Rencana licik adik tiri

2240 Words
Angel yang dari tadi capek berbicara sendiri. Sampai dia tertidur di rahangnya. Dengan ke dua tangan masih memegang ponselnya. Dan kaki menggelantung menyentuh lantai. Ranjang empuk itu membuat dia masuk ke dalam mimpi indah. "Tok… Tok… Tok…" "Bangun! Apa kamu masih di dalam?" tanya Hans. terus mengetuk pintu kamar Angel. Bangun! Angel… Kenapa kamu masih di dalam. Tuan Alex mencari kamu. Belum ada jawaban juga dari Angel membuat Hans merasa sangat geram. Dia melangkahkan kakinya pergi dari kamar Angel. Dia kembali menemui tuannya. "Kenapa, Hans?" tanya Alex yang duduk santai di meja makan. "Apa dia belum bangun?" tanya Alex. Menatap Hans yang berdiri di depannya dengan kepala sedikit tertunduk. Menghormati tuanya yang lebih tinggi derajatnya. Tetapi Alex tak suka di hormati seperti itu. "Belum, tuan!" ucap Hans lirih. "Baiklah! Biarkan aku sendiri yang akan membangunkannya." ucap Alex. bangkit dari duduknya. "Anda yakin, tuan?" tanya Hans memastikan. "Iya… Kamu siapkan mobil. Setelah makan aku ingin pergi." ucap Alex. "Baik, tuan!" Sebenarnya Hans ingin sekali tanya kemana tuanya itu pergi. Tapi dirinya tak berani mengaataknnya. Dan lebih memilih untuk menuruti apa yang di katakan. Dan melangkahkan kakinya pergi. ----- Alex melangkahkan kakinya dengan langkah semakin cepat. Hingga langkahnya terhenti tepat di depan pintu kamar Angel. Sebelum membuka pintunya. Alex melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 10 pagi. "Wanita pemalas ini jam segini masih saja tidur." gumam Alex kesal. Braakk...Brak… Brakk… Alex menggedor pintu kasar. Membuat Angel yang masih tertidur seketika dia terbangun dari ranjangnya. D3ngan wajah kebingungan.. "Siapa, sih. Ganggu aja. Udah tahu lagi enak-enak tidur. Sekarang kalah ganggu aku." gerutu Angel. Ia menarik ke dua tanganya je atas, laku ke samping kanan dan kiri. Merenggangkan otot-otot tubuhnya. "Kamu mau pulang enggak. Hari ini kamu sudah menyusahkan ku. sekarang kamu malah tidur dan bangun kesiangan?" pekik Alex dari balik pintu. "Memangnya kenapa?" tanya Angel. Yang masih duduk di ranjangnya. Ia mengusap ke dua matanya Yang masih terasa lengket. Mencoba membersihkan sisa kotoran yang menempel di matanya. "Cepat bangun!" pinta Alex neninggikan suaranya. Ia mengangkat tangannya. Tanpa tahu pintu sudah terbuka lebar. Dan hampir saja tangan itu mengenai wajah Angel. "Ehh…. Apa yang kamu lakukan?" tanya Angel menarik tubuhnya sedikit ke belakang. Menghindari tangan Alex yang hampir saja melayang di kepalanya. "Eeee….. Aku gak mau jatuh.." ucap Angel. Menarik baju Alex membuatnya terjatuh tepat di atas tubuhnya. Ke dua mata mereka saling tertuju sesaat. "Apa yang kamu lakukan?" pekik Alex beranjak berdiri. Ia paling tidak suka jika bermesraan dengan wanita. "Kalau mau sengaja dekati aku. Aku gak akan sudi. Dasar murahan!" ucap Alex. memalingkan wajahnya. Mengusap ke dua lengannya berkali-kali. Seakan kotoran baru saja menempel di bajunya. Angel beranjak berduri. Ia menggertakkan giginya kesal. Ia menarik baju Alex, menatap ke arahnya. melayangkan sebuah tamparan keras di pipinya. "Apa katamu? w************n? Jangan seenaknya kamu orang kaya. Terus kamu bilang aku w************n. Aku gak akan tinggal diam." pekik Angel. Meluapkan emosinya. Alex hanya diam memegang pipinya. Ke dua matanya menajam seketika. "Baru kali ini ada wanita berani menamparku." gumam Alex dalam hatinya. "Apa yang kamu lakukan dengan tuan Alex?" pekik Hans yang tiba-tiba datang entah dari mana." "Udah! Sekarang aku mau pulang. Dasar kalian semua nyebelin. Aku gak suka ada di sini. Lebih baik antarkan saja aku pulang." Angel membalikkan badannya mengambil barang-baralngnya, dan tak lupa tas miliknya di atas meja. Dia berjalan keluar. Menggedor tubuh Alex dan Hans yang berdiri menghalangi jalannya. Saat dia kesal tak perduli siapa yang ada di depannya. Entah itu bos besar atau hanyalah seorang pegawai biasa baginya sama saja. "Kurang ajar dia." pekik Hans. "Tuan, anda tidak apa-apa?" tanya Hans. "Udah, aku gak apa-apa, antarkan saja dia pulang." ucap Alex pada Hans. Wajahnya masih terasa sangat kesal dengan Angel. "Tapi tuan…" "Udah, gak apa-apa, cepat pergi sana. Aku gak mau juga melihat dia di sini. Antarkan saja dia pulang." ucap Alex dengan nada tingginya. Sepertinya dia benar-benar marah. membuat Hans tak banyak tanya lagi dan segera pergi mengikuti Angel. "Sialan! Beraninya dia menamparku. Apa dia gak tahu malu?" gumam Alex dalam hatinya. ----- Hans terus berlari dan berdiri tepat di depan Angel. "Kamu mau pergi kemana?" tanya Hans. "Pulang!" "Aku antar." "Gak perlu. Kamu hanya tunjukan saja di mama jalannya keluar. Setelah itu. Aku bisa pulang sendiri. Tanpa harus minta tolong kamu. Lagian kamu siapa? Aku gak begitu mengenal kalian berdua. Dna kalian juga yang membuat aku masuk ke rumah ini." gumam Angel merasa kesal. Dia terus mendorong bahu Hans melupakan kekesalannya. "Apa anda belum puas terus memukul bahuku?" tanya Hans. Mencengkeram erat lengan Angel. "Aneh!" Angel menarik tangannya dan mendorong tubuh Hans menjauh darinya. "Cepat tunjukan jalan. Jangan banyak basa-basi lagi." pekik Angel tanpa rasa takut lagi. Dan Hans menatap ke arah Alex. Melihat Alex memberi kode dengan gerkan mata ke kanan padanya agar segera mengantarkan wanita itu pergi. Hans melangkahkan kakinya lebih dulu. "Ikut aku." ucap jutek Hans. Langkah kakinya di ikuti oelh Angel. Meski wanita itu tidak berhenti terus mengumpat kesal pada Hans. Sampai di depan pintu rumah mewah itu. Ke dua mata Angel terbelalak seketika. "Aku sudah di depan? Dan tadi pagi? Kenapa aku gak bisa keluar? Apa memang aku gak bisa keluar dari sana, karena aku terlalu bodoh? Aku tidak bisa mengingat kembali. "Naik ke mobil." ucap Hans datar. "Sekarang?" tanya Angel. Ke dua matanya masih berkeliling melihat taman yang terbentang luas di samping rumahnya. Dengan pancuran dengan berbagai ukiran patung di depan. Terlihat sangat mewah. Dan pemandangan tak kalah mewah, deretan mobil mewah Alex yang terpajang di garasi yang terbuka. Dna bisa di lihat dengan mata telanjang. "Capat masuk ke dalam mobil." bentak Hans. "Aku bisa naik taksi." gumam Angel. Ke dua matanya tak belari menatap kagum rumah itu. "Masuk gak! Atau aku akan seret kamu masuk rumah lagi dan membiarkan kamu di sana gak bisa keluar." umpat Hans meninggikan suaranya "Iya... Iya.. Baiklah!" ucap Angel. Menoleh, menatap tajam ke arah Hans di depannya. lalu menarik sudut bibirnya, bersama dengan kedua alisnya tertarik ke atas. Dengan wajah sedikit mengejeknya. Angel berjalan melewati Hans. "Bawel!" umpet Angel. Dan masuk ke dalam mobil Alex. Dasar wanita aneh? Semoga saja tuan Alex tidak tertarik dengannya. Dia sangat menjijikkan. Gerutu Hans. Ia segera menyusul masuk ke dalam mobil. Melaju dengan kecepatan sedang keluar dari halaman luas rumah Alex. Angel menatap ke jendela kaca. Sebelum keluar rumah itu. Ia tidak hentinya terus memanjakan ke dua matanya melihat pandangan yang sangat indah. Sampai di jalan Raya. Mobil terasa sangat penat. Mereka hanya diam. Dan Hans memasang wajah juteknya itu. Membuat aura di dalam mobil berubah pengap seketika. "Aku boleh tanya?" ucap Angel. memecahkan keheningan di antara mereka. "Apa?" jawab jutek Hans. "Apa tuan kamu itu tidak punya keluarga?" tanya Angel. Hans menggertakkan giginya. Ia menoleh pelan ke arahnya. "Apa yang kamu tanyakan? Jangan pernah bicara itu lagi. Lebih baik anda diam. Dan perbanyaklah tutup mulut. Karena kamu belum mandi. Jadi jangan sekali-sekali kamu buka mulut." jelas Hasn. Seakan sengaja mengalihkan pembicaraannya. "Nyeri menggetakkan giginya. Baiklah! Makasih! Makasih! Udah bicara jujur." ucap Angel tersenyum palsu. Hanya di balas dengan acuh oleh Hans. Udahlah! Percuma juga bicara dnegan dia. Sama saja seperti tuannya. mereka jutek, nyebelin, kasar, dan meski mereka masih sama-sama tampan. Dan aku lebih suka tuannya, sih. Kalau boleh jujur. "Jangan menatapku seperti itu. Tolong jauhkan pandangan matamu. Dan ingat! Jaga jarak. jangan terlalu dekat juga." ucap Jun tanpa menatap ke arahnya. Dia masih fokus dengan jalan di depannya. Angel m3nghela makanya. Ia menarik sudut bibirnya tipis. "Siapa juga yang menatapnya. Terlalu percaya diri. -------- Delon. Kekasihnya sekarang tiba-tiba datang ke rumahnya. Dan saat Angel tak bisa di hubungi. Delon langsung ke rumahnya dan memjemputnya pergi berdua sesuai janji tadi. Tok… Tok.. Tok.. Suara ketukan itu terdegar sangat keras. Membuat Elis segera keluar dan membuka pintunya. Saat pintu mulai terbuka. Ke dua matanya terbelalak seketika melihat Delon ada di depannya. "Kak Delon." ucap Elis wajahnya seketika berbunga-bunga. Menatap wajah Delon ada di depannya begitu tampan dan sudah terlihat sangat rapi. Dia tahu jika Delon pasti akan mencari Angel. Iya, elis sangat menganggumi Delon dari dulu. Dia suka sifatnya, dan juga pastinya ketampanannya. Delon juga seorang Ceo. Yang membuat dirinya tertarik dengannya. Dan melakukan berbagai cara untuk membuat Angel dan Delon bisa jaga jarak. Dan sekalian menjauh. Sekarang dirinya juga sudah bisa berkata jujur padanya. Tentang Angel. Yang akan membuat hubungannya jadi hancur. "Ayo.. Masuk, kak!" ucap Elis. Meraih ke dua tangan Delon. Ia mengeluarkan wajah sok ramah dan manis. "Gak, usah. Aku hanya tanya. Di kana Angel sekarang?" tanya Delon menatap ke dalam rumahnya. Dengan tangan menyingkirkan lengan Elis yang melingkar di lengannya. "Emm… " Elis menundukkan kepalanya. "Kenapa? Apa ada masalah?" tanya Delon. "Angel tidak, apa-apa. Kan?" tanya Delon lagi memastikan. Dia memegang ke dua lengan Elis. "Dia dari kemarin malam tidak pulang." ucap Elis menunjukkan wajah sedihnya. "Belum pulang? Kamu yakin?" tanya Delon memastikan. "Iya, belum pulang." jawab Elis. "Bukanya kamu sudah tahu. Kemarin kita datang ke pesta itu? Dan kamu habis bertemu dengan, dia, kan?" tanya Elis. "Iya.. Dan aku pikirkan dia pulang? Bukanya dia kemarin sama kamu?" tanya Delon. "Lebih baik kita masuk dulu, kak. Aku akan ceritakan semuanya." ucap Elis menarik tangan Delon masuk ke dalam rumahnya. Dan memintanya untuk duduk di atas sifat putih miliknya. "Gimana, kak? Mau minum apa?" tanya Elis ramah. Ia mulai mengeluarkan senyum manisnya. "Gak, udah. Udah cerita saja. Aku gak punya waktu lama?" ucap Delon. "Baiklah, aku akan ceritakan sekarang." gumam Elis. Dia mulai duduk di samping Delon. "Tapi janji. Kakak jangan marah. Aku hanya bilang kenyataan yang aku lihat kemarin." ucap Elis. "Iya.." "Sebenarnya kemarin Angel tidak pulang. Dan saat dia ambil. Au ingin antar dia pulang. Dan katanya. Dia itu masih ada urusan dengan seseorang di dalam hotel. Ya, udah aku antarkan dia ke dalam hotel. Aku sempat menolaknya. Tapi dia marah-marah padaku. Bahkan sampai mendorongku. Aku kira yang di dalam hotel kak Delon. Tapi ternyata bukan?" Jelas Elis. Menundukkan wajahnya. "Gak mungkin! Gak mungkin, jika dia seperti itu?" ucap Delon. "Kalau gak percaya. Kakak bisa tanyakan padanya nanti. Atau besok waktu kerja. Sekarang saja di belum juga pulang. Entah di mana, Angel juga tidak bia adi hubungi lagi." ucap Elis. "Sudah dari tadi malam. aku bisa menghubunginya. Selalu di tolak. Dan katanya dia sibuk." "Tapi, kemarin aku telfon dia. Dna dia gak bilang apa-apa." gumam Delon. "Ya, mana mungkin kak. Dia bilang jujur. Kalau sekarang dia lagi senang-senang dengan laki-laki lain. Dan baju dari kaka aja itu masih di sana. Belum juga di bukanya." jelas Elis menunjuk ke arah samping tv. Delon melihat kadonya masih di sana untuk seakan belum tersentuh sama sekali. Apa benar dia bermalam dengan laki-laki lain. Tapi Angel bukan w**************n seperti itu. Bahkan aku sama sekali tidak pernah menyentuhnya. Kalau memang benar. Aku tidak akan tinggal diam. Enak saja dia tidur dengan laki-laki lain saat kita sudah akan menikah beberapa bulan lagi. "Kak, kakak gak apa-apa, kan?" tanya Elis. Memegang lengan Delon. "Gak apa-apa, kok." Delon menyadarkan dari lamunanya. "Oh, ya. Baju itu. Biar kamu saja." ucap Delon datar. "Beneran kak?" tanya Elis antusias. "Iy, buat kamu. Anggap saja kado dariku." ucap Delon beranjak berdiri. "Wah… Makasih, ya kak.." ucap Elis memeluk tangan Delon. menyandarkan kepalanya di pundak Delon. Membuat Delon merasa sangat risih dengan kelakuan Elis. "Sepertinya aku harus pergi." ucap Delon beranjak dari duduknya. "Kak, benaran gak mau minum. Lagian kenapa juga buru-buru." ucap Elis. Elis masih menegang tangan Delon sangat erat. "Aku masih ada urusan." ucap Delon. Ia melepaskan tangan Delon. "Aku pergi dulu." Laki-laki itu melangkahkan kakinya pergi meninggalkan Elis. Elis segera beranjak, berlari menatap kepergian Delon yang perlahan keluar dari rumahnya. Semakin jauh dan jauh dari pandangan matanya. Sampai masuk ke mobilnya. Merasa sudah pergi jauh. Elis tidak hentinya terus tersenyum kegirangan. Akhirnya dia bisa juga melancarkan misinya sekarang. Tinggal tunggu besok di kantor. Gak hanya di pecat saja mungkin. Elis tersenyum sinis. Penuh kebahagiaan dalam rencana liciknya yang berjalan dengan sangat mulus. ----- Lima belas menit berlalu. Angel masih dalam perjalanan dengan Hans. satu mobil dengan laki-laki dingin membuatnya terasa sangat muak. dia gak bis aberbicara sana sekali. Menyapanya saja tidak bisa. Apalagi jika memulai pembicaraan lebih dulu. Rasanya takut, gugup, campur aduk. Semua masih saja diam. Belum ada yang saling bicara lagi satu sama lain. Melirik saja seakan enggan. Setelah pertengkaran kecil tadi. Lagian juga Hans bilang suruh jaga jarak. Dan Angel memilih diam, tutup mulut, dan jaga jarak. "Berhenti di sini." ucap Angel memecahkan keheningan di antara mereka. "Kamu yakin?" tanya Hans. "Iya.." jawab Angel. "Udah, hentikan mobilnya." ucap Angel. Hans segera mengijak rem begitu kerasnya. Membuat mobilnya seketika berhenti mendadak. Membuat tubuh Angel terbentuk dasboard mobilnya. "Dasar nyebelin." Angel mengusap dahinya yang masih terasa sakit. Dia segera melepaskan sabuk pengamannya. Dan beranjak keluar dari dalam mobilnya. "Udah! Makasih." ucap Angel. Menutup pintu mobilnya sangat keras. Hans tanpa banyak bicara dia melanjutkan laju mobilnya dengan kecepatan tinggi. Tanpa menjawab ucapan Ahgel. "Dasar atau rumah terasa aneh semuanya. Seandainya aku tinggal di sana. Pasti rumah terasa seperti kuburan. Hanya ada aku di sana. Sepi, sunyi, apalagi dua manusia itu malas berbicara. Atau bibirnya sakit? Emm… Mungkin mereka lagi sakit gigi." Tak mau tahu lagi. Angel segera berjalan menuju ke rumahnya. Yang lumayan jauh dari tempat dia berdiri. Sekitar 10 menit lagi.sampai di rumahnya. Meski rumahnya tergolong rumah mewah. Tapi masih kalah mewah dengan rumah besar Alex. Yang membuatnya seperi wanita bodoh.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD