Adik tiri yang menjengkelkan

2031 Words
"Kenapa kamu pulang segala?" umpat kesal mama tirinya. Dan adik tirinya yang menatap tajam ke arahnya. Ke dua seakan memang sengaja untuk memojokannya. Ke dua tangan mereka bersendekap. Dan tak hanya itu. Dia juga terlihat begitu antusias melihat aku tidur di jalanan. Itu yang mereka inginkan. Selama ini Angel selalu mengalah. dan dirinya tak dapat apa-apa, hanya rasa capek yang membuat tubuhnya terasa rontok menuruti apa yang di katakan mama dan adik tirinya. Ia mengangkat kepalanya. menajamkan matanya menatap Elis dan mama tirinya. "Kenapa aku pulang? Karena memang ini rumah aku." jawab Angel santainya. Dia berjalan dengan langkah ringan melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah. Tanpa rasa takut terbesit di dalam otaknya. "Tidak ada yang mengijinkan kamu untuk masuk ke rumah." ucap mama tirinya itu sangat lantang. Suaranya yang sedikit cempreng membuat telinganya harus lebih hati-hati lagi. Suara itu selalu dia dengar setiap harinya. Selalu menyapa setiap pagi. Sebelum dia pergi jalan-jalan dengan teman sosialitanya. "Kenapa? Ayah juga pasti tidak akan melarangnya." ucap Angel. Dengan sangat santainya. Dia berjalan masuk dan duduk di soga. Menunggu ayahnya datang dan memperbolehkannya masuk. "Iya... Ayah boleh kamu masuk. Tapi jika kamu beneran menikah dengan Delon. Karena Delon orang kaya. Dah kamu kerja di sana juga untuk mendekati Delon. Agar dia mau berinvestasi di perusahaan ayah." tegas Elis membuat Angel terdiam seketika. Ia mengangkat kepalanya menanamkan matanya menatap ke arah Elis. "Tapi sepertinya Delon sekarang mulai tertarik denganku." Elis melangkahkan kakinya. Dan berjalan dengan langkah ringan ke arahnya seakan dia memang sengaja untuk memancing emosinya agar dia segera di keluarkan dari rumah itu. "Apa yang kamu inginkan?" tanya Angel. "Aku ingin.. Jika kamu itu pergi dari sini. Pergi salamanya. Agar Delon menjadi milikku. Dan amu juga tidka mengotori lagi rumahku. Ingat itu!" tegas Elis. "Iyaa….. Pergilah. Aku sudah siapkan semua koper kamu di dalam. Dan jangan sampai aku akan membawa kamu ke dalam lubang kesengsaraan di sini." sambung mama tirinya. Angel hanya diam. Ia mencoba untuk menarik napasnya dalam-dalam. Dan mencoba memasang wajah tegarnya. Wajah yang semulai selalu terlihat rapuh di depan mereka. Kali ini dia ingin wajahnya terlihat sangat tegar. Tanpa ada masalah yang terlihat nantinya. "Tidak ada yang bisa mengusirku. Aku akan menyelamatkan perusahaan ayah." ucap Angel. menundukkan kepalanya. Di sambut dengan tawa terbahak dari mereka. "Apa yang kamu katakan? Kamu gak buta kan? Kamu bisa sanggu melihat? Atau aku salah dengar?" ucap Elis. Ia menarik tangan Angel berdiri. "Jangan pernah lagi menampakkan wajah kamu di sini. Aku dan Delon akan segera kenukah nanti." Angel mengangkat kepalanya. Memincingkan salah satu matanya tak percaya. "Menikah?" tanya Angel memastikan. "Iya.. Lihatlah. Dia tadi memberiku hadiah ini." Elis meraih kota hadiahbdari delon tadi. Ia menunjukan pada Angel. Seakan dia kenapa sengaja ingin memamerkan kotak hadiah itu biar hati Angel emrasa sangat panas dan emosi, lalu pergi dari rumah ini. "Enggak… Ini punyaku. Bukanya Delon memberikan ini padaku." ucap Angel mencoba untuk mengambil kotak itu. "Gak bisa. Ini sudah jadi milikku. Dan Delon sendiri yang memberikan padaku." tegas Elis. Ia menarik kembali hadiah yang di anggap miliknya itu, dari tangan Angel. Dan mereka saling menaeik satu sama lain. Dan membuat kotak kardu itu teb3lah menjadi dua. "Angel…." bentak Elis kesal ke dua matanya menajam. Sata melihat hadiah itu bernatakan di lantai. Ya, seperti yang Delon bilang tadi padanya jika dirinya mengirimkan kotak hadiah untuk Angel. Tapi entah kenapa Delon kemebrikan pada Elis. "Kenapa kamu mengambil hakku. Ini adalah milikku sekarang bukan milik kamu. Kalau kamu gak percaya tanya saja pada Delon. Dan Delon sendiri yang memberikan padaku." ucap Elis tajam. dengan suara sedikit meninggi. "Ambil baju itu." pekik mama tirinya memdoring bahu Angel. Angel terdiam. Ia mencoba untuk sabar. Dan dirinya gak tahu apa salahnya pada Delon hingga hadiahnya ternyata di berikan pada Elis. Lagian dia juga tak tahu kapan Delon memberikan hadiah itu tadi. Benar untuknya atau memang untuk Elis. Apa Delon tahu jika aku ada di rumah orang lain. Dan aku belum pulang dari kemaein. Kalau dia tahu gimana? Gimana dengan hubungan kita. Aku gak tahu lagi harus gimana sekarang. Mereka berdua juga sengaja untuk memancing emosiku saat ini. "Ambilkan sekarang." bentak Elis. mendorong kasar ke dua bahu Angel. Membuat tubuhnya terjatuh di atas sofa. "Tapi… Kalian punya dua tangan bisa mengambilnya." jawab Angel. "Kamu berani membantahku?" sela mama tirinya. "Kalau begitu sekarang kamu angkat kaki dari simi. Atau terima hukuman bersihkan semua rumah ini. Jangan sampai ada satu kotoranpun tersisa di sini. Dan di setiap sudut rumah ini." pekik mama tirinya. Semakin menajamkan matanya. "Kenapa aku harus memberikannya lagi?" tanya Angel. "Memang kamu hanya pembantu di sini. Jangan harap kamu bisa masuk dalam keluarga ini." tajam Elis. Membuat hati Angel merasa sangat terluka gimana bisa dia hanya pembantu. Dulu ayah tirinya memperlukannya sangat baik. Dna semenjak mama tirinya dulu meninggal. Sekarang ganti mama tiri yang jauh lebih menyeramkan. Dia bahkan tak pernah sama sekali baik padanya. Dan saudara tirinya seakan kemang sengaja membuatnya selaku tersiksa di sini. Mereka kerja sama saat ayah tak ada. Tapi meski ayahnya ada. Dia juga tidak membelanya sama sekali. "Baiklah.. Jika kalian memang ingin aku pergi." ucap Angel menundukkan kepalanya dan beranjak berdiri. "Aku akan pergi sekarang. Dan akan pergi dari kehidupan kejam ini. Dan kalian nanti yang akan dapat balasannya dariku." ucap Angel mengangkat kepalanya lembut tatapan tajam mengarah pada Elis dan mama tirinya. "Kamu berani melawanku?" tanya mama tirinya mengeluarkan tanduk kemarahan miliknya. "Aku gak mau terus berada di sini lagi. Selagi aku bisa bahagia dnegan pilihanku sendiri. Aku akan pergi dari sini. Dan kalian semua akan menyesal nantinya." tegas Angel. Melangkahkan kakinya menerobos bahu Elis dan bahu mamatirinya kasar. "Angel.." teriak Elis. "Dasar kurang ajar." pekik Elis. "Dengan langkah cepat Angel berjalan masuk ke dalam kamarnya. Langkahnya terhenti sata mendengar suara desahan dari balik kamarnya. "Siapa di dalam?" tanya Angal pada dirinya sendiri. Ia menatap ke kanan dan ke kiri. Memastikan apa benar itu kamarnya. Iya memang benar itu masih kamarnya. Dan barang-barangnya juga ada di dalam. Tapi sepertinya ada orang di dalam selain aku. Gumam Angel. Ia kenciba mengintip dari lubang kecil. Tapi tak terlihat jelas apa yang mereka lakukan. Suara desahan itu terdengar sangat keras. Membautnya merasa ingin selapi menendang pintu itu. Telinga angel merasa sengat panas. Dia membuka paksa pintu itu. Melihat Sasa Veronica kakak tirinya itu. yang biasa di panggil Ica itu bercinta dengan kekasihnya di kamarnya. Mereka yang terkejut segera mengakhiri permainannya. "Apa yang kalian lakukan di sini?" tajam Angel. "Harusnya aku yang tanya sama kamu. Apa yang kamu lakukan di sini. Kamu menganggu ku saja." tegas Ica. Ia menutupi tubuhnya dengan selimut tebal. Dna berjalan dengan langkah ringan. Dengan bibir tertarik sinis. Ia mendorong tubuh Angel hingga terjatuh ke lantai. "Ini sekarang adalah kamarku. Jadi kamu gak berhak ada di sini. Dan kamu bukanlah orang yang sama sekali cocok berada di sini. kamu hanyalah pembantu. Dan harusnya tidur di kamar pembantu bukan di sini. Dan kalian seenaknya saja menempati kamarku. Kamar ini bukan tempat untuk bercinta dengan orang murahan seperti kalian." pekik Angel. Membuat sang laki-kaki geram. Dia mendekati Angel, dan langsung menampar wajah Angel. "Ini kamar Ica. Tak seharusnya kamu bilang seperti itu. Atau kamu ingin aku tampar sekali lagi." laki-laki itu melayangkan tangannya. Dan dengan sigap di tangkap oleh Angel. Ia mencengkeram erat tangannya. Membuangnya ke sembarang arah. "Jangan pernah kasar pada wanita." ucap Angel. Wajahnya terlihat memerah seketika. Bahkan lebih merah dari pada kepiting rebus. ia mengepalkan tangannya. Dan mulai menendang perut laki itu hingga terpental tepat di atas ranjangnya. Laki-laki yang hanya menggunakan celana pendek sepaha itu membuatnya merasa geli. Dan ingin sekali muntah di hadapannya. "Kalau kalian mau melanjutkannya. Silahkan. Aku ke sini hanya ingin mengambil barang-barangku." tegas Angel. Berjalan meraih dua koper miliknya. Lalu melangkahkan kakinya pergi. Langkahnya terhenti sejenak. Melihat mama tiri dan adik tirinya itu berlari ke arahnya. "Ada apa?" tanya mama tirinya. "Apa yang kalian lakukan di siji?" tanya Elis. "Diamlah…" Angel melangkahkan kakinya lagi pergi dari rumah itu dengan segera. Wajahnya begitu marah saat melihat mereka semua. Dan itu gak penting baginya. Pertengkaran itu juga tak penting baginya. Sekarang lebih baik dia pergi dan cari tempat tinggal yang jauh lebih nyaman dari pada harus berada di dalam rumah penuh singa di dalam penjara. Angel berjalan keluar dari rumah itu. Langkahnya terhenti tepat di depan gerbang. Ia membalikkan badannya. Melihat rumah itu dari kejauhan. "Selamat tinggal semua kenangan di sini." ucap Angel. Menghela napasnya dan beranjak pergi meninggalkan halaman rumah. Dengan langkah ringan di tengah teriknya matahari. Angel berjalan menyeluruh jalanan yang begitu ramai. Lalu lalang pejalan kaki, dan kendaraan begitu ramainya. Melintas di sampingnya. ----- Sedangkan Alex. dia mengemudi mobilnya dengan kecepatan tinggi. Sembari menerima telfon. Membuat ke dua matanya tak fokus melihat jalanan di depannya. Sialan siapa juga yang menghubungiku. gumam Alex. Menatap layar ponselnya. Dan segera menerima panggilan telfon itu. Alex kembali menatap ke depan. Ia terkejut ada seorang wanita di depannya yang tiba-tiba menyeberang jalan. "Sialan wanita itu." gumam Alex. Tit.... Tit… Tit… Alex membunyikan klakson begitu kerasnya. Membuat semua orang di jalan terkejut. Dan sekaligus wanita di depannya. Alex. membanting setir ke kiri. Menginjak remnya begitu keras. Membuat sedotan rem mobil itu terdengar begitu nyaring di telinganya. Mobil itu berputar tepat di depan wanita itu. "Apa kamu gak punya mata?" teriak Alex. Membuat wanita di depannya yang semula menutup wajahnya, ia mengangkat kepalanya. Menatap mobil hitam di depannya. Ke dua mata mereka saling tertuju. Wajahnya begitu terkejut saat wanita di depannya itu pernah di temuinya tadi. "Apa kamu gak punya mata?" pekik Alex. "Kamu yang gak punya mata. Dasar gak punya otak. Ini jalan raya milik umum. Harusnya kamu kurangi kecepatan kamu saat lihat ada seseorang menyeberang jalan." pekik Angel. Menendang mobil hitam itu. Membuat cap sepatunya menempel di pinggiran mobil. "Apa yang kamu lakukan?" tanya Alex mengeraskan suaranya. "Yang pastinya aku jalan. Pakai kaki, dan gak pakai mata. kamu bisa lihat sendiri. Aku ngapain tadi. Kenapa juga kamu ngegas gitu." pekik Angel. Menajamkan matanya tanpa rasa takut. Dia berjalan pergi menarik ke dua kopernya mempercepat langkahnya pergi meninggalkan mobil hitam di depannya itu. Dasar wanita aneh. Tapi dia menarik juga. Wanita itu terlihat tangguh. Dasar bodoh! Udah tahu hatinya lagi sedih. Dia seakan kuat." gumam Alex. Dia memang tahu setiap karakter seseorang dari raut wajahnya. Dan dia bisa tahu apa yang di rasakan orang itu. di saat dia terlihat marah, atau hanya menunduk tanpa menatap ke depan. Alex melanjutkan lagi perjalanannya. Hingga dia sampai di sebuah kantor miliknya. Hari ini dia ada meeting dengan para karyawannya. hanya untuk membawa keungan perusahaan. Dan tentunya proyek baru yang akan di dijalankannya. "Siang pak.." ucap para pegawai yang menyambut kedatangan bossnya. Kali ini Alex memamg terlambat dan semua ini juga gara-gara wanita itu. Aku jadi terlambat. "Iya.. Pagi.. Apa semua sudah siap?" tanya Alex. "Sudah pak, kali ini semua di susun dengan baik. Dan proyek kali ini pasti akan berjalan lancar." "Baiklah!" Alex berjalan cepat. Kaki jemjamgnya membaut langkah laki-laki.itu semaiain cepat berjalan ke depan. Dan asistennya berjalan di belakangnya. Mengikuti setiap langkahnya. "Di mama proyek kita selanjutnya?" tanya Alex. "Di New Zealand. Bukanya anda ingin membangun beberapa rumah di sana. Dan Di Amerika." ucap asistennya. "Iya... Satu minggu lagi. Aku akan ke sana untuk meliaht lokasinya. Dna tentaukan kamu cari lokasi yang sangat bagus. Dengan pemandangan indah." ucap Alex. "Baik, pak." "Dan satu lagi. Cepat segera cari karyawan baru. Biar aku bisa ada teman untuk ke sana. Dia jadi asisten pribadiku. Dan harus ikut kemanapun dia pergi." ucap Alex. "Laki-laki atau perempuan pak?" tanya Asistennya memastikan. "Terserah kamu. Jika menurutku cocok. Maka aku akan terima dia." ucap Alex. Ia berhenti tepat di d3pan pintu ruang rapat. Dengan segera. Asistennya mulai membuka pintunya. Dan mempersilahkan sang boss masuk lebih dulu ke dalam. "Ambil berkas sekarang di ruanganku." ucap Alex pada sang asisten yang setia berdiri di sampingnya. "Baik, tuan." samg asisten segera bernajak dari sampingnya. Dna keluar dari ruang rapat. Tatapan tajam Alex membaut semua yang ada di sana hanya diam tertunduk. Mereka terlihat begitu tegang. ruangan yang semulai ramai karena perbincangan mereka. Kini mulai tenang, san sunyi. Para karyawan saling menatap satu sama lain. Sekana tak berani untuk memulai lebih dulu. "Pagi, pak…" ucap salah satu pegawai yang memberanikan diri menatapnya. "Pagi.." jawabnya datar.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD