Marah

1197 Words
Pov Lian Yin. "Kemana Queen pergi? Apa semua tidak ada yang tahu kemana dia pergi?" tanya Yin mengeraskan suaranya. Yiwen berjalan menghampiri Yin. Dia memeluk erat lengan tangannya. Mengusapnya lembut. Sembari mencoba berbicara dari hati ke hati dengan suaminya itu. Sudah hampir 1 hari Queen tidak pulang. Dan, semua khawatir padanya. Termasuk Lian Yin. Dia sangat khawatir pada anak perempuannya itu. Queen, seorang ratu mafia. Dia yang akan mewarisi tanya ketua mafia. Meski dirinya punya adik laki-laki yang sangat tampan. Tetapi, adiknya tidak mau berhubungan dengan mafia. Hanya Queen satu-satunya harapan mereka. "Pa. Sabar, lagian kenapa marah dengan mereka. Mereka tidak salah. Kamu tahu sneidir. Queen itu sangat keras kepala. Dia sekarang sudah tumbuh dewasa. Biarkan dia menjadi wanita mandiri. Mama, yakin. Jika dia pasti bisa jaga dirinya baik-baik. Bukanya dia punya paman dan papa yang sangat ahli dalam hal pertarungan?" Yin menghela nafasnya. Dia mencoba untuk sabar. Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Yiwen istrinya. Wanita paruh baya itu adalah mama kandung Queen. "Tidak, Aku akan tetap harus bawa dia pulang." tegas Yin. Dia membalikkan nadanya, menatap lekat istrinya. Kedua tangan memegang kedua bahu Yiwen. "Sekarang, aku akan pergi sendiri. Aku mau mencari anak kita secara langsung." "Om... Biarkan saja aku yang akan pergi. Lagian, aku juga aku lihat suasana kota seberang." saut Delano, laki-laki tampan dengan bulu mata lentik meneduhi mata coklat miliknya. Selain adalah teman dekat Queen. Dia dia lahir sampai dewasa. Dirinya punya rasa dengan Queen. Tetapi tidak mau mengungkapkan perasaannya. Lebih memilih diam. Setelah tahu dijodohkan dengan Queen. Dia sangat bahagia. Tapi, melihat Queen yang tak mau menikah lebih dulu. Dia memutuskan membantu Queen kabur. *** Yin dan Yiwen menoleh ke arah sumber suara. "Delano?" "Lagian, paman Yin sudah banyak membantu saya. Sekarang, saya juga ingin mencari teman kecil saya." ucap Selain. Terlihat dari matanya Dia merasa sangat bersalah. Telah membantu Queen kabur. Semua jadi heboh hanya karena ulahnya. "Kamu yakin?" tanya Yiwen. "Iya. Tante. Biarkan saya pergi. Saya sudah tahu banyak tempat di sana. Saya pastikan akan membawa Queen segera pulang." ucap Delano. Yin berjalan pelan menghampiri Selain. Dia memegang bahu Delano. Menatap wajahnya. "Aku harap kamu segera bawa dia pulang. Atau, perlu kamu bisa hubungi jika butuh bantuan." Delano menganggukan kepalanya. "Iya. Paman." "Hello... Dedy, Mommy.." suara yang begitu khas suara seorang laki-laki tampan yang sedikit manja. Semua mata tertuju padanya. Dengan tatapan mata penuh aroma kekesalan. Apalagi melihat laki-laki di depannya membawa seorang wanita berpakaian seksi masuk ke dalam rumahnya. "Ma.. Pa.. Apa yang kalian lakukan? Kenapa kalian menatapku seperti itu. Apa ada yang salah denganku? Penampilannya? Atau, aku tambah tampan, kah?" kata Felix. Menarik turunkan alisnya bergantian. Sembari mengembangkan bibirnya menggoda. "Siapa dia?" tanya Yin. Wajah yang semula selalu ramah. Kini terlihat penuh dengan amarah. "Nah.. Ini kebetulan, Pah.. Mah.. Aku mau kenalkan pacarku. Ini wanita cantik yang akan jadi mantu kalian." ucap penuh percaya diri Felix. Felix, laki-laki dengan tatapan khas yang bisa meluluhkan hati wanita dalam satu kecupan mata. Wajah yang nampak begitu tampan, bersih, dan rambut sedikit panjang tak tertata sangat rapi. "Bawa dia pergi sekarang. Atau aku akan menyeretnya pulang." ancam Yin. Melotot tajam mata Felix. Felix memalingkan wajahnya. Melirik kekasihnya yang sekarang berdiri di belakangnya. Tertunduk takut berhadapan dengan orang tua seperti itu. "Tapi.. " Felix, menghela napasnya kesal. Saat melihat tatapan tajam dari Papanya. Baru kali ini melihat papanya marah. Entah kenapa dia. "Sayang, kamu pulang, ya. Lebih. Aku akan minta seseorang kengangatra kamu. Maaf, pulang lah!" ucap Felix. Terpaksa harus berbicara baik-baik dengan kekasihnya. "Aku jauh-jauh kesini." "Cepat pergi!" ucap Yin mengeraskan suaranya. Tanpa menjawab, Felix memegang pergelangan tangan kanan kekasihnya. Menariknya kel7ar dari rumahnya. Sebelum Lian Yin semakin marah besar padanya. "Maaf, sepertinya kamu pergilah. Aku akan ku hubungi kamu nanti." ucap Felix. Dia segera meninggalkan kekasihnya masuk ke dalam lagi. Menutup pintunya. Seolah dia sengaja mengurusnya. "Eh.. Kamu gak mau antar aku?" teriak wanita itu yang masih berdiri di luar. "Maaf! Kamu bisa pulang sendiri kan." jawab Felix. "Shiitt..." geram wanita itu. Lalu melangkahkan kakinya pergi. Meski dirinya merasa kecewa dengan perbuatan Felix. Sementara Felix segera pergi menuju ke tempat mana orang tuanya. Mereka masih menatap tajam ke arahnya. "Tante, Om. Saya pergi dulu." Damian melangkahkan kakinya pergi. Sementara Felix berdiri seperti orang bingung. Menatap kepergian Damian sekilas. Lalu, kembali menatap orang tuanya. "Aku sudah pernah bilang padamu berkali-kali. Jangan pernah sama sekali bawa wanita masuk ke rumah ibu. Tempat ini rahasia untuk orang luar." Shiitt. . Felix mengusap kepalanya berkali-kali. "Maaf, Pa aku lupa." ucap lirih Felix. "Terserah, sekarang kamu masuklah. Jangan mengulanginya lagi. Jika kamu tidak mau di usir dari sini." ucap Lian Yin. Mencoba menahan amarahnya. Dia menghela napas kasarnya. Tanpa melihat ke arah Felix. Tangan Yin menunjuk ke arah tangga. "Kakak mana?" tanya felix. Dia melihat sekelilingnya. Biasanya jika dia pulang. Queen kakaknya selalu menyambut dia. Tapi, kali ini rumah tampak sepi. "Kakak kamu kabur dari rumah." ucap Yiwen mamanya. "Apa?" Felix melebarkan matanya sempurna. Dia tidak menyangka jika kakaknya berani sekali jembatan apa kata orang tua. Bahkan dia bisa-bisanya kabur. Felix mengangkat tangannya. Dia seolah dirinya berpamitan pada orang tuanya. Felix melangkahkan kakinya pergi dari hadapan Yin Dan Yiwen. Felix mengerutkan keningnya. Dia masih berpikir bagaimana mungkin kakaknya kabur. Tapi, kenapa mereka tidak mencari. A0a Queen adalah masalah? "Sepertinya aku harus cari dia." Felix melirik ke belakang. Melihat orang tuanya sejenak. Sebelum dia berlari kecil menaiki anak tangga menuju ke kamarnya. *** Sementara Queen, setelah berkelahi tadi di pasar. Dia merasa bangga. Bisa membantu orang. Tapi, saat dia sudah membeli apa yang dia inginkan. Varo mengajaknya makan di sebuah tempat makan kecil di pinggir jalan. Meski tidak terlalu nyaman. Dia hanya bisa diam sambil melamun memikirkan apa yang harus dia lakukan selanjutnya. Dia kabur tanpa tahu tujuan dia. "Heh.. Kamu kenapa?" tanya jutek Varo. "Kamu gak tidak suka makanan ini?" tanya Varo lagi. Queen hanya diam, dia terus menghela napasnya. Dia bertingkah seperti tak mendengar apa yang Varo katakan. "Heh..." kesal Varo. Menarik Tangan Queen, membuat dia terkejut. "Bisa lebih sopan dikit tidak?" "Kamu pikir kamu sopan. Apa di keluarga katamu itu tidak di ajarkan gimana cara menghargai?" "Apa maksudmu?" Queen melebarkan matanya. Kedua mata mereka saling bertemu. Varo mendekatkan tubuhnya, sembari berbisik pelan. "Kamu pikir aku sekarang tidka tahu kamu siapa. Queen. Anak ketua mafia." Kedua mata Queen semakin membulat sempurna. Dia tidak menyangka gimana dia bisa tahu? Apa dia memang sudah tahu dari awal. Emm.. Entahlah. "Dari mana kamu tahu?" tanya Queen. Tidak mudah menemukan jejaknya bagi para mafia lainya. Bukanya kamu jadi incaran mereka. Pantas saja, saat tadi pagi kita di kejar orang. Dia mengatakan kamu ajak dari mafia Barat. Ternyata itu benar." lirih Varo. Sembari tersenyum tipis. Lalu, melanjutkan makan . Queen masih tidak menyangka jika identitasnya sudah diketahui orang. "Hmm... Tapi, aku boleh tetap tinggal di tempatmu." "Pergilah! Cari tempat lain. Jangan bersama denganku." ucap Vari tanpa menatap ke arahnya. "Tapi, aku belum sampai 2 hari di tempat kami. Lagian, aku bingung mau pergi kemana. Uang juga tidak ada." Queen mengerutkan bibirnya. Mengerjakan matanya. Memasang wajah menyediakannya. Menatap Varo. "Emang kamu pikir aku peduli." geram Varo. "Sudah cepat makan. Setelah itu kita pulang." Queen menghela nafasnya kesal. Terpaksa dia harus makan sekarang. Lebih baik pulang bisa bicara dengannya nanti.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD