"Vi… Kamu gak apa-apa, kan?" tanya Angel. Berjalan ringan masuk ke dalam ruangan Vivi. Perlahan langkah kaki putih itu, dan dengan betis sedikit besar mulai melangkan masuk. Langkahnya terhenti, menoleh ke belakang. Jemari lentik itu memegang gagang pintu. Mendorong pintu hingga tertutup rapat. Pandangan matanya kembali menatap ke depan. Ke dua matanya tak lepas melihat Vivi yang hanya tertunduk. Seakam Bunga cantik di depannya itu terlihat layu tak berdaya. Wajahnya terus di tekuk. Ke dua tangan masih di atas meja. Tergeletak lemas. Hanya karena kehilangan pupuk cinta dan kasih sayang yang di harapkan. Dia harus menyendrii tanpa sebab. Merenung, seakan buna itu akan rontom. Wajahnya di tekuk ke bawah. Helaan napas kasar berkali-kali keluar dari sela-sela bibirnya. "Arrggg…" geram Viv