Rumah siapa?

1715 Words
"Eh… Kamu.. Jangan lupa? Kamu harus ganti uang aku. Dan itu uang aku satu-satunya. Jadi kamu harus ganti dengan uang dua kali lipatnya." gerutu Angel. Wajah Alex hanya datar. Tanpa menoleh sama sekali ke arah Angel di sampingnya. Dan ke dua matanya terlihat begitu menakutkan. seperi seekor singa yang siap menerkam mangsanya. Angel hanya bisa diam. Dari pada buat masalah dengannya nanti. Mobil Alex berhenti tepat di rumahnya. Sebuah gerbang warna hitam yang menjulang tinggi menutupi rumah mewahnya itu perlahan mulai terbuka dengan sendirinya. Mobil Alex perlahan malai ke dalam rumah mewahnya. Di sambut dengan banyaknya pelayan yang berbaris seakan sudah menyambut kedatangan tuannya. Entah gimana mereka bisa tahu kalau tuannya datang. "Kenapa kamu bawa aku ke sini lagi. Kamu tahu gak, tadi teman aku nunggu aku di sana. Dan aku sudah punya tempat tinggal. Sekarang kaju malah buat aku ninggalin teman aku. Terus kamu bawa aku ke sini." ucap menggebu Angel. tanpa membuat Alex bergeming menatapnya. "Sudah selesai kalau ngoceh. Kalau udah, sekarang cepetan turun!" ucap datar Alex. Membuka pintu mobilnya dan berjalan keluar lebih dulu meninggalkan Angel yang masih di dalam mobil. "Eh… Kamu mau kemana?" tanya Angel. Dia segera melepaskan sabuk pengamannya. Lalu keluar dari mobil itu. Alex melangkah masuk ke rumahnya. Dan sudah di sambut dengan para pelayannya. Berbaris dengan badan menunduk. Tak ada yang berani mengangkat kepalanya saat tahu tuan Alex datang. Alex menghamoiri beberapa pelayan. "Bawa dia… Seret ke kamar. Dan setelah itu pakaikan baju untuknya. Pakai baju mewah." ucap Alex pada beberapa pelayannya. Yang berdiri di sampingnya, dengan badan tertunduk. "Baik, tuan!" ucap beberapa pelayan. Dan segera berjalan mendekati Angel yang berjalan dengan wajah linglung. Antara ingat dan tak ingat. Dia merasa aneh dengan rumah mewah itu? Sepertinya dia kemarin tidak berada di rumah itu? Dan sekarang rumah ini terlihat lebih besar lagi? Membuat dia merasa semakin curiga. Ini rumah siapa? Kenapa terlihat berbeda dari rumah yang pernah aku tinggali tadi? Apa ini juga rumahnya, Dan ini jauh lebih bagus? Dan tentunya dua kali lipat luasnya. Kalau rumah pertama saja membuat aku kebingungan. Gimana dengan rumah ini. Bisa dua hari aku berkeliling tidak tahu jalan keluar. Diam saja bingung cari jalan keluar di mana? Apalagi di rumah sebesar ini? Dengan berbagai ruangan rahasia pastinya." gerutu Angel, menganggukkan kepalanya pelan. "Permisi, non. Anda ikut harus saya." ucap para pelayan yang tiba-tiba datang menghampirinya. Membuat angel menatap ke arahnya. Mengejutkan keningnya bingung. Apa yang dia katakan? Kenapa juga aku harus ikut dia? Gumam Angel, menarik sudut bibirnya tak suka. "Iya… Ada apa?" tanya Angel. "Tuan kamu meminta kita untuk antar anda masuk ke dalam. Dan tolong jangan menolaknya." ke dua pelayan itu memegang tangan Angel. Menariknya untuk segera masuk paksa ke dalam rumah besar miliknya. Dan ternyata benar saat baru menginjakkan kakinya. Angel sudah merasa sangat berbeda. Desain dalam rumah itu begitu mewah. banyak pelayan di sana. Kalau di hitung bisa bahkan lebih dari dua puluh orang. Ya, kalau di hitung-hitung rumah sebesar ini juga harus bagi tugas membersihkannya. "kalian bisa lepaskan gak?" tanya Angel berjalan menuju ke arah rumah tamu. Ia memutar tubuhnya sekilas. Rumah yang begitu mewah sepertu apangan golf." gumamnya. Alex yang melihatnya berdiri terdiam di ruang tamu. Menatap sekeliling rumahnya. Ia mengerrakkan kepalanya Agar para pelayannya itu segera membawa tubuh Yeri masuk ke dalam. "Maaf, non. anda harus masuk lagi ke dalam" ucap dua pelayan itu mencengkeram erat ke dua tangannya. Dan menariknya untuk segera pergi dari tempat itu. Meski ia berjalan dengan sangat ringan. Dan terhenti telah di sebuah kamar mewah milik seseorang yang sama sekali tidak di kenalnya. Angel menatap kagum ukiran klasik pintu kamar berwarna coklat itu. Sangat tinggi. Perlahan ointu itu mulai terbuka, cerahnya Sinar pancaran itu terlihat sangat jelas dari dalam kamarnya. Sebuah cahaya lampu yang baru saja terlihat membuatnya penasaran. Kamar itu terlihat sangat mewah. Membuat ke dua matanya tak mau berhenti berkedip. Pelayan itu menarik tangannya masuk. Di ke dalam sebuah kamar. Ke dua matanya semakin melebar melihat kamarnya yang begitu indah. Sebuah ranjang lengkap dengan kelambu putih. Yang terurai menutupi ranjangnya. Terlihat sofa, tv, tempat bersantai di samping dinding kaca yang menjulang tinggi. Tak hanya itu, di sana juga sampainya beberapa lemari yang sengaja terbentuk di ruangan sendiri. "Ini kamar benar-benar sangat indah. Andai saja aku bisa ada di sini" gumam Angel. Tak hentinya wanita itu menatap kagum. "Ini kamar yang pernah aku lita di internet. Dan ternyata ada di dunia nyata. Seberapa kaya dia? Kenapa semua orang menyambutnya dengan sangat baik. Seperti drama yang pernah aku lihat. Ini bahkan seperti mimpi aku bisa melihatnya. Kamarku saja kalah mewah. Atap langit kamar gitu berwarna emas. lebih tinggi dari atap lainya. Angel melihatnya hanya bisa geleng-geleng kepala ternyata ada juga ya, rumah mewah dengan kamar super lengkap seperti ini. Pantas saja rumahnya besar. Dalamnya semua sangat luas. Lebih luas dan bagus dari pada hotel bintang lima." gerutu Angel. Tersenyum tipis. "Non, ayo jalan." pinta pelayan itu. Dua pelayan menariknya untuk segera duduk. Dia menatap kaca dengan pinggiran terbuat dari emas. Warna yang indah. "Sebenarnya kalian mau ngapain?" tanya Angel. Ke dua matanya yang tak henti menatap kagum setiap ruangan yang ada membuatnya lupa apa tujuannya tadi. Dia teringat jika dia ingin sekali membawanya pergi. Dan sekalian ganti rugi tadi. Tetapi belum juga bisa ganti rugi. "Nanti anda juga akan tahu." beberapa pelayan siapa melayani Angel. Ada beberapa yang mulai menyisir rambutnya. membuat bentuk baru. Ada beberapa yang mulia menghias wajah cantik Angel agar terlihat lebih cantik. Dengan make up naturalnya. "Eh.. Bentar! Ada acara apa? Kenapa aku di make up-in?" tanya Angel bingung. "tuan Alex yang memintanya. Dan setiap perkataan dia adalah sebuah perintah untuk kita." "Oo… Apa dia punya keluarga?" tanya Angel mendekatkan wajahnya. Seakan mereka sedang berbisik. "Enggak ada. Memangnya kenapa? Apa ada masalah? Atau kemang ada keluhan lain nantinya?" gumam salah satu pelayan. "Ah…. Semua orang di sini membuat aku bingung. Aku bingung harus gimana? lagian semua memberi aku bedak tanpa bicara mau kemana" gerutu Angel. Membuat Alex yang entah sejak kapan dia masuk. Dia sudah berdiri tepat di belakangnya. Ke dua nata Angel melotot melihat bayangan Alex terlihat di cermin. "Kamu? Kapan kamu masuk? Dan kenapa juga tak ada yang tahu kamu masuk. Kamu itu seperti hantu datang dan pergi sesuka kamu." ejek Angel. Membuat Alex mengerutkan keningnya. Gak di kata gak di depannya. Wajahnya sama saja, datar, mungkin bibirnya lagi di lem makanya wajahnya gak bisa tersenyum. Kenapa laki-laki ini diam saja? Apa dia memang sengaja ingin membuat aku dalam masalah? Atau aku ingin di jual sekarang? Ah.. Gimana kalau perdagangan wanita. Gimana ini? Aku gak mau jika ini terjadi. "Kalian pergilah!" ucap Alex pada para pelayannya. Semua sudah selesai menoleh wah Angel. Dan sudah merapikan rambutnya. Kali ini Alex sendiri yang akan memilihkan gaunnya dan sepatu high heel yang cocok dua pakai oleh Angel. "Eh.. Manusia es, atau batu, atau tembok, entahlah.. Tapi aku hanya ingin tanya padamu. Kenapa kamu membuat wajahku hadi seperti ini. Dan satu lagi. Aku mau pergi sekarang. Dah kembalikan uangnya." "Aku akan kembalikan uangnya sekarang. Dengan satu syarat." "Apa?" tanya Angel kesal. "Lepas cincin pertunangan kamu itu." "Dan ke dua. Kamu sekarang cepat ganti baju setelah ini. Dan pakai gaun yang apa buat tubuh kamu." Alex membawa beberapa gaun di depannya. Lengkap dengan hight heels dan pastinya begitu indah." Sebenarnya aku aku apa? Kenapa aku di hias seperti badut ini. Aku gak suka dandan seperti putri. Dan laki-laki ini terlihat sangat aneh. Atau jangan-jangan dia mau meluapkan nafsunya? Ah… tidak-tidak.. Kenapa aku hatus berpikir bodoh." Angek beranjak berdiri menggeleng gelengkan kepalanya. "Aneh!" hanya satu kata keluar dari bibirnya. Dia mengambilkan sebuah gaun biru tang terlihat sangat elegan. Lalu melemparinya tepat di tangkapan tangan Angel. "Ajukan! Jangan membuat aku mau kesal. Atau kamu akan tahu akibatnya sendiri. Sekarang lebih baik turuti saja apa yang aku katakan. Jika kamu ingin keluar selamat." Angel seketika menelan ludahnya. Dia yang semula ingin menatap kagum. Dirinya tak berani menatap kagum itu. Tubuhnya gemetar seketika. Dia mengira jika Alex adalah seorang phsycopat. Yang akan menghabisinya. Wajah yang semua senang dan ceria berubah menjadi rasa takut yang menyelimuti tubuhnya dalam sekejap saja. Angel melangkahkan kakinya. Mendekap gaunya. Wajahnya terlihat takut berbeda dari Angel yang biasanya selaku berani melawan. "Kamu mau kemana?" tanya Alex. "Pakai gaun ini." jawab Angel. "p di sini." pinta Alex. membuat Angel menoleh seketika. "Aku minta kamu pakai gaun itu di sini. Tenang saja aku tidak akan mengintipnya." ucap Alex. "Enggak! Aku gak percaya kalau kamu tidak mengintip." ucap Angel. "Cepat pakai baju. Atau aku akan baut keluarga kamu itu menderita." ancam Alex. Angel terdiam, ia jadi teringat dengan keluarganya. Meski dirinya sangat benci dengan semua keluarganya. Tapi di keluarga itu ada orang yang sangat dekat dengannya dari kecil. dna sangat dia sayangi. Yaitu adik tirinya. Angel tak bisa membiarkan keluarga mereka hancur nantinya. Gimana dengan nasib sekolah adiknya jika perusahaan mereka hancur. "Memangnya kamu tau keluargaku?" tanya Angel. Berjalan dengan langkah ringan mendekati Alex yang duduk di sofa. Tangan kanan di atas sofa, dan ke dua kakinya menyilang. Ke dua matanya menatap ke arah Angel. "Apa sebenarnya rencana kamu?" tanya Angel. "Tidak mungkin juga kamu tahu tentang keluargaku. Lagian aku juga tidak tahu tentang jamu." gumam Angel. "Diam saja.Dan segeralah pakai gaun. Setelah itu pulang. aku juga tidak mau kamu terus berada disini." "Ih… sapa juga yang masih mau tetap di sini. Aku juga gak sudi." gumam Angel. "Ya, udah cepat pakai. Kamu mau tunggu apa lagi?" pekik Alex. "Tunggu kamu membalikkan badan dulu. Atau kamu keluar dari sini. Tapi jangan sampai kamu mengintipku." ucap Angel. "Kami percaya denganku. Kalau ku tidak akan mengintip kamu?" tanya Alex. Menarik turunkan alisnya. "Emm.. Antara percaya dan tidak percaya juga. Tapi bukanya kamu gay. Jadi ya, kamu gak tertarik dengan wanita sama sekali." Ke dua mata Alex melebar. Dia mulai duduk tegap menatap tajam ke arah Angel. "Apa katamu?" tanya Alex. "Gay? Memang benar, kan? Bukanya kamu tidak tertarik sama sekali pada wanita. Kamu hanya tertarik dengan laki-laki." gumam Angel tanpa rasa takut terbesit dalam pikirannya. "Oh. Ya, jangan-jangan kamu dan Hans pacaran?" Alex tidak hentinya terus menatap tajam. Hembusan napasnya terasa begitu berat kaluar dari hidungnya. "Sudah kalau bicara?" tanya Alex. Bangkit dari duduknya. Berjalan mendekati Angel. "Jangan pikir aku tidak bisa berbuat nekat padamu. Karena aku tertarik dengan wanita."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD