangi Queen. Suara berat sedikit serak itu, seketika membuat Queen terbangun dari lamunannya. Dia menoleh, dan seketika langsung membalikkan nadanya lagi. Menutup kedua matanya dengan telapak tangan kanannya. "Kenapa kamu hanya pakai handuk?" teriak Queen. "Aku habis mandi memang selalu seperti ini. Jika tidak suka. Jangan lihat. Atau memang kamu suka melihatnya. Tapi pura-pura saja tidak mau melihatnya." ucap Varo. Dia segera berjalan mengambil baju di jemarinya. Setelah mendapatkannya. Laki-laki itu berjalan kembali mendekati Queen. "Aku akan antarkan kamu pulang jika kamu merindukan rumahmu. Lagian, kenapa juga kamu pergi dari rumah." ucap Varo. Dia mengusap wajahnya yang masih basah dengan handuk. Dengan gaya rambut yang masih berantakan. Queen menoleh, pandangan matanya menatap tertuju pada wajah Varo. Dia memang benar-benar tampan di depannya. Matanya berbinar seketika, melihat anugrah terindah di depannya. Wajah yang begitu mengaggumkan, sangat tampan dnegan alis tebal, hidung mancung, dan kulit bersih. Di hiasi dengan mata biru khas miliknya. Apa dia malaikat yang di takdirkan bertemu denganku. Aku tidak bisa dipungkiri jika dia benar-benar sangat tampan. "Jangan menatapku seperti itu, awas kamu bisa jatuh cinta padaku." pekik Varo. "Kalau kamu jatuh cinta padaku. Aku tidka masalah. Tapi, aku tidak akan pernah suka dengan wanita setengah laki seperti kamu." Queen memutar matanya malas. Memalingkan wajahnya seketika. Dengan ke dua tangan bersendekap. "Emangnya aku apaan, manusia setengah laki. Sementara kamu apa? Manusia setengah dewa? Nggak mungkin, kan?" cibir Queen.. Varo berjalan mendekati Queen. Menatap lekat-lekat kedua matanya. "Dari cara kamu memandangnya. Aku tahu kamu suka. Lebih baik jujur saja. Tidak masalah!" goda Varo. Dia berdiri tepat di depan Queen duduk. Sedikit menundukkan nadanya. Menatap wajah Queen dari dekat. "Siapa juga yang suka.. lagian kalau aku suka denganmu. Gak mungkin, dan gak akan mungkin." ucap Queen memalingkan wajahnya acuh. Varo hanya diam, dia menyentuh dagu Queen. Membaut wnaita itu perlahan menatap kedua matanya yang kini berjarak sangat dekat. Queen mencengkeram sprei di bawahnya. Menelan lidahnya susah payah. Dia semakin gugup di buatnya. "Aku akan antar kamu sekarang," ucap Varo, berjalan mengambil baju dan jaket di lemari, yang akan ia kenakan. "Aku tidka mau pulang." geram Queen. "Oke, kalau kamu tidka mau pulang. Sekarang kamu bantu aku untuk membenarkan atap kontrakan ku ini. Jika tidak, aku akan usir kamu keluar dari sini." tegas Varo. Dia segera memakai bajunya. "Tapi.." Queen yang, menoleh ceoat. tanpa sengaja tangannya memegang handuk Varo. Membaut handuk itu terlepas dari tempatnya. Queen menarik napasnya dalam-dalam. Segera memalingkan wajahnya, menutupinya dengan kedua tangannya. "Waaaaaaa..." teriak Queen. "Dasar wnaita gila. Apa yang kamu lakukan? Kamu mau menggodaku." Varo yang terkejut dia segera mengambil handuknya kembali. Menutupi pinggang sampai lututnya. "Apakah aku berdosa sudah melihatnya. Meski hanya sedikit." gerutu Queen. "Jaga matamu. Jangan melihat barang milik laki-laki. Jika kamu tidka mau ternoda." ucap Var. Queen yang tak paham dengan perkataan Varo. Dia hanya diam, menarik sudut bibirnya. Menarik salah satu alisnya ke atas. "Emm..Aku mau mandi." "Terserah!" jawab Varo kesal. "Sekarang bersiap saja. Aku mau pergi ke luar cari makan. Setelah itu. Aku akan antarkan kamu pulang. Atau setidaknya, kamu bisa pergi dengan laki-laki tadi. Cari tempat tinggal yang bagus, nona." geram Varo. Menggerakkan kepalanya menatap Queen sekilas. "Oke baiklah! Tapi, aku mau mandi dulu." ucap Queen. "Tidak usah!" Queen melebarkan matanya menatap punggung Varo yang berdiri membelakangi dirinya. "Apa?" Queen menakutkan ke dua alisnya. "Gak mandi? Gila aja, badan bau kyak gini, gimana penampilan seorang Queen jika tidak mandi." sela Queen memalingkan pandangannya berlawanan arah, dengan ke dua tangan bersendekap untuk yang ke dua kalinya. Bibir mengerucut kesal. "Kelamaan." ucap Varo "Hanya sebentar!" "Berapa menit?" "30 menit." "Kamu mau mandi atau mau mati di dalam kamar mandi." Pekik Varo menatap tajam Queen. Queen hanya meringis. Mengangkat tangannya. Dengan dua jari di atas membentuk huruf V. "Oke.. 5 menit, deh." ucapnya. Dengan wajah memelas. "Baiklah, mandilah." Varo menyerah harus berdebat dengannya. Terpaksa dia menginginkannya apa yang di katakan dirinya. "Tapi jangan lama-lama." lanjutnya. Queen menarik sudut bibirnya sinis, beranjak dari duduknya, mengulurkan ke dua tangannya ke depan. Membuat Varo mengerutkan keningnya bingung. "Apa yang kamu lakukan?" "Handuk, baju," jawab Queen memerintah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD